part 4

5.3K 284 3
                                    

Beberapa hari kemudian...

Saat ini dikelas karan dan kiran tengah jam pelajaran olahraga, saat ini para anak lelaki bermain basket sedangkan anak perempuan menepi ditepi lapangan karna cuaca yang cukup terik.
Dari banyaknya siswa yang bermain basket disana juga ada karan yang bermain basket bersama teman sekelas yang lainnya. Karan memang sangat gemar bermain basket dan cukup lihai bermain, bahkan saat smp dulu karan menjadi ketua tim basket disekolah dan memenangkan beberapa kali kejuaraan antar sekolah.

Banyak siswi yang meneriaki nama karan, karna memang sosok karan yang tampan dan juga tubuhnya yang mulai basah karna keringat itu terlihat sangat seksi, ditambah dari sekian banyak siswa lain hanya karan yang terlihat paling menonjol disana, selain dia paling tinggi dia juga paling tampan.

Aduh karan ganteng banget

Karan kenapa seksi banget sih

Yaampun jodoh gue ganteng banget

Para perempuan baik dari yang dipinggir lapangan ataupun yang menonton dari jendela kelas semua berteriak histeris melihat karan bermain bola basket.

Kiran yang ada dipinggir lapangan bersama kerumunan perempuan lain pun merasa jengah, kiran benar-benar sudah terbiasa dengan jeritan-jeritan perempuan yang mengagumi karan. Baiklah! Kiran mengakui bahwa karan memang tampan dan sangat mempesona tapi bukankah terlalu berlebihan menjerit seperti bukan melihat manusia?

"Ran?"

Kiran yang merasa dipanggil pun menoleh.

"Ya nay?" Sahutnya pada anaya yang duduk disampingnya.

"Kamu sama karan beneran gak pacaran kan?" Tanya anaya terlihat ragu.

Kiran mengernyit heran, "Enggak nay, kenapa?"

"Gakpapa sih."

Kiran menatap curiga kearah anaya.

"Jangan-jangan kamu suka juga ya sama karan?"

Mendengar itu sontak anaya pun kembali menatap kiran seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat.

"Enggak! Aku ada perasaan apa-apa kok sama karan." Bantahnya.

Kiran memicingkan matanya, "Jujur aja nay, toh aku juga gak ada hubungan apa-apa sama karan, kalo kamu suka aku bisa bantu kok." Ucapnya.

"Beneran enggak kok ran, sebenarnya aku nanya gitu juga karna penasaran aja, ditambah banyak yang suka sama karan kalo kamu beneran pacaran sama karan bukankah kamu seharusnya cemburu karna karan disukai banyak cewek?" Jelas anaya.

Kiran terdiam untuk beberapa saat, tatapannya juga beralih kearah lapangan dimana para siswa masih bermain basket.
Pikiran kiran sekarang berkecamuk, karan dan kiran sudah bersama bahkan sejak mereka lahir, perbedaan mereka hanyalah karan terlahir dikeluarga kaya sedangkan kiran hanya keluarga sederhana, meski mereka bertetangga tapi rumah mereka terhalang tembok yang cukup tinggi hingga jika ingin saling menyapa atau sekedar mengobrol karan dan kiran hanya bisa berkomunikasi lewat jendela kamar masing-masing, jarak rumah mereka juga tak terlalu jauh hanya ada halangan tembok saja selebihnya tidak.
Kiran sejak kecil hanya terbiasa untuk memahami situasi keluarganya dan juga menoleransi sikap kakaknya yang berubah, tidak pernah ada hal lain dalam diri kiran yang yang ia coba untuk dipikirkan.

Karan & Kiran √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang