part 3

5.7K 259 0
                                    

Pagi hari Kiran sudah siap untuk berangkat sekolah tapi naas baginya karna sang ayah tidak bisa mengantarnya kesekolah jadi terpaksa ia harus berdesakan lagi dengan menaiki angkutan umum apalagi harus menunggu, semoga saja ia tidak terlambat.
Kiran baru saja keluar dari rumahnya dengan berjalan cepat takut nanti ia terlambat tapi baru saja keluar dari halaman rumahnya tiba-tiba Kiran dikejutkan dengan kehadiran Karan yang mengendarai motornya berhenti tepat didepannya.

"Apaan sih lo ngagetin aja!" Seru Kiran kesal menatap Karan.

Tapi sang pelaku hanya cengengesan tidak jelas. "Sorry! Yuk bareng gue!" Ajaknya.

Kiran mengernyitkan dahinya heran dengan ajakan Karan itu.
"Pasti Lo punya niat terselubung kan?" Terkanya.

Karan terkekeh dengan senyum jahil diwajahnya.

"Gue belum ngerjain tugas yang kemarin dikasih gue contek punya lo ya." Katanya.

Kiran menghela nafas pelan.

"Udah gue duga dari kemarin lo baik sama gue pasti karna ada mau nya kan."

"Kalo kemarin tuh niat ran, cuma kalo sekarang ya setengah niat, setengahnya lagi ada maksudnya." Sahut karan.

Kiran hanya mencebikkan bibirnya.

"Jadi, mau gak nih?" Tanya karan lagi

"Oke. Setuju." Sahutnya lalu naik keboncengan motor karan.

Lebih baik setuju kan daripada nanti ia terlambat kesekolah dan malah dihukum.
Setelah Kiran naik Karan pun segera mengendarai motornya dengan kecepatan sedang, sesekali ia melihat kearah Kiran dengan spion motornya karna gadis itu sibuk sendiri dengan novel ditangannya Karan hanya bisa menghembuskan nafas kasar melihat tingkah gadis itu.

"Gue kasih tumpangan, ajak ngobrol gitu biar gak garing-garing amat!" Sindir Karan yang tentu terdengar ditelinga Kiran, dengan segera Kiran pun menutup bukunya lalu menatap kearah Karan.

"Gue gak tau mau bahas aja, lagian kalo lagi bawa motor lebih baik fokus aja gak usah ngobrol!" Katanya.

Karan mencebikkan bibirnya kesal dengan ucapan Kiran tapi yasudahlah ucapan gadis itu juga tidak salah kan?
Tak lama mereka sampai diparkiran sekolah Kiran yang sudah turun dari motor Kiran pun berniat pergi duluan kekelasnya tapi karan keburu memegang tangannya.

"Apa?" Tanya Kiran heran.

"Bareng!" Sahut Karan lalu mereka pun segera menuju kelas bersama.

Yaampun Karan ganteng banget sih..

Karan aku padamu..

Eh itu cewek siapa yang jalan bareng Karan?

Gak mungkin pacarnya kan?

Kemarin sih gue dengar karan manggil cewek itu sayang..

Kiran yang mendengar itu sungguh merasa jengah, inilah alasan kenapa Kiran ingin tidak terlalu banyak terlibat dengan Karan disekolah karna Karan selalu menjadi idola disekolah sejak dulu atau dimana pun itu, ah Kiran sungguh muak dengan para gadis yang terobsesi dengan Karan.

"Kenapa tuh muka lo?" Tanya Karan menatap Kiran heran karna wajah Kiran terlihat cemberut.

"Gakpapa!" Katanya ketus.

"Cemburu ya?" Ledek karan yang sontak membuat Kiran menoleh kearah pria itu.

"Muka lo yang kayak duit seribu kusut gitu gak ada apa-apanya, ngapain juga gue cemburu." Kesal kiran

"Jujur aja kali, gue tau lo cemburu karna banyak cewek yang suka sama gue, iya kan?" Ucap karan mengabaikan ejekan kiran.

Kiran merasa jengah dengan pria disampingnya itu pun mulai mempercepat langkahnya, Kiran sungguh tidak mau meladeni pria seperti Karan yang tingkat kepercayaan dirinya terlalu tinggi.
Begitu sampai dikelasnya Kiran langsung duduk ditempatnya disusul oleh Karan yang ada dibelakangnya.

"Hobi lo emang ninggalin orang ya?" Tanya karan dengan kesal menatap Kiran.

"Bodo!" Cetusnya.

"Mana buku lo?"

Tanpa mengatakan apapun lagi Kiran segera mengeluarkan buku miliknya yang ada didalam tas ransel miliknya lalu memberikannya pada Karan.

"Makasih manusia purba kesayangan" ucap karan yang sontak membuat Kiran menatapnya dengan mengernyitkan dahinya.

"Jijik tau gak!" Ucapnya berkedik

"Jijik atau suka?" Kata Karan mencoba meledek Kiran lagi.

Kiran menautkan alisnya begitu melihat wajah menyebalkan Karan, mata Kiran menatap Karan tajam hingga Karan yang menyadari itu hanya bisa terkekeh dengan wajah tanpa dosa.

"Iya-iya sorry. Muka lo jangan jutek gitu napa, jadi gak cantik lagi tau" ucapnya.

Kiran pun memilih mengabaikan karan dan kembali melakukan kegiatan membaca novelnya tanpa perduli lagi pada karan sedangkan Karan langsung fokus pada buku pelajarannya menyalin jawaban milik Kiran.

Tapi baru beberapa saat mereka dalam keadaan tenang, karan dengan tingkahnya kembali menjahili kiran dengan menendang-nendang kursi milik kiran.
Awalnya kiran mengabaikan tingkah karan itu namun bukannya lelah pria itu malah terus melakukan aksi jahilnya, kiran yang sudah bertambah kesal pun menoleh dengan tatapan tajamnya.

"Mau gue ambil bukunya?"

Karan sontak memeluk buku tulis milik kiran untuk mencegah agar kiran tak mengambilnya.

"Lo udah sampai sekolah dengan selamat, jadi gak boleh ingkar janji!" Ucap karan.

"Kalo gitu lo harus diam, jangan ganggu gue!"

"Oke" ucap karan dengan patuh.

Memang terkadang karan takut jika kiran sudah benar-benar marah, dan tingkat kemarahan kiran bisa dilihat dari ekspresi wajahnya dan kali ini tampaknya kiran benar-benar marah karna karan terus mengganggu kiran dengan novel miliknya.

***

Jam istirahat kiran tidak pergi kekantin, hanya anaya yang pergi karna kiran membawa bekal dari rumah.
Kemarin kiran memberikan semua uangnya pada kakaknya dan akhirnya malah dirinya yang tak memiliki uang sama sekali, untunglah ibunya memasak pagi hari jadi kiran bisa membawa nasi goreng buatan ibunya.

"Wah.. apaan tuh ran, mau dong."

Kiran menoleh kearah belakang ketika mendengar suara itu, ternyata tanpa kiran sadari bahwa karan kini masih berada dikelas, kiran kira tidak ada siapapun selain dirinya dikelas tapi ternyata karan masih ada dikelas.

"Lo gak kekantin?" Tanya kiran.

Bukannya menjawab karan justru mendekat kearah kiran lalu duduk dibangku milik anaya dan melirik kearah kotak bekal milik kiran.

"Kok lo gak buatin buat gue sih?" Tanya karan.

Kiran mengernyit heran, "emang lo siapa harus gue buatin bekal? Lagipula ini buatan ibu gue bukan gue." Sahutnya.

"Bagi dong." Titah karan.

"Emang lo gak bawa uang?" Tanya kiran, dirinya sendiri tak yakin bahwa karan tak membawa uang karna mustahil untuk anak pengusaha kaya raya seperti karan tidak punya uang sama sekali.

"Gak. Sengaja biar gak traktir lo sama teman lo itu." Sahut karan.

Dan ya, kiran pun baru ingat bahwa karan punya hutang janji akan mentraktir dirinya dan juga anaya selama seminggu dikantin.

"Gue lupa, tuh kan lo ingkar janji!" Kesal kiran.

"Gue gak ingkar janji, lagian gue lihat tadi lo diajak kekantin sama teman lo gak mau, berarti gue gak harus traktir lo kan karna lo disini?" Sahut karan.

"Alasan lo selalu banyak!" Ketus kiran.

"Yaudah besok jangan lupa, besok gue traktir tapi hari ini lo harus berbagi sama gue."

Karan pun mengambil bekal milik kiran, meski kesal tapi kiran membiarkan saja karna memang sejak kecil ia dan karan sudah sering membagi makanan.

Karan & Kiran √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang