"Ih sayang kok diam aja sih?" Ucap kiran pura-pura merajuk.
Ketahuilah bahwa kiran sendiri jijik dengan tingkahnya sendiri tapi mau bagaimana lagi, ia ingin cepat-cepat kekantin mengisi perutnya yang kosong sebelum bel masuk berbunyi.
Anaya yang ada disana juga terdiam melihat pemandangan itu. Selama ia mengenal karan dan kiran yang ia tahu tak ada hari damai untuk kedua manusia itu, tapi lihatlah sekarang kiran bergelayutan manja dilengan karan, sungguh moment yang sangat langka."Karan!" Panggil kiran seraya menghentakkan kakinya sehingga membuat lamunan karan pun buyar.
Ia pun menatap kearah kiran, "Kenapa?" Tanyanya lembut, entahlah ia tak sadar bahwa dirinya bernada lembut seperti itu pada kiran.
"Aku lapar tapi mereka malah menghalangi aku kekantin." Ucap kiran.
Karan pun lantas menoleh kearah tiga cewek yang kini berdiri dihadapannya, karan menatap mereka dengan tatapan tidak sukanya.
"Mau apa?" Tanya karan dengan suara dan juga tatapan tajamnya.
"Ki-kita cuma mau tanya soal rumor yang bilang kalian pacaran, itu gak benar kan?" Tanya cewek yang berdiri ditengan dengan gugup.
"Itu benar!" Ucap karan seraya merangkul kiran. Kiran yang tak siap pun terkejut karna karan tiba-tiba merangkulnya begitu saja.
"Kiran pacar gue dan calon masa depan gue. Kenapa? Ada masalah?" Ucap karan dengan yakin.
"Gak mungkin!" Sangkal cewek itu.
"Apanya yang gak mungkin?"
"Masa iya, kamu seorang pangeran sekolah pacaran sama anak kampung ini?"
Karan dan kiran pun saling melirik.
"Gue suka dengan sebutan pangeran itu, tapi kalo gue pangerannya berarti kiran adalan putrinya." Ucapnya dengan senyum mengejek kearah tiga wanita itu.
"Tapi-
"Cewek gue lagi lapar, kalian minggir atau mau gue paksa dengan kekerasan?" Sela karan dengan tatapan yang semakin tajam.
Ketiga cewek itu pun menyerah dan akhirnya membuka jalan untuk kiran dan anaya, kiran tersenyum senang lalu menarik anaya menuju kantin melupakan karan yang sudah membantunya.
"Kok gue ditinggal?" Batin karan.
Karan menghela nafas pelan, toh sudah biasa ia selalu ditinggal oleh kiran.
Karan kembali melihat kearah tiga cewek yang belum beranjak dari tempatnya."Dan gue peringatin kalian bertiga untuk gak ganggu kiran lagi dikemudian hari, atau lo bertiga gak akan bisa tahan dengan akibatnya!" Ucap karan dengan tatapan dingin menusuk, lalu pergi menyusul kiran kekantin.
Sedangkan ketiga wanita itu hanya dibuat terdiam oleh karan, mereka tak berani mengucapkan sepatah katapun, dan mereka mulai percaya bahwa karan dan kiran memang memiliki hubungan. Terlihat jelas dari tatapan dan cara bicara karan kepada kiran yang berbeda saat karan bicara dengan orang lain.
****
"Tadi aku gak bisa berkata apa-apa ran, aku baru pertama kali lihat kamu kayak gitu." Ucap anaya.
Kiran dan anaya sekarang tengah berada dikantin dan memakan makanan yang sudah mereka beli.
Kiran mengedikkan bahunya, "Abisnya aku kesal banget, selalu aja aku yang di incar sama para penggemar cowok itu." Ucapnya.
"Ya wajar aja sih, kan rumor kalian berdua pacaran itu udah nyebar satu sekolah."
Kiran hanya menganggukkan kepalanya tak perduli, saat ini ia hanya akan menikmati makanannya tanpa memikirkan hal lain karn sejak pagi kiran memang sudah menahan rasa laparnya.
"Enak ya lo makan disini."
Kiran dan anaya sontak mendongak menatap kearah sumber suara, ternyata itu adalah karan yang langsung duduk disebelah kiran lalu meminum minuman milik kiran lagi. Kiran yang melihat itu membulatkan matanya lalu menatap kesal kearah karan.
"Lo jatuh miskin ya?" Tanya kiran.
Karan mengernyit, "Enak aja lo, sejak kapan seorang karan danendra jatuh miskin?" Sahutnya.
"Terus kenapa daritadi lo selalu aja minum air gue hah?"
Karan pun melirik kearah gelas milik kiran lalu menunjukan cengiran khas miliknya.
"Ya kan gue haus ran, lagian lo pelit banget sih. Gue kan cuma minum air doang."
"Pelit? Pantas lo ngomong gitu setelah 2 kali minum minuman gue hari ini?" Sinis kiran lalu kembali fokus pada makanannya.
Sedangkan karan hanya terkekeh pelan melihat kekesalan kiran.
"Iya-iya sorry. Lain kali gue beliin deh, sebanyak yang lo mau." Bujuk karan.
"Gak perlu."cetus kiran.
"Yaudah bagus, duit gue aman."
Kiran memejamkan matanya sejenak lalu kembali membukanya, kiran benar-benar harus ekstra sabar dalam menghadapi karan yang sayangnya sudah ia kenal sejak ia kecil, entah bagaimana tuhan bisa menciptakan kiran dengan kesabarannya yang terbilang sangat-sangat tinggi hingga ia mampu menahan segala kejahilan dan juga kerusuhan karan selama mereka bersama.
"Kalian unik ya?" Ucap anaya tiba-tiba.
Karan dan kiran sontak menatap kearah anaya yang duduk dihadapan mereka.
"Unik kenapa?" Tanya kiran.
"Kalian bertengkar layaknya suami istri."
Mendengar itu karan dan kiran saling melirik lalu tertawa bersama, anaya yang melihatnya juga keheranan dengan dua sejoli yang tengah tertawa itu.
"Kalian kenapa?" Tanya anaya bingung.
Kiran berusaha menghentikan tawanya.
"Nay...nay jangan ngomong gitu lagi ya, gue geli dengarnya." Ucap kiran.
Anaya mengernyit heran.
"Betul. Lagian lo pikir mana ada cowok yang mau jadi suaminya manusia purba kayak dia?" Ucap karan dengan kekehannya.
Mendengar itu kiran yang tadinya tengah tertawa ekspresi wajahnya pun berubah 180 derajat dan menatap karan dengan tatapan tajam membuat karan ikut menghentikan tawanya dan menatap kiran takut.
"Lo cantik ran, cantik banget sumpah." Ucapnya buru-buru.
Kiran pun mengalihkan pandangannya malas menatap karan yang terus saja mengejek dirinya.
Tapi entah kenapa, meski karan selalu mengejeknya dan membuat kiran kesal tapi kiran tak pernah menaruh kata-kata karan kedalam hatinya.
Karan sering menjahilinya ataupun mengejeknya tapi kiran tak pernah menganggap itu serius dan hanya membalas karan entah dengan ucapan mengejek balik, memukul atau menatap tajam pria itu.Sudah sejak kecil bersama, kiran tahu bahwa karan sebenarnya adalah pria yang baik. Karan tumbuh dikeluarga yang baik dan dikelilingi kasih sayang yang melimpah, kiran juga tahu sikap karan yang suka tersenyum dan tertawa bersama dengannya hanya ditujukan kepada dirinya ataupun hanya orang tuanya namun, didepan orang lain karan akan menjadi sosok yang berbeda.
"Ngelamun lagi lo?"
Kiran pun sontak tersadar dari lamunannya lalu menoleh kearah karan, kiran membulatkan matanya ketika melihat piring makanannya sudah berpindah kehadapan karan dan karan memakannya tanpa merasa berdosa sama sekali.
"Lo rebut makanan gue juga?" Kesal kiran.
"Lo aja ngelamun terus, daripada makanan lo dimakan setan, lebih baik gue yang makan kan?" Ucap karan.
Kiran menghembuskan nafasnya pasrah, yasudahlah. Lagipula kiran sudah merasa kenyang begitu karan datang.
Dan anaya? Gadis penyimak itu sudah terbiasa dengan pertengakaran manis kiran dan karan jadi ia hanya akan terus menyimak tanpa ikut campur."Aku yakin mereka pasti akan bersama." Batin anaya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karan & Kiran √
Teen FictionATTENTION TERSEDIA DI APLIKASI KUBACA & ICANNOVEL ~~~ "Dasar manusia purba galak, gak punya hati, gue sumpahin gak ada yang mau sama Lo!" "Kadal buntung ngeselin, gak punya perasaan, gue sumpahin jomblo seumur hidup!" Keduanya sejoli...