"Karena, aku yakin, aku adalah serpihan duniamu. Duniamu yang sempat hilang.
Aku tak pernah pergi darimu."
Pria berambut kecokelatan itu segera menarik kursi di hadapan Chae Min, lalu duduk di sana dengan anteng. Matanya yang tajam menyapu setiap bagian cafe. Orang asing? Tapi, secara kontur wajahnya, pria ini seperti orang Korea kebanyakan, tidak jauh berbeda. Mungkin, matanya saja yang sedikit berbeda, tapi, mungkin saja kalau pria ini melakukan operasi plastik guna membenahi wajahnya. Bukankah itu sudah menjadi rahasia umum di Korea?"Sejak kapan cafe ini dibangun?" tanya pria itu sembari memandang Chae Min yang hanya menunjukkan kerutan di kening banyak-banyak.
"Emm? Apa? Maaf," ucap Chae Min penuh rasa bersalah karena tidak mendengarkan pertanyaan pria tampan itu.
"Sejak kapan cafe ini dibangun?" Pria itu mengulang pertanyaannya.
"Em, aku sering kemari sejak tiga tahun yang lalu," kata Chae Min seraya mengingat-ingat cafe ini dibangun, "Kau bukan orang Korea?" sambung Chae Min ragu-ragu.
Pria itu tersenyum kecil. "Aku orang Korea, tapi, saat SMP aku pindah ke London," ujarnya.
"London?"
Pria itu hanya mengangguk. "Namaku Ryu Ji Joon. Nama orang Korea, kan?" Pria itu menunjukkan tawanya yang menurut Chae Min sedikit berbeda. Bukan terlihat seperti tawa, melainkan seperti seringaian seekor serigala yang ingin menerkam mangsanya.
Chae Min mengangguk pelan. "Untuk apa kau ke Korea?" tanya Chae Min sambil mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya ke tatakan.
Ji Joon mengernyit, menunjukkan guratan-guratan di dahinya sambil menurunkan salah satu sudut bibirnya. Ah, kenapa gadis ini seperti ingin tahu lebih tentang dirinya?
"Ah, maaf. Mungkin aku terlalu ingin tahu. Maaf kalau pertanyaanku benar-benar seperti orang yang menginterogasi. Aku tidak bermaksud seperti itu," koreksi Chae Min tatkala melihat ekspresi Ji Joon yang tak kunjung berubah.
Ji Joon menunduk sebentar. Detik berikutnya, pria itu mencondongkan kepalanya, menjadi lebih dekat dengan Chae Min. "Aku pergi kemari untuk mencari seseorang. Belahan jiwaku," ucap Ji Joon hampir berbisik.
Chae Min tercengang. Ia tak pernah melihat mata seorang pria dengan cara yang seperti ini. Tatapan Ji Joon yang teduh serasa menyirami hatinya yang kering kerontang. Pria yang satu ini membuatnya merubah cara pandang hatinya.
Belahan jiwa? Berarti dia sudah ada yang memiliki, Chae Min. Aku tidak boleh membiarkan perasaan ini tumbuh subur, tidak boleh, Chae Min!
***
225th note
Kebodohan terbesar dalam kehidupanku adalah memanggilmu kembali, mengajakmu untuk kembali menelusuri cinta penuh duriku.
Aku terlalu bodoh untuk menjadi kekasihmu. Aku telah bertindak bodoh, seharusnya aku membiarkan sayapmu pergi saja.
Seharusnya aku membiarkan sayapmu menemani gadis lain itu.
Seharusnya aku membiarkan luka ini sembuh cepat atau lambat, tanpa menumpahkan cuka lagi di permukaannya.
Seharusnya aku melupakan setiap detik yang kulalui bersamamu, melupakan semua kenangan getir tak berasa yang kini kurasakan terhadapmu.
Seharusnya aku tak membuka kembali petikan buah kesakitan itu.
Seharusnya aku membiarkan hatiku tenang tanpamu.
Seharusnya aku membuat hatiku tertidur dengan nyaman meski bukan di sampingmu lagi.
Seharusnya aku tidur terlelap tanpamu di sini, membiarkan lukaku mengering seiring berjalannya waktu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOVEL] Korean Love Story
FanfictionTERSEDIA DI GRAMEDIA Copyright © 2015 by Marlina Heriana, DKK POSTINGAN INI DIBUAT CUMA UNTUK MEMPROMOSIKAN NOVEL KOREAN LOVE STORY. KALAU MAU BACA VERSI LENGKAPNYA, BISA BELI NOVELNYA DI TOKO BUKU DI KOTAMU ^^