Kutakkan pergi bila kau anggap aku ada. Hanya mencintamu pun aku bisa. Ku tak ada di hatimu lagi. Takkan kusesali hidup tanpamu aku bisa, akan hanya cinta yang kubawa pulang.
“Di sini aku lelah, selalu menjadi pihak yang selalu menunggumu dan sama sekali tak ada respons darimu. Pernahkah kau berpikir sekali saja, jika akupun ingin kau perhatikan seperti wanita lain? Aku selalu meyakinkan diriku sendiri, bahwa sebenarnya memerhatikanku. Tetapi apa yang aku dapat... kau sama sekali tak peduli padaku.”
Ia menjeda sesaat. Mengambil napas sejenak, seolah apa yang dikatakan selanjutnya adalah sesuatu yang besar, yang akan mengubah segalanya. “Untuk itu... aku memutuskan untuk mengakhiri hubungan di antara kita. Maafkan aku yanhg bersikap buruk selama ini padamu, Oppa. Asal kau tahu, hanya kau pria yang mengisi penuh sudut hatiku.” Rasanya seperti ia memakan ribuan jarum. Lidahnya tertusuk, hatinya nyeri.
Dong Hae yang mendengar itu tercengang, ia kaget atas keputusan Rye Na. Bahkan di benaknya, ia sama sekali tak memikirkan untuk mengakhiri hubungan ini. Demi Tuhan, rasanya Lee Dong Hae ingin membenturkan kepalanya pada tembok.
“Rye Na,” ujar Young Jun yang sama terkejut dengan Dong Hae. Keputusan Rye Na ini benar-benar jauh dari perkiraannya.
“Aku sudah tak sanggup lagi meneruskan hubungan sepihak ini. Jika kami terus melanjutkan hubungan ini, maka aku juga akan semakin tersakiti. Jadi, lebih baik aku mengakhirinya saja. Terima kasih atas kasih sayang yang telah kau berikan padaku, Oppa. Entah kau mencintaiku atau tidak, namun yang jelas aku selalu mencintaimu. Ayo Young Jun-ah, antarkan aku pulang. Udara semakin dingin. Dong Hae oppa, jaga kesehatanmu.”
Bahkan saat hubungannya dengan Dong Hae sudah berakhir pun, Rye Na masih memerhatikan keadaan Dong Hae. Wanita itu memang benar-benar baik. Dan Dong Hae telah menyia-nyiakannya. Lelaki itu hanya diam mematung melihat kepergiaan Rye Na seiring dengan menghilangnya mobil milik Young Jun. Bodoh, idiot, tolol, brengsek... apalagi yang kini memang benar-benar menggambarkan dirinya.
Seharusnya yang ia lakukan adalah pergi mengejar Rye Na, dan menjelaskan semua kesalah pahaman yang terjadi. Bahkan jika perlu ia berlutut untuk meminta maaf padanya, dan meminta Rye Na kembali di sisinya, menjadi kekasihnya. Sungguh, ia begitu bodoh. Entah untuk hari-hari ke depan apakah ia akan sanggup hidup tanpa kehadiran seorang Kwon Rye Na yang selalu menggangunya setiap hari dengan perhatiannya.
Tubuhnya tak dapat menopang lagi berat badannya. Ia jatuh luruh ke tanah yang kini berubah menjadi hamparan es yang dingin menusuk tulang. Namun Dong hae sama sekali tak merasakannya. Kini seluruh tubuhnya panas, bergetar, dan lemas atas semua yang telah terjadi. Seseorang cepat sadarkan dia dari mimpi aneh dan buruk ini. Apakah ini yang dinamakan hukum karma Tuhan? Mengapa begitu sakit? sampai-sampai ia tak dapat merasakan apa-apa lagi.
Matanya memburam karena ribuan air mata yang melesak meminta keluar. Biarlah orang-orang mengecapnya cengeng. Ini begitu sakit. Di sana, di dadanya bagai tertusuk benda runcing yang berkarat. Sakit. jadi, seperti inikah kisah cintanya? Berakhir di musim dingin dengan kesakitan yang ditinggalkan membekas.
KAMU SEDANG MEMBACA
[NOVEL] Korean Love Story
FanfictionTERSEDIA DI GRAMEDIA Copyright © 2015 by Marlina Heriana, DKK POSTINGAN INI DIBUAT CUMA UNTUK MEMPROMOSIKAN NOVEL KOREAN LOVE STORY. KALAU MAU BACA VERSI LENGKAPNYA, BISA BELI NOVELNYA DI TOKO BUKU DI KOTAMU ^^