Chapter II - Pekerjaan Baru

6 0 0
                                    

"Aaaaarrgh!"

Aku terbangun.

"Itu cuma mimpi ya... sial, rasanya terlalu nyata."

Ini adalah hari yang cerah seperti biasanya, namun kuawali pagi ini dengan buruk. Aku bermimpi bahwa akan ada seseorang yang sangat dekat denganku, namun setelah tujuanku tercapai, dia menghilang, menyeramkan. Akibat dari mimpi itu, perasaanku pagi ini tidak karuan, rasanya mimpi semalam itu nyata, namun aku tahu itu hanya mimpi dan berusaha kulupakan.

Setelah mandi dan selesai berpakaian, aku memasukkan barang yang kubutuhkan kedalam tas kecil yang kubawa bersamaan dengan barang lainnya sewaktu berangkat dari rumah. Didalam tas kecil itu, aku membawa lebih sedikit barang, dan sepertinya hanya inilah barang-barang yang akan kuperlukan kapanpun, aku menyimpan pakaian dan barang-barang lainnya yang tidak perlu kubawa di dalam lemari kamarku di penginapan.

"Baiklah, mari kita mulai pekerjaannya," ucapku dalam hati.

Aku mengeluarkan secarik kertas yang diberikan oleh Godelico kemarin, dan isinya adalah alamat dari sebuah bangunan tua yang cukup besar. Lokasinya ada di luar benteng. Cukup besar untuk menampung kuda, kereta, dan hal-hal yang berhubungan dengan gudang.

Di luar bangunan tersebut, Godelico tampak sedang berbicara dengan seseorang.

"Ah, kamu sudah tiba rupanya, tunggu sebentar ya," sapa Godelico.

Aku menunggu pembicaraan mereka berdua selesai.

"Begini, apa kamu pernah menggunakan pedang sebelumnya? Atau setidaknya, pernahkah kamu bertarung?"

Aku cukup kaget mendengarnya, jujur saja, kemampuan bertarungku tidak terlalu baik, aku sering melatih fisik dan kemampuan bertarung milikku di desa, namun rasanya masih kurang.

"Pernah," jawabku.

"Bagus, ini akan mempermudah semuanya."

Godelico memberikanku instruksi untuk apa yang harus kulakukan, ini cukup mudah. Aku diinstruksikan untuk menjaga sebuah kereta kuda yang akan diisi dengan angkutan berharga yang 'tidak boleh lepas' . Agak aneh, tapi kulaksanakan saja.

Kereta kuda itu dikeluarkan dari dalam bangunan tua tadi, keretanya terbuat dari kayu yang tebal, dan struktur keretanya cukup kokoh. Kereta ini ditarik oleh dua kuda, setelah dikeluarkan, aku masuk kedalam keretanya, dan kereta mulai bergerak menuju tujuannya. Hanya ada kusir dan aku saja di kereta ini.

Aku memanfaatkan momen perjalanan ini untuk membuat peta dari desa..

"Ah, aku lupa menanyakan mengenai nama desa ini kepada orang yang kutemui di desa, biarlah, nanti saja kutanyakan."

"Eh.. kutanya saja sekarang ke kusir," ucapku sambil berpikir.

Aku menyapa kusir lewat jeruji kayu yang terhubung langsung dengan bagian depan kereta, namun kusir itu sepertinya tidak mendengarku. Kucoba sedikit lebih keras.

"Hei, aku sedang berbicara denganmu loh."

Sepertinya aku sedikit berlebihan, kusir itu terlihat kaget dan hampir saja membelokkan arah kudanya.

"Ah, maaf, aku terlalu berkonsentrasi dengan jalannya, ada apa?" tanyanya dengan pandangan mata yang lurus kedepan, mengamati arah dan jalan.

"Anu, nama desa yang baru saja kita tinggalkan, itu apa?"

"Kaladen."

"Oh baiklah, terima kasih," jawabku, aku kembali ke tempatku di belakang.

Nama desa yang cukup unik, terserahlah, yang penting peta milikku mempunyai petunjuk tambahan.

Unpleasant Kingdom GenlieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang