Chapter IV - Dia Adalah Ardred

3 0 0
                                    

"Sepertinya benar, ini muatan yang diberitahu pada kita, bos!" teriak orang itu kepada bos --pemimpinnya diluar.

"Sialan, dia semakin dekat! Ayo cepatlah, kusir, berikan sinyal itu padaku sebelum aku ketahuan!" gumamku dalam hati.

Mendadak, kusir bertanya pada mereka, "Hei hei, siapa yang menyuruh kalian untuk melakukan ini?"

"Haah? Kau tidak perlu tahu soal hal ini..!" jawab pemimpin mereka dengan nada kesal.

"Lebih baik kau beritahukan padaku sekarang juga," ujar kusir kereta padanya.

"Apa untungnya kuberitahu? Kurang ajar! Sadari posisimu!" teriak pemimpin kelompok ini.

Entahlah mereka ini bandit atau bukan, sepertinya kusir ini tahu sesuatu mengenai mereka, untuk sementara, kuanggap saja mereka bandit.

"Kurang ajar? Lihat siapa yang sedang berbicara," balas kusir dengan nada yang tenang.

"Percepat penggeledahannya..!" teriak pemimpin bandit.

Dengan spontan, anak buahnya menjawab, "B-baik bos!"

Dia mendekat. Dan sepertinya bandit diluar kereta juga ikut mendekati kami.

*tok tok tok*

Ini dia..!

Aku berdiri dan keluar dari persembunyianku, lalu kuhunuskan pedangku. Bandit yang berada di depanku kaget, dia terjatuh dan berteriak.

"Aargh, apa apaan ini?! Siapa kau?!" teriaknya.

Kuayun pedangku kearahnya, namun tidak terkena, dia menangkisnya dan berdiri. Lalu dia melompat keluar dari kereta. Aku pun melompat keluar dari kereta, dan rupanya para bandit diluar sudah dalam posisi bertarung, kulihat sekelilingku, semuanya berjumlah tujuh orang. Semua pedang mereka sudah berada dalam genggaman tangan.

"Cih, rupanya kau tidak sendirian, ya?!" tukas pemimpin bandit.

"Percuma saja melawan kami, apa kau pikir dua lawan tujuh akan mudah? Haha, jatuhkan senjatamu dan menyerahlah!" ujar salah seorang dari mereka dengan lantang.

*STEP STEP*

Kudengar langkah kaki mendekat, dan saat kubalikkan wajahku, tampak sang kusir sedang berjalan dengan santainya menuju kearahku, sepertinya dia sedikit tidak wajar, yang benar saja!

"Tenanglah sedikit, jika kau panik, kau tidak akan bisa berkonsentrasi." ujarnya dengan nada suara yang santai dan meyakinkan.

Dia benar-benar terlihat sangat tenang, siapa dia sebenarnya? Orang normal --tidak, seorang kusir kereta biasa seharusnya sudah panik dalam keadaan seperti ini.

"Kutanya sekali lagi, siapa yang menyuruh kalian melakukan ini?" tanya kusir dengan lantang dan tegas.

"Apa apaan?! Serang mereka!" perintah pemimpin bandit.

Sembari menghela nafas, kusir berkata, "Ya ampun, sepertinya aku harus menggunakan cara yang kasar ya, baiklah, kalian yang memaksaku untuk melakukan ini. Jangan membenciku."

Aku, yang sedang dalam posisi berjaga, merasakan pundakku ditepuk oleh seseorang, tentu saja kusir yang menepuknya. Kulihat tangannya, dan tangan kanannya dalam posisi terbuka, seperti sedang meminta sesuatu. Aku sadar jika dia meminta pedang yang ada di kereta, hampir saja aku lupa. Untung kubawa keduanya, kusimpan pedang yang kedua di punggungku.

"Ini dia."

"Untunglah pedang ini tidak rusak, kualitasnya lumayan bagus." gumam sang kusir. Dia bergumam dengan cukup keras, sampai bisa kudengar.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Unpleasant Kingdom GenlieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang