#12

439 17 20
                                    

Selamat Ulang Tahun,Satria!

"Bagus banget." Aku terkesan melihat pemandangan yang hijau dari puncak menara yang ada di taman ini. Di depanku ada Ferry dan Satria, dan di belakangku mengekor Nisya, Fahri, dan Intan.

Kuhirup udara dalam-dalam, dan kuhembuskan dengan santai. Berharap, apa yang sedari tadi ada di pikiranku hilang bersamaan dengan udara yang kubuang. Saat ini, kami sudah sampai di puncak menara. Ini pertama kalinya aku ke sini.

"Ini bagus banget." Ucapku lagi.

"Iya, Mell. Tadi lu udah ngomong itu. Cepetan buka buku! Belajar!" Aku menoleh pada Ferry, ia sudah mengeluarkan pensil dan soal-soal matematika.

"Kalian aja ya. Gua tiba-tiba unmood." Aku duduk di pinggir menara ini, bersandar pada penghalang menara. Aku pikir, setelah menarik napas berkali-kali, sesaknya akan hilang, Ternyata tidak.

"Eh, ayo yang lain buka bukunya!" Suruh Ferry lagi. Dari kami tidak ada yang menyahut. Sepertinya Intan, Nisya, Fahri, dan Satria juga terlalu menikmati pemandangan ini. Di tambah lagi, angin di sini bertiup dengan kecangnya. Lebih cocok untuk tidur.

"Lu salin aja yang kemarin! Kita off dulu ya." Ucap Nisya tanpa menoleh ke arah Ferry.

"Lu salah pilih tempat, Fer!" Satria kini ikut berucap.

"Ini mah enak tidur!" Fahri kini berucap diselingi tawa.

"Adem, iya enak tidur." Intan ikut menyahut.

Aku terdiam, mataku tetap memandang ke taman nan hijau dan luas ini. Sepertinya, tidak ada yang mempan untuk menghilangkan kejadian tadi dari pikiranku.

"Aaaaaaa." Aku berteriak sekencang-kencang. Berharap beban pikiran ini ikut serta keluar lewat mulutku. Namun, tenyata Nihil.

"Eh buset. Lu kenapa, Mella?" Fahri bertanya padaku diselingi tawa. Aku tidak menjawab. Tetap diam tanpa kata. Rasanya, campur aduk. Aku ingin segera pulang saja.

"Pulang yuk!" Aku berucap tanpa menoleh ke arah teman-temanku. Sial ini benar-benar berdampak. Aku tidak bisa mengontrol emosiku.

"Buset, baru nyampe." Satria menyahutiku. Rasanya aku ingin bilang, diam! Yang bikin pengen cepat pulang tuh elu!

"Tahu lu! Katanya tadi pemandangannya bagus, nikmatin aja dulu!" Sahut Fahri.

"Iya, bagus!" Ucapku lemas.

****

Waktu sudah semakin sore, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Satu persatu dari kami menuruni anak tangga dengan hati-hati.

"Eh, foto dulu sih yuk! Di ilalang itu." Ucap Nisya, ia menunjuk daerah yang dipenuhi ilalang. Kami kesana beramai-ramai. Semua menikmati bermain disini. Tapi, tidak denganku. Aku hanya terdiam. Bahkan, saat diajak foto, aku menolak.

"Ih, ayo sih cepetan." Ucapku dengan ketus.

"Nanti dong. Mbanya betean terus nih." Nisya meledekku, dan aku tidak menghiraukan apa yang Nisya ucap. Aku berjalan menjauhi mereka semua. Bermain sendiri dengan ilalang.

"Eh, ini yang ilalangnya bisa dibuat mainan bukan? Yang diaduin itu. Nanti, kalo ilalang elu ke tarik sama gua, elu kalah." Suara Satri berhasil aku dengar. Aku mempehatikannya yang kini sedang berbincang dengan Ferry.

"Emang iya? Coba ayo main." Ferry memetik ilalang itu, ia bermain dengan Satria. tapi tidak ada hal yang menarik.

"Mel, sini deh." Ferry menyerukan namaku, kuhampiri dia.

"Apa?" Tanyaku saat sudah berada di dekatnya.

"Nggak apa, manggil aja." Mendengar balasan Ferry, membuatku kesal. Aku tidak mengatakan apapun, tapi aku tunjukan dengan raut wajahku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SATRIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang