Perjanjian (bukan pesugihan)

32 3 0
                                    

The world's gonna go, times gonna pass.

People just have two choices

Yes or no

To make a real

Let's make a deal

.

.

.

Siulan halus sempurna, yang memainkan lagu Hall of Fame - The Script, itu memenuhi lorong koridor yang terletak di ujung bangunan sekolah bergaya klasik modern ini. Dinding-dindingnya membuat siulan itu menggema sehingga terdengar seperti instrument musik yang enak didengar. Laki-laki itu memejamkan matanya, menikmati suara yang berasal dari mulutnya sendiri. Ia akui, hanya itu satu-satunya bakat yang ia miliki.

Tiba-tiba mata itu terbuka saat suara derap sepatu mengacaukan alunan melodi yang Radith ciptakan. Baru saja hatinya mulai tenang, kini rasa kesalnya sudah mulai mentunas kembali.

Di ujung koridor sana, jauh, Radith melihat sesosok laki-laki tinggi yang tak jelas di matanya. Radith menyipitkan matanya untuk memastikan siapa yang kini akan ia temui. Pasalnya, Radith saat ini sedang enggan untuk bertemu siapapun apalagi berbicara.

Setelah menyipitkan matanya hingga hampir terpejam, Radith kini bisa memastikan bahwa sosok laki-laki itu adalah Pak Andeas, yang kini sudah berdiri beberapa meter di hadapannya. Namun, Radith kini mengabaikan sosok Pak Andeas. Matanya justru beralih pada sesosok perempuan berambut panjang dengan seragam jadulnya yang berdiri di belakang Pak Andeas.

"Eh, Radith. Kamu tidak ke kelas?"

Pak Andeas kini berdiri tepat di hadapan Radith, begitupun dengan perempuan itu yang tersenyum ke arah Radith.

"Heh, kok lu ada di sini?"

Guru itu, Pak Andeas, terkejut.

"Lu? Ya, saya mau ke toilet. Toilet guru kejauhan." Jawab Pak Andeas kikuk, lantaran baru kali ini ada muridnya yang berbicara tidak formal padanya.

"Mau ngapain ke sini? Pergi sana!"

Kali ini Pak Andeas geram. Dia tidak menyangka anak didiknya sendiri bisa-bisanya mengusirnya secara kurang ajar seperti itu. Pria itu tahu mengenai isu Radith yang hampir dikenai ancaman DO lantaran nilai-nilainya yang kelewat memalukan.

"Radithya, apa kamu bilang? Harusnya tuh saya yang nanya ke kamu sedang apa di sini! Malah ngusir saya pergi. Ikut saya ke ruang BK!"

Radith diam. Dirinya sama sekali tidak mendengar apa yang keluar dari mulut gurunya itu. Mata dan telinganya hanya terfokus pada sosok yang berdiri beberapa meter di belakang tubuh tinggi Pak Andeas.

"Ayolah, Radith. Mau ya aku bantuin?"

"Nggak! Nggak sudi gue! Lagi, lu tau dari mana nama gue?"

Wajah putih Pak Andeas memerah menahan amarahnya. Dirinya yang dulu membela Radith mati-matian untuk menahan anak itu agar tidak kena Drop Out, kini justru menghardiknya seperti itu.

"Radith, saya yakin kamu anak baik. Jadi, tolong ikut saya segera, mumpung saya masih berbaik hati."

"Ya, mau yaa.. Aku juga butuh bantuan kamu soalnya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 30, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GHOST DEALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang