Saat itu aku dan dia ada di dalam organisasi yang sama, dan sedang berada di pleton/kelompok yang sama.
Kami beserta beberapa teman kami sedang menulis apa yang tengah di dekte dari senior kami.
Dan saat kami ditanyai,
"Jadi dek, ada yang sudah hapal? Nanti yang sudah hapal ada rewardsnya." Kata salah satu senior di depan kami.
Otomatis, kami semua langsung menghapal apa yang barusan didekte oleh senior kami.
Aku? Jujur, aku sesekali mencuri pandang padanya.
Hanya berpikir, 'tuh bocah seserius itu ngapalinnya. Berharap banget dapet reward.'
Tapi tanpa sadar, aku juga mengulum senyum saat memandanginya.
Memejamkan mata dan terus menghapal tiap baris dari apa yang senior itu dikte.
Sesekali dia akan membuka mata saat dia lupa, dan memukul pelan keningnya yang 'jenong' lalu kembali menghapal.
Karena ke-kuker-anku, namaku dipanggil oleh seniorku untuk maju ke depan. Mencoba menghapal apa yang tadi didekte.
Bagus, dari sini dia terlihat sangat jelas.
Masih menghapal.
Yah, sayangnya aku gagal.
Siapa sangka aku akan ditunjuk.
Salahkan dia, yang berhasil mengalihkanku dengan sikap anehnya itu.
Tak lama setelah aku duduk kembali, nama dialah yang dipanggil.
Oh bagus sekali, hari ini aku tau namamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROOF
Short StoryAku suka dia 'apa adanya', bukan 'ada apanya' Bayangkan jika kata-kata itu keluar dari mulut cowok SMA, Percaya, kah? Tentu tidak percaya Tapi aku bisa membuktikannya Seorang laki-laki yang mengatakan itu di depan umum untuk gadis yang ia suka. Bayu...