Aku sering mendengar nama panggilannya.
Lucu.
Aku sering tertawa saat mendengar nama panggilan itu.
"Rah, Mirah! Sini lo..."
"Mia woy Mia! Nama gue Mia!" Teriaknya tidak terima saat salah satu sahabatnya memanggilnya di kantin dengan sedikit teriak.
Malu? Aku kira urat malunya sudah putus.
Ups! Sial! Sekarang kalian sudah tau namanya.
Kumohon, biar aku saja yang jatuh cinta dengannya.
Apa? Apa yang barusan kukatakan? Jatuh cinta? Oh yang benar saja.
Benarkah?
Entahlah nama panggilan itu dapat dari mana.
Tapi itu sangat lucu.
Menurutku cocok untuknya, yang sama-sama lucu.
"Mia!" Panggilku lirih.
Tapi sayang, jarak kami begitu dekat hingga ia mendengar panggilanku.
"Hm?"
'Mampus! Dia nengok, kan.' Batinku saat ia menengok ke arahku.
Lagi-lagi, perubahan ekspresi wajahnya itu sering membuatku panas dingin.
"Eum? Lo, yang manggil gue, kan?" Tanya Mia sedikit bingung.
Aku?
Entahlah, mungkin sudah lenyap ditelan bumi.
"Woy!" Dia menjentikkan jari tepat dihadapanku.
Hingga aku berkedip dan sadar dari lamunanku.
"Lo kenapa?" Tanyanya dengan sedikit terkekeh.
Yak! Menyebalkan.
"Ga. Ga apa. Manggil doang." Kataku menyembunyikan kegugupanku dengan gelengan kepala.
Kalian boleh memanggilku cupu, karna setelah itu aku kabur begitu saja.
Ya, mau bagaimana lagi.
Aku belum siap.
Belum siap bertatap mata dengannya.
Ah sial! Dia lagi dia lagi....
Tanpa sadar aku kembali mengulum senyum saat aku menyadari bahwa,
'Gue tadi manggil nama dia.'
Jika saja temanku tidak menyadarkanku dari lamunan dengan menepuk bahuku dan memberitahuku bahwa telingaku memerah, maka mungkin aku masih terjebak di dunia halusinasiku.
Apa ini? Apa ini yang dinamakan...
Ah yang benar saja.
Pasti bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROOF
Short StoryAku suka dia 'apa adanya', bukan 'ada apanya' Bayangkan jika kata-kata itu keluar dari mulut cowok SMA, Percaya, kah? Tentu tidak percaya Tapi aku bisa membuktikannya Seorang laki-laki yang mengatakan itu di depan umum untuk gadis yang ia suka. Bayu...