And so the lion fell in love with the lamb.
( Stephenie Meyer, Twilight. )–
Suyoon selalu merasa ada yang berbeda dari teman sebangkunya, walaupun perbedaan milik lelaki itu tidak dapat ia deskripsikan tanpa harus mendengar balasan dari lawan bicaranya yang mengatakan dirinya hanyalah berhalusinasi karena kurang tidur – terkadang juga, teman dari gadis itu hanya mendengus dan mengatakan bahwa Suyoon sudah terlalu jatuh hati kepada lelaki tersebut hingga mengatakan hal-hal yang mungkin hanya ada di kisah fiksi.
Ya, Suyoon tidak bisa menyangkal bahwa memang faktanya ia menyukai Guanlin, teman sebangkunya tersebut dan hubungan mereka sudah sangatlah dekat layaknya pasangan meski diantara mereka tidak ada yang saling mengatakan perasaannya secara langsung.
Tapi, ia juga tidak berbohong bahwa nyatanya kulit Guanlin selalu terlihat lebih berkilau ketika matahari menyinarinya dan warna matanya sesekali terlihat berbeda, tapi masih terlihat indah menurut Suyoon. Namanya juga jatuh cinta. Apapun pasti terlihat indah di mata sang pemilik rasa.
Lagipula, dengan adanya perbedaan, mereka dapat melengkapi satu dengan lainnya, bukan? – atau setidaknya, itu yang sering di katakan novel-novel percintaan remaja antara lelaki pembuat onar dan gadis rajin yang Suyoon sering baca, meskipun dirinya bukanlah gadis yang rajin dan Guanlin bukanlah lelaki pembuat onar.
Guanlin termasuk lelaki yang pintar, lebih tepatnya ia sangat pintar, padahal selama ini ia sering melamun atau sesekali terlihat memainkan game di ponsel miliknya dengan buku pelajaran yang didirikan untuk menutupinya.
Suyoon suka memerhatikannya dan merasa hidup itu tidak adil, karena Suyoon yang lebih memerhatikan guru ketika mengajar sering kali mendapatkan nilai yang biasa saja.
Jika sudah begitu, seperti membaca pikiran Suyoon, Guanlin suka menolehkan kepalanya ke arah Suyoon dan tersenyum manis sebelum mendongakan kepalanya ke arah guru di depan, membuat jantung sang hawa tidak karuan. Seperti sekarang.
"Fokus kedepan sana." Guanlin mendekatkan kepalanya sedikit ke arah Suyoon sambil berbisik. "Nanti kalo nilainya jelek, aku gak mau ngajarin lagi ya."
"Lin, jadi orang tuh gak boleh pelit ilmu tau." Balas Suyoon dengan volume nada yang sama tanpa melihat ke arah lelaki tersebut.
"Kalo pelit, aku udah minta bayaran setiap kamu minta diajarin ini-itu. Dasar." Jawab Guanlin sambil merusak tatanan rambut Suyoon.
Dan seperti biasa, sentuhan Guanlin terasa berbeda dan dingin untuk Suyoon. Setiap Suyoon menanyakan mengapa tangannya terasa dingin, Guanlin seperti selalu mempunyai alasan untuk menjawab itu.
Walaupun tangannya terasa dingin, setiap sentuhannya membuat jantung Suyoon rasanya ingin meledak. Mungkin kalau Guanlin dapat mendengar suara detak jantungnya, ia akan merasa bosan, karena mendapati jantung Suyoon selalu berdetak lebih cepat dibanding rata-rata jika berada di dekatnya. Apalagi dengan frekuensi interaksi mereka dapat dibilang cukup sering terjadi. Dapat dikatakan, setiap saat itu, jantung Suyoon jarang berdetak dengan normal.
KAMU SEDANG MEMBACA
touch.
FanfictionSuyoon menyukai Guanlin walau sentuhan Guanlin selalu terasa sangat dingin untuknya.