Guanlin adalah nama lelaki dengan paras yang menawan dan postur badan yang membuatnya semakin sempurna, terlihat menonjol diantara semua siswa-siswa lainnya saat mereka berbaris di lapangan sebagai peserta masa orientasi siswa menengah atas saat itu.Namanya selalu disebut di setiap obrolan teman-teman kelas Suyoon, tidak lupa dengan pujian-pujian atas ketampanannya dan juga prestasi-prestasi yang ia dapatkan sebelumnya saat menceritakan kisah tentang lelaki itu.
Suyoon sendiri tidak pernah memperhatikan Guanlin dalam waktu yang lama karena Guanlin selalu di kerubungi oleh siswi-siswi, yang ingin meminta foto dengan alasan tugas dari kakak kelas – ya iya sih, harus foto dengan anak kelas sebelah, tapi sepertinya siswi-siswi itu memiliki alasan lain.
Tidak mau ikut ke dalam perang untuk mendapatkan perhatian Guanlin, Suyoon lebih memilih untuk mencari kakak kelas tampan untuk di jadikan pemandangan. Lagipula, masih banyak kesempatan untuk melihat Guanlin tanpa harus berebut perhatian.
Dan kesempatan itu datang tepat di hari ulang tahun Guanlin setahun lalu.
Dimana Suyoon, yang berniat untuk menghampiri teman-temannya untuk membantu mereka menghias kelas sebelah untuk ulang tahun sang pangeran angkatannya, malah menemukan Guanlin sedang berjongkok dibalik tembok kelasnya sepulang sekolah.
"Loh–"
Guanlin mendongakkan kepalanya ke arah Suyoon dan segera menaruh telunjuk di depan mulutnya sebagai isyarat untuk Suyoon diam. Suyoon menganggukan kepalanya pelan sebelum ikut berjongkok di depannya dengan tangan yang terjulur ke arah Guanlin dan senyuman tipis di bibirnya.
"Happy birthday." Kata Suyoon, entah darimana keberaniannya itu muncul.
Guanlin melirikan matanya antara wajah Suyoon dan tangannya yang masih terjulur untuk di salami oleh Guanlin tanpa membalas ucapan Suyoon untuk beberapa detik sebelum ia menundukan kepalanya, berbisik terimakasih pelan tanpa melihat mata Suyoon ataupun menjabat tangannya kembali.
"Tangan gue gak kasar kok....." Suyoon menurunkan tangan yang ia julurkan setelah mengecek kedua telapak tangan miliknya itu, dan berdiri untuk meninggalkan Guanlin, yang malah menarik lengan perempuan itu untuk kembali jongkok.
"Sorry, bukan gitu maksudnya." Ujar Guanlin dengan suara pelan, "Tangan gue dingin."
"Hah, enggak kok – eh, iya deng tapi gak dingin-dingin banget kok." Suyoon berbohong.
Sejujurnya, sentuhan Guanlin memang terasa lebih dingin dari tangan-tangan yang pernah ia sentuh sebelumnya. Rasa dinginnya sama seperti terakhir ia memegang tangan mendiang ibunya. Tapi Suyoon yakin, mengatakan tangan Guanlin terasa seperti tangan orang meninggal adalah hal yang tidak sopan.
Alis Guanlin terangkat sembari mencoba menahan tawanya. Ia tahu Suyoon berbohong karena ia dapat mendengar pikiran cewek itu yang mengatakan tangannya terasa seperti tangan mayat – yang tidaklah salah, karena Guanlin memang bukan manusia dengan darah yang mengalir.
"Masa sih?" Tanya Guanlin kembali sambil mempererat pegangannya.
Bisa beku nih gue lama-lama, pikir Suyoon walaupun kepalanya mengangguk seakan sentuhan Guanlin tidak memiliki efek apapun pada manusia lemah seperti Suyoon.
Guanlin mulai tersenyum dan Suyoon mulai meringis.
"Ah, gakuat-gakuat! Lepasin-lepasin!" Pinta Suyoon, menarik tangannya dari Guanlin dan segera mendekap lengannya tersebut, berharap itu dapat membantunya menjadi lebih hangat. "Kok bisa dingin banget sih? Ibu kamu – eh, ibu lo ngidam es batu ya?"
Bukannya menjawab, Guanlin malah tertawa mendengar pertanyaan polos Suyoon yang keluar dari bibirnya itu. Suyoon yang tahu cowok itu tidak akan menjawabnya, kembali menjulurkan tangannya lagi kehadapan Guanlin. Lagi-lagi, Suyoon tidak tahu kenapa ia bisa menjadi sangat berani seperti ini padahal sebelumnya Suyoon bukanlah cewek yang gampang berinteraksi dengan cowok.
"Kata lo dingin." Ujar Guanlin tapi kali ini ia menjabat tangan Suyoon dan menatap matanya.
Suyoon menarik lengan sweaternya sampai kedua telapaknya tertutupi dan memegang tangan Guanlin erat, sesekali mengusapnya pelan seperti yang sering di lakukan ibunya dulu, dengan harapan itu dapat menghangatkan tangan Guanlin yang dingin.
"Biar anget–"
"Gila, lama banget si Guanlin ke toilet?" Protes Somi saat membuka pintu kelas dan menoleh ke arah dimana Suyoon masih berusaha untuk menghangatkan tangan Guanlin dan Guanlin memperhatikannya dengan senyum tipis di wajahnya yang susah sekali untuk muncul.
Dan tidak satupun dari mereka menyadari bahwa Somi sedang memperhatikannya.
"Suyoon bukannya bantuin malah nyolong start nih!" Seru Somi bercanda namun cukup keras untuk membuat atensi anak-anak yang ada di dalam kelas menjadi ke arahnya.
Suyoon segera melepaskan tangan Guanlin dan menggelengkan kepalanya ke arah Somi, panik. Sedangkan Guanlin, ia lagi-lagi masih memperhatikan semua gerakan dan ekspresi yang di buat Suyoon seakan Suyoon adalah hal yang paling menarik untuknya.
"Gak gitu tau!" Katanya masih dengan gelengan saat ia berdiri dan merasakan kakinya mati rasa karena terlalu lama berjongkok membuatnya sedikit oleng. Beruntung, Guanlin menangkapnya cepat seperti drama-drama korea yang Suyoon sering tonton sebelumnya.
"Tuhkan nyolong start lagi!"
"Somi!" Rengek Suyoon.
*
Teman-teman Guanlin tahu bahwa Guanlin sudah tahu tentang kejutan yang mereka buat dari ekspresi bahagia yang terlihat palsu itu. Meskipun begitu, Guanlin masih merasa senang dengan perhatian yang mereka berikan untuk Guanlin di hari ulang tahun hari itu.
Terkadang saat-saat seperti ini membuat Guanlin ingin menjadi manusia seutuhnya, dimana ia bisa bergaul dengan sepuasnya tanpa harus takut dapat melukai atau membunuh teman-temannya karena hasrat untuk darah yang dimilikinya yang dapat muncul secara tiba-tiba.
"Lin, potongan pertama buat siapa nih?" Tanya Daehwi.
Guanlin melirik ke sekitarnya dan matanya berhenti di arah Somi yang kerap menggoda Suyoon hingga saat ini. Bibirnya kini membentuk sebuah senyuman yang tulus dan tidak sama sekali terlihat palsu saat tatapannya bertemu dengan pemilik mata yang ia inginkan untuk menatapnya kembali.
Di tengah keheningan, Guanlin berjalan mendekatinya.
"Nama lo siapa?"
"Kim Suyoon."
Guanlin mengangguk sebelum memutar kepalanya ke arah Daehwi.
"Potongan pertama buat Suyoon, Hwi."
Siang itu, tidak hanya potongan kue black forest dengan buah ceri di atasnya yang Guanlin berikan kepada Suyoon, tetapi juga setengah hatinya untuk Suyoon jaga karena tidak perlu waktu yang lama untuk jatuh cinta kepada orang yang kita anggap tepat.
–
double update karena hari ini adalah ulang tahun kesayangan kita yang ganteng utututu yaitu guanlin. sebenernya, aku gak ada niatan buat bikin ini. tapi sekalian aja buat ceritain pertemuan pertama mereka. hehehehe.
hope you like it!
and once again, happy birthday guanlin!
KAMU SEDANG MEMBACA
touch.
FanfictionSuyoon menyukai Guanlin walau sentuhan Guanlin selalu terasa sangat dingin untuknya.