24. Please! Jangan ganggu gue!

29 3 0
                                    

Bel pulang berbunyi dengan nyaring nya. Membuat seluruh penghuni kelas berhamburan keluar. Venus masih terduduk di kursinya. Masih terbayang jelas kejadian kemarin di memory kecilnya. Sesekali Venus menggelengkan kepalanya, bermaksud menghilangkan adegan yang terus berputar mulus.

Venus mulai memasangkan handset nya ke telinga. Berharap kejadian kemarin hilang seketika. Venus mulai memejamkan matanya. Menikmati setiap alunan lagu yang dia putar.

Selang beberapa menit, terdengar suara langkah kaki mendekat kearah nya. Venus masih belum membuka matanya. Hingga sebuah tangan kekar itu, membingkai wajahnya. Perlahan Venus membuka matanya. Melihat sosok yang saat ini berada di dekat nya.

"Hai, kamu kenapa?" Tanya seseorang didepan Venus dengan suara yang begitu khas.

Venus tak bersuara. Masih tetap diam dengan tatapan yang tidak lepas dari kedua manik mata seorang pria jangkung didepan nya.

"Lagi ada masalah? Cerita aja sama saya. Itupun kalo kamu mau cerita ke saya." Ucapnya dengan nada suara begitu lembut dan sopan terhadap Venus.

"Maaf kak, Venus lagi pengen sendiri." Balas Venus, sambil melepaskan tangan kekar yang membingkai wajahnya.

"Kamu lagi ada masalah sama siapa lagi? Sama Affan? Sama Arysi? Atau sama Da-"

"Cukup kak, Venus nggak mau kakak ikut campur urusan Venus. Biar Venus yang selesaiin masalah ini sendiri." Potong Venus lalu berdiri meninggalkan ruang kelas yang sudah sangat sepi.

Venus berjalan menyusuri koridor menuju pintu gerbang. Pandangannya masih tertunduk dalam. Menatap setiap inci lantai keramik yang dia pijak. Fikiran nya sedang melayang kemana-mana. Dia butuh sendiri saat ini.

Tanpa disengaja, Venus membentur dada bidang seseorang yang ada didepan nya. Venus langsung mendongakkan kepalanya. Menatap seseorang yang dia tabrak.

Degg....

Sebuah senyum miring tercetak di sudut bibir Dafa. Venus terbelalak melihat siapa yang dia tabrak. Venus memundurkan langkah kebelakang satu langkah. Namun, Dafa justru menariknya kedalam pelukan nya. Venus tersentak seketika. Kaget dengan respon yang Dafa beri padanya.

"Kenapa loe? Takut sama gue?" Tanya Dafa sambil berbisik di telinga kiri Venus.

Tubuh Venus menegang sempurna. Dia tidak tau harus melakukan apa. Pikirannya sedang tidak tertata rapih, bahkan mungkin seperti benang kusut yang sulit untuk dilerai.

Terdengar kekehan kecil dari Dafa. Perlahan Venus memejamkan matanya. Menenangkan dirinya yang sedang tidak stabil. Venus mencoba melepaskan pelukan Dafa, namun tetap saja nihil. Tenaganya lebih besar dari Venus.

"Kenapa? Kok diem? Capek?" Tanya Dafa lagi.

"Please! Lepasin gue." Pinta Venus dengan suara sedikit serak.

"Kalo gue gak mau gimana?"

"Gue mohon Dafa. Gue lagi gak mau berurusan sama loe." Ucap Venus dengan semua sisa tenaganya.

"Apa loe bilang? Mohon? Gue gak pernah denger seorang Venus Ananta Pradipta memohon pada seseorang." Decih Dafa dengan nada suara yang meremehkan.

Tenaga Venus mulai habis. Napasnya mulai putus-putus. Kepalanya mulai memberat. Dan pandangannya mulai kabur. Seketika tubuh Venus melemas. Dafa yang masih memeluk Venus terkejut luar biasa.

"Ven, Venus! Ven! Venus! Bangun Ven!" Ucap Dafa sambil menepuk-nepuk pipi Venus berharap dia sadarkan diri.

Dafa mulai panik. Dia langsung membopong tubuh Venus menuju mobilnya. Mengendarai nya pun lebih dari batas normal. Dafa begitu panik dan cemas. Baru kali ini Dafa sampai sekhawatir ini, selain pada orang tuanya.

Dafa mulai mengacak-acak rambutnya frustasi. Dengan terus mengerang tidak jelas.

"Kenapa bisa gini sih!" Gerutu Dafa sambil terus memukuli stir yang tak bersalah, "gue kan gak bermaksud ngapa-ngapain!" Tambahnya.

*****

Sekarang Venus tengah berbaring diatas kasur rumah sakit dengan tabung oksigen, dan selang infus yang terpasang sempurna. Wajahnya terlihat begitu tenang. Tergambar siluet yang begitu indah dan sempurna. Siapapun yang menatapnya, pasti langsung jatuh hati pada paras cantik Venus. Sama seperti Dafa. Yang sekarang sedang berada tepat disamping ranjang Venus berbaring.

"Maafin gue Venus, gue gak bermaksud buat loe gini. Gue cuma mau loe ada bersama gue. Gue gak pernah seperhatian gini sama cewek lain, sebelum loe datang dan menyeruak. Gue suka loe yang dingin, cuek, datar, gak peka, dan.... dan.... dan apa ya? Gue lupa." Ujar Dafa sambil terus berdialog dengan Venus yang masih belum sadar.

Pintu ruangan terbuka. Terlihat seorang pria seumuran dengan dirinya berjalan menghampiri Dafa.

"Daniel!" Ucap Dafa saat melihatnya memasuki ruangan.

"Siapa yang loe sakiti lagi? Belum puas loe buat anak orang stres dan bunuh diri? Hah?" Rutuk Daniel pada adiknya itu.

Daniel dan Dafa sebenarnya kembar, namun mereka berdua tidak ada mirip-mirip nya sama sekali. Hanya postur tubuhnya saja yang sama tinggi dan jangkung.

"Gue gak ngapa-ngapain dia. Dia tiba-tiba pingsan, masa gak gue tolongin." Timpal Dafa.

Daniel berjalan mendekati gadis yang masih berbaring disana. Setelah melihatnya, mata Daniel membulat sempurna. Dia terkejut luar biasa. Melihat siapa yang Dafa bawa kerumah sakit ini.

"I-ini Venus kan?" Tanya Daniel terbata.

"Iya. Loe kenal sama dia?" Tanya Dafa pada Daniel yang memang sedikit kaget. Ternyata Daniel mengenal Venus.

"Venus Ananta Pradipta kan?" Tanya Daniel sekali lagi.

"Iya. Ada hubungan apa loe sama Venus?"

"Dia gadis yang selalu gue rindu kan setiap malam Dafa. Loe apain dia? Jawab!"

"Gue gak ngapa-ngapain seriusan. Dia pingsan pas gue peluk."

Plakk....

Sebuah tamparan mulus mendarat di pipi Dafa. Dafa meringis kesakitan. Terlihat ujung bibirnya sedikit robek hingga mengeluarkan cairan merah yang mengalir begitu saja.

"Keluar sekarang!" Tegas Daniel pada Dafa.

Dafa hanya bisa pasrah saja, dan meninggalkan ruangan tempat Venus terbaring lemah. Meninggalkan kakaknya bersama gadis yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama.

"Sial!" Rutuk Dafa sambil terus mengusap darah segar yang terus keluar dari sudut bibirnya.

*****

Venus masih belum sadar sedari tadi. Daniel yang melihatnya saja hatinya seperti tersayat-sayat oleh belati kecil namun begitu tajam. Sangat-sangat memilukan. Sesekali Daniel mengelus puncak kepala Venus. Dia begitu merindukannya, sangat rindu malah. Namun, mengapa Daniel harus dipertemukan kembali dengan Venus yang tengah terbujur lemah didepan nya?

"Ven, gue kangen sama loe. Gue rindu sikap loe yang hangat ke gue dulu. Bukan sikap dingin dan cuek yang selalu loe kasih ke gue. Gue tau, gue udah ngelakuin kesalahan besar sama loe. Tapi gue mohon sama loe, tolong maafin gue." Lirih Daniel dengan suara yang sedikit gemetar menahan isak tangis yang ingin keluar.

"Gue nggak mau terus-terusan kepikiran sama kesalahan yang dulu gue buat. Gue merasa terbebani Ven. Gue gak bisa nahan semuanya lebih lama lagi. Gue butuh kepercayaan dari loe seutuhnya kembali. Gue mau itu. Gue mau loe yang dulu, bukan yang sekarang." Adu Daniel dengan menggenggam erat tangan Venus, sambil terus mengeluarkan semua unek-uneknya. Hingga Daniel meneteskan air matanya.

Sebegitu menyesal nya Daniel, akan perbuatannya dimasa lalu bersama Venus. Hingga Venus pun tidak mau memaafkan dan sangat enggan sekali untuk menemui Daniel kembali.

*****

Gimana? Feel kurang dapet ya?
Maaf, lagi sibuk buat persiapan 17 an...
Soalnya aku jadi pengibar buat HUT RI ke-73 nanti di kecamatan...
Eh, malah curhat...wkwk... Maaf ya...
Kalo yang pengen rubah alur bisa Comment ya...
Vote nya juga masih aku tunggu nih...

Salam

enihnindi

My Secret Diary (Serupa Tapi Tak Sama) [Completed] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang