4. Rasa ini berawal dari tatapan mata

6 1 0
                                    

Pagi ini Arsyana selesai melakukan semua pekerjaan rumahnya, ia memang jarang sekali sarapan sebelum berangkat sekolah.

Arsyana menghidupkan mesin motor maticnya kemudian melaju kencang untuk menuju sekolahnya.

Ditengah perjalanan Arsyana merasa ban motornya seperti kempes, ia turun dari motornya kemudian melihat ban motornya yang tertancap paku.

"Aduh pakek acara bocor segala sih, bisa telat nih!" ucap Arsyana panik, sembari melihat jam hitam yang melingkar dipergelangan tangannya.

Ia sangat panik dan kebingungan, sepuluh menit lagi gerbang sekolah sudah ditutup, ia menengok kekanan kekiri berharap ada orang yang dikenalnya.

Suara motor berjalan menghampirinya, Arsyana menyipitkan matanya ia tidak begitu mengenali wajah orang yang tertutup helm full face tersebut.

Laki laki itu membuka helm yang ia pakai, baru Arsyana mengenali laki laki tersebut. "motor lo kenapa?"

"Bocor!"

"Itu disebelah sana ada tukang tambal ban." kata laki laki itu seraya menujukan bengkel yang tidak jauh dari tempat mereka berpijak.

Arsyana menganguk, ia menuntun motornya berjalan kearah bengkel tersebut.

"Pak! ban motor saya bocor, nih" ucap Arsyana menuntun motornya memasuki bengkel tersebut.

"Iya neng, biar saya yang tangani."

"Kira kira kapan ya pak selesainya?"

"Paling setengah jam mbak"

"Aduh! Gue bisa telat nih!"ucap Arsyana semakin panik.

"Udah bareng gue aja." ucap laki laki itu yang sedari tadi menunggu Arsyana didepan bengkel tersebut.

Arsyana menjadi bingung ia melihat jam yang berada dipergelangan tangannya sudah menunjukan pukul 06:50 sedangkan sekolahnya masih jauh dari tempat tersebut.

"Yaudah pak, saya tinggal ya, nanti saya ambil," ucap Arsyana dan mendapatkan anggukan oleh bapak itu.

Arsyana berjalan kikuk mendekati laki laki yang dia tahu adalah teman sekelasnya, yang selalu memperhatikan Arsyana.

"Beneran gakpapa?" ucap Arsyana masih ragu dengan laki laki yang berada didepannya.

"Iya, kita kan sekelas, yah walaupun lo itu orangnya sombong dan dingin, tapi gue gak pendendam."

Arsyana menelan salivanya, ia jadi teringat saat mengabaikan laki laki yang berada didepannya ini, namun ia tidak ambil pusing ia segera menaiki motor laki laki berambut cepak tersebut.

Laki laki itu melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, Arsyana terlonjak kaget reflek ia memeluk laki laki tersebut dengan erat sambil memejamkan matanya.

"Udah nyampe, masih meluk aja."

Arsyana terkesiap, ia tersadar dengan cepat turun dari motor laki laki itu.

"Oh ya gue Erikson putra herdian panggil aja Erik, salam kenal ya" ucap Erikson ramah.

"Lo udah tau nama gue kan?" ucap Arsyana dingin.

Arsyana berjalan mendahului Erikson, dengan cepat Erikson berjalan menjajari Arsyana.

"Dasar cewek gak tau terimakasih"

Arsyana melirik sekilas kearah Erikson yang berjalan disampingnya, "makasih" ucapnya cepat.

Erikson tersenyum miring melihat Arsyana "gak ikhlas banget"

Arsyana menghentikan langkahnya begitu pula dengan Erikson, Arsyana memandang Erikson, mereka saling pandang cukup lama, jantung keduanya berdetak lebih cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 31, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang