Dua

140 3 1
                                    

Dia mengerjap-ngerjapkan mata tidak percaya yang tengah dilihatnya. Davino yang merasakan bahwa mobilnya melambat mengalihkan pandangannya dari handphone dan mengikuti arah pandang Alva.

Dan betapa kagetnya, ketika dia tahu kalau ada kecelakaan mobil yang di kendarai putrinya. "Stop". Alva memberhentikan mobilnya dan segera keluar.

Keduanya langsung menerobos kerumunan orang-orang, dan langsung melihat keadaan orang yang ada di dalamnya. Keduanya sama-sama dalam keadaan yang tidak sadarkan diri. Ibunya, Alya terdapat darah yang banyak di beberapa bagian wajahnya karena serpihan- serpihan kaca yang mengenainya.

Dan di lengannya terdapat sayatan kaca yang cukup dalam. Sedangkan Felycia, kelihatannya luka nya ringan karena bagian dahinya saja yang terluka karena adanya benturan yang keras dengan setir.

Dengan sigap kedua lelaki itu langsung membuka pintu mobil dan mengeluarkan mereka dengan hati-hati.

Ambulance datang.

Entah siapa yang memanggil ambulance itu. Yang pasti kedua lelaki ini akan sangat berterima kasih, tak menunggu waktu lama keduanya meletakkan mereka ke dalam ambulance.

Rumah sakit

Keheningan menyelimuti dua lelaki itu. Gelisah, sedih, takut, tegang, resah bercampur jadi satu menyerbu perasaan mereka saat ini. Menunggu adalah hal yang tidak di sukai oleh Alva apalagi disaat seperti ini.

Sudah enam jam lamanya Alva dan Davino menunggu berita dari dokter yang menangani Alya istrinya. Tiba-tiba pintu ruang UGD itu terbuka dan beberapa dokter keluar dari sana.

Dengan sigap kedua lelaki itu menghampiri salah satu dokter. "Bagaimana keadaan istri saya,  dok?" tanya Davino panik.

Dokter itu tampak menghela napas panjang dan menjawab " Maafkan kami pihak rumah sakit pak, semuanya hanyalah kehendak Tuhan.-"

"Ma-maksud dokter apa?" tanya Alva tergagap. Lalu dokter itu meletakkan tangan kanannya di pundak Davino bermaksud supaya tabah dan sabar.

"Istri bapak telah dipanggil oleh Yang Maha Kuasa." ucapnya lalu dokter itu permisi untuk pergi.

Alva mengacak acak rambut nya frustasi. Mamanya meninggal. Mama nya tersayang.

"Ma..ma.." lirihnya dengan air mata yang menetes.

Dengan gerakan yang tak bisa di artikan, alva langsung berlari ke arah kamar VIP, dan menggebrak pintu dengan keras.

Si pemilik kamar yang semula menatap kosong langit langit kamar inap nya, langsung terlonjak kaget ketika ada seseorang masuk dengan gebrakan pintu yang keras.

Nampak mata alva berkaca kaca tapi siapapun kalau melihat dengan jeli, akan menemukan sorot mata yang tajam dan dendam. Dengan nafas terengah engah dan kedua tangan yang mengepal dengan kuat, perlahan dia mendekati ranjang

"PEMBUNUH, PEMBUNUH!!!!"

"KENAPA MESTI KAMU YANG BAWA MOBIL, HAH?"

"KENAPA!!!!!"

"AKU BENCI KAMU FE!!" teriak nya.

***

Di sekolah

"Akhirnya sampai juga...ya Fe, selamat dari kemacetan." ucap Salma dengan menghela napas panjang.

Sedangkan Felycia hanya diam seribu bahasa meskipun sahabatnya berkata kepadanya. Entah apa yang dipikirkannya sekarang.

Aku Rindu KakakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang