Bagian Satu

940 6 1
                                    

Back to the my story, hari ini gue bersiap siap buat ke luar kota, tidak jauh, hanya ke bandung! nanti gue di sana menetap dan memulai kehidupan baru, kok pindah? Kenapa gak sekolah di jakarta saja? Tidak, itu jawaban gue dari pertanyaan kalian. Hanya ingin memulai nya dari ulang saja dan mentap disana.

Gue gak sendiran, gue berangkat dari terminal ke bandung itu sama ayah gue! Gak perlu kalian tahu lah ya siapa nama ayah gue.

"Nanti kamu sekolah disana yang benar jangan menyusahkan orang tua kamu, jangan seperti kakak kamu yang laki laki itu. Bisa nya menyusahkan saja" ujar ayah gue di dalam bus.

kembali ke bagian perkenalan. Gue adalah anak ketiga dari dua saudara diantara nya laki laki dua sama gue dan satu perempuan, masalah kakak laki laki gue yang ini ya emang dia itu lulusan SMK dan tidak lanjut lagi dia memilih kerja tetapi dia kerja seperti orang tidak niat berkerja, sedikit sedikit resign dengan alasan gaji kecil. Sumpah di situ gue merasa kecewa kalau jadi dia yang melahirkan nya! Dan sekarang dia itu pengangguran.

"Iya yah, aku akan belajar dengan sungguh sungguh" jawab gue.

Gue punya masa lalu atau tidak nya? Punya lah ya, manusia mana yang gak mempunyai masa lalu? pasti! Semua manusia mempunyai masa lalu, entah itu kelam atau bahagia.

Ada yang mau tahu masa lalu gue seperti apa ? Koment :)

Sampai nya kita berdua di terminal bandung kami melanjutkan dengan sebuah angkot untuk menuju rumah bibi gue, ada saudara? ada! Di sana ada bibi dan beberapa saudara saudara gue yang seumuran.

"Assalamu'alaikum" ucap ayah, sesampai nya di rumah bibi gue.

"ada yang bisa aku bantu om?" tiba tiba seorang perempuan seumuran gue datang dari arah belakang.

"bi Dewi kemana yah dek"

"oh bi Dewi ada, sebentar yah om aku panggil kan" seorang perempuan itu langsung berlari, entah kemana.

Gue melihat ke arah sekeliling rumah bibi gue, ya cukup bagus hanya saja sederhana gak kaya rumah rumah orang kaya.

Lima menit kemudian gue melihat ke arah jalan ada seseorang jalan menuju kerumah bibi gue, ternyata seorang perempuan tadi dan bersama wanita tua ( tidak terlalu tua ) datang bersamaan.

"Herman, kamu datang pas kapan?" ternyata dia itu bibi gue dan seorang perempuan yang datang dari arah belakang itu namanya,"terima kasih Alena" ujar bibi gue ke perempuan tersebut.

Alena toh.

"Ayo masuk" gue dan ayah masuk ke dalam rumah bibi,ternyata gue salah di dalam rumah nya bagus banget dan cukup luas, ada beberapa kamar juga sih.

"jadi begini bi, Anif kan minta sekolah di bandung dan dia katanya bosan di jakarta, yasudah saya antar lah Anif ke bibi siapa tahu bibi ingin menerima nya?" Ayah membuka obrolan.

"Ya tentu, bibi akan merawat Anif sebaik mungkin. Kan Anif keponakan bibi yang paling ganteng hahaha" jawab bibi gue sambil meluk gue.

Ganteng darimana ?

"Iyah bi" jawab gue sambil ketawa kecil.

"Jadi nanti Anif mau sekolah dimana?" tanya bibi gue,"yang dekat dekat saja bi, kira kira dimana?" Gue kan baru pindah kesini jadi mana tahu sekolah terdekat disini.

"Bareng Alena mau?"

"Alena? perempuan yang tadi memanggil bibi untuk pulang?"

"Iyah, mau?"

"Malu ah bi, lagi pula Anif gak kenal sama dia?" Gue memang seperti ini kalau sama orang baru.

"Biasa nya malu malu in juga"

Ada yang memotong pembicaraan tapi gak ada orang nya, gue mencari sumber suara tersebut.

"Apa kabar kembaran gue yang satu ini hahaha" suara ngebas tersebut ada di hadapan gue,"anjir lo, gue kira syaiton hahaha" jawab gue kaget.

Yang dateng menghampiri kita semua ini nama nya Arlan dia anak dari bibi gue, orang nya familiar sih gak kaya gue baru ketemu diem dieman hahaha. Dia di banding gue soal ganteng sama aja dan kita bisa sering di bilang mirip sama tetangga ( katanya ) tapi gue gak merasa kalau kita berdua mirip.

"Eh Arlan" ucap ayah.

"Eh om Herman, apa kabar om?" jawab dia sambil bersalaman.

"Baik, kamu bagaimana?"

"Baik juga kok om, Anif mau sekolah disini?" tanya nya,"yaudah bareng Arlan saja om" sambungnya.

"Dimana?" sahut gue penasaran.

"Oh iyah bibi lupa, Arlan kan masih sekolah juga yah" bibi gue menepuk jidat nya.

"Yah mamah gimana sih" Arlan menjawab ucapan bibi.

"Dimana?" tanya gue sekali lagi.

"Udah gampang nanti lo ikut gue aja daftar sendiri, dan om herman? Mending om herman pulang, jangan manja manjain Anif terus om nanti kebiasaan! Biar Anif hidup mandiri tanpa om" jelas Arlan, benar juga sih yang di bicarakan oleh Arlan, gue ini emang sering banget di manja manjain sama kedua orang tua gue.

"Iri aja lo" komen gue soal ucapan Arlan,"emang benar kan, om?" ujar Arlan sambil nepuk pundak ayah gue.

"Benar apa yang di ucapkan Arlan, kamu itu emang manja! Jadi selama gak ada ayah atau ibu kamu, kamu gak bisa manja" ucap ayah menghadap ke gue.

"Yaudah" jawab gue sedikit kesal.

Hari semakin sore dan gue sibuk bersih bersih kamar, yang gue tempatin itu bukan kamar buat gue sendiri tapi ada Arlan juga sengaja gue milih tidur bareng dia biar ada sedikit teman obrolan. Semua barang barang yang gue bawa gue taruh di lemari or tempat tempat yang kosong.

Ayah gue pulang ke jakarta hari ini juga, cuma menghantar saja!

Selain membawa pakaian gue juga bawa kertas kertas penting kaya sertifikat atau kartu keluarga, kenapa? Biar gak susah nanti dan malas juga buat pulang ke jakarta nya.

Sexual AbnormalitiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang