Chapter 4

65 13 0
                                    

Xia Yao sedang berada di restoran cepat saji saat sebuah dering ponsel membuatnya harus meletakkan alat makannya, dia mendengus kesal pada seorang yang mengganggu waktu sarapannya. Meskipun dia hanya memesan sepotong roti kukus dengan daging sapi didalamnya serta Americano pahit untuk membuat matanya terbuka dan merilekskan tubuhnya dari ketegangan yang telah dia lalui dirumah tadi, ketika makannya terganggu Xia Yao akan kesal.

Xia Yao mengeluarkan ponsel dari saku celananya, melihat nama orang itu. Dia mengerang ketika nama sang ayah terpampang jelas, setelah menimang apakah dia akan mengangkat atau membiarkannya akhirnya dia memutuskan untuk menekan tombol hijau. "Yes, dad?" Salamnya.

Terdengar helaan napas keras dan suara pintu terbanting dari seberang, "Xia Yao, apakah kamu tidak melihat jam? Rapat akan segera dimulai, di mana kamu?"

Mendengar ayahnya akan mulai memberikan omelan panjang, tangan kanannya mengambil garpu dan menusuk roti kukusnya kembali. Dia membuka mulutnya dan mengeluarkan suara kecapan yang memberi tahu lawan bicaranya bahwa dia sedang makan pagi.

"Bisakah kamu makan dengan benar? Berapa kali Daddy harus mengingatkanmu untuk tidak mengecap saat makan? Hah, baiklah. Waktumu 15 menit dan kamu harus sampai di perusahaan pukul 10 tepat." Setelah itu telfon di matikan begitu saja. Xia Yao terkekeh, membayangkan sang ayah mengerutkan keningnya kesal ketika mendengar suara kecapan makan Xia Yao. Meskipun mereka seorang dari China, tapi keluarganya memiliki beberapa peraturan yang sama dengan barat terutama cara makan.

Dia melihat jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan pukul 9.37. Melihat waktu perjalanan ke perusahaan yang memakan waktu setidaknya 20 menit, Xia Yao segera menghabiskan makanannya. Dia menaruh uang 50 dolar di meja dan menindihnya dengan gelas kopi yang tinggal separuh.

Xia Yao mengeluarkan ponselnya, menekan sebuah nomor. "Tolong siapkan pakaian saya untuk rapat, saya akan tiba dalam 20 menit lagi. Terima kasih." Kata Xia Yao pada asistennya ditelfon. 

Kemudian dia kembali menelpon temannya yang ada di bengkel, mengatakan bahwa dia akan berada di sana ketika urusan perusahaan selesai. Dia meminta teman gengnya untuk membiarkan mobilnya tidak tersentuh sampai dia datang, yang diiyakan oleh mereka.

Hari ini mungkin akan menjadi hari bersejarah untuk Xia Yao. Pasalnya hari ini dia mau menghadiri rapat saham yang sungguh sangat membosankan menurutnya, milik perusahaan sang papa setelah beberapa tahun yang lalu selalu diwakilkan oleh sang kakak.

Xia Yao memakai pakaian formal; jas hitam, kemeja garis putih dengan dasi biru gelap, sepatu pantofel hitam dan jam tangan hitam di tangan kanannya yang telah disiapkan oleh asisten Xia Yao sebelumnya. Di sampingnya ada sang papanya yang mengenakan setelan senada dengan Xia Yao, memimpin rapat dan mendengarkan presentasi-presentasi yang berisi rancangan program-program hebat untuk proyek selanjutnya dari bawahannya.

Sejujurnya, Xia Yao merasa tidak nyaman dengan lingkungan yang serius seperti ini, dia selalu ingin cepat selesai dan segera pulang. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa dihadapan para pemilik saham lainnya selain diam dan mengamati sekitar. Xia Yao menghitungkan bahwa 25 kursi yang diisi penuh oleh para petinggi dan pemegang saham terbesar dan dengan satu meja besar di sini merupakan hasil pembuatan perusahaan perabotan rumah dari perusahaan sang kakek. 

Xia Yao juga memperhitungkan bahwa biaya yang dikeluarkan untuk ini pasti lebih dari pendapatan 6 hari di restoran miliknya. Dia mendesah, merasa bahwa dia belum sebanding dengan apa yang papanya miliki.

Ketika dia sedang mendengarkan rapat dengan serius, hanya berpura-pura. Tiba-tiba pintu terbuka, menampilkan seorang laki-laki berjas mahal, perawakan tegap dan dewasa. Xia Yao dan yang lainnya mengalihkan pandangannya pada laki-laki itu. Aura tegas dan dinginnya menguarnya membuat suasana terasa lebih mengintimidasi, apalagi ketika suara berat yang penuh dengan bobot keluar dari mulutnya. Dia duduk dengan elegan di sebelah Xia Yao, mengabaikan mata melotot dan terkejut dari Xia Yao.

Kill or Die!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang