🌼🌼🌼
"Besok Mas ke rumah, sekalian makan di sana. Kangen masakan Mama Lintang."
"Iya."
"Kata Papa, Dek Jani lancar ngerjain soal-soal ujian ya?"
"Iya."
"Beneran lancar? Nggak ada kesulitan sama sekali?"
"Nggak."
"Hebat! Makin pinter adek Mas ini!"
"Makasih."
Habis itu nggak ada yang bicara selama beberapa saat. Minatku buat ngobrol banyak sama Mas Abhi rasanya udah berkurang gara-gara kejadian di toko buku, ditambah lagi akhir-akhir ini dia jarang jemput aku.
"Maaf ya, Mas tahu Jani marah. Tapi Mas kemarin-kemarin sibuk buat persiapan ujian kelulusan."
"Aku tahu."
Kemudian sunyi lagi.
Tapi aku beneran tahu kok, Mas Abhi memang sibuk. Karena minggu lalu aku lihat sendiri dia sibuk ... sama pacarnya.
"Dek-"
"Sudah dulu Mas, aku mau main sama adek-adek. Assalamu'alaikum."
Selesai mengucap salam, sambungan langsung kuputus lebih dulu.
*
*
*
"Memangnya Ayah masih ingat Bunda?"
Keningku mengerut lihat Ayah tersenyum.
Pagi ini Ayah ngajak aku buat jenguk Bunda.
Tadinya aku mau Ibu dan adek-adek ikut, tapi sayangnya Cakra lagi demam, jadi Ibu harus rawat Cakra di rumah. Dira, dia nemenin Ibu rawat Cakra. Meski dia sering jahil sama Cakra, tapi aku tahu kalau dia sayang banget sama Cakra. Dira akan jadi orang pertama yang berdiri di depan Cakra kalau sesuatu terjadi padanya.
"Bahkan sampai detik ini, Ayah masih ingat suara Bunda kalau panggil Ayah."
"Tapi kan Bunda perginya udah lama? Ayah beneran masih ingat?"
Tangan besar Ayah terulur, membelai rambutku yang diikat rapi oleh Ibu sebelum berangkat tadi.
"Masih sangat ingat."
Dari sorot mata Ayah, aku tahu kalau Ayah nggak bohong.
"Ayah kangen Bunda?"
"Selalu."
Keningku kembali mengerut dengar jawaban Ayah.
"Ibu tahu kalau Ayah kangen Bunda?"
"Tahu."
"Ibu marah?"
"Sama sekali nggak."
"Kok bisa?"
"Karena Ibu juga sayang sama Bunda."
Aku terdiam. Coba memahami arti omongan Ayah barusan.
"Kalau Ibu nggak sayang Bunda, nggak mungkin Ibu rutin jenguk dan rawat makam Bunda sampai sekarang, iya nggak?"
"Tapi Ibu nggak kenal Bunda kan?"
"Lewat Caca, Ibu kenal Bunda. Lewat Caca juga, Ibu tunjukin sebesar apa sayangnya sama Bunda. Caca ngerasain sayangnya Ibu ke Caca nggak?"
Kepalaku mengangguk secara otomatis.
Tentu saja, aku tahu sayangnya Ibu buat aku sangat besar!
"Nah, yang Caca rasain itu in shaa allah juga dirasain sama Bunda. Besar nggak sayangnya Ibu ke Caca?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Still You (Full Version Ready On DREAME)
Short StoryA story about Abhinaya and Samita 💜