-4-

14.4K 2.2K 81
                                    

Jangan lupa vommentsnya gaeeessss 😆

Selamat membaca 💋

🌼🌼🌼

"Kayaknya itu deh anaknya, Ca," bisik Desy waktu kami ke kantin dan jalan nggak jauh dari sekumpulan siswa yang asik bercanda.

"Terus kenapa?" tanyaku setelah menemukan sosok yang Desy maksud.

"Beneran ganteng ya ternyata!"

Aku mendengkus geli dan kembali lihat ke depan.

"Ganteng kan, Ca?!"

Desy menggoyang lenganku yang dari tadi digamitnya.

"Iya, ganteng," sahutku setengah hati, "tapi masih ganteng Mas Abhi," tambahku kali ini dengan sungguh-sungguh.

Meski hubunganku dan Mas Abhi belum sepenuhnya membaik, tapi tetap saja buatku setelah Ayah, baru Mas Abhi yang terlihat ganteng.

Desy langsung mencubit lenganku lumayan kencang. Teriakan refleksku yang sebenarnya nggak terlalu keras, bikin beberapa siswa memperhatikan kami, salah satunya siswa baru itu.

Siswa yang bikin siswi-siswi di sekolahku jadi heboh. Karena sebagian besar dari mereka berpikir kalau Mas Yudha, siswa baru yang selisih 1 tingkat di atasku itu, termasuk siswa yang katanya ganteng, seperti yang dibilang Desy.

Setiap hari aku bisa lihat betapa hebohnya siswi-siswi di sekolahku kalau sudah lihat Mas Yudha, bahkan saat Mas Yudha masih begitu jauh, banyak siswi yang rame-rame memperbaiki penampilan mereka. Salah satunya tentu saja Desy, teman sebangkuku. Aku cuma bisa geleng kepala lihat kelakuannya.

Dan gara-gara responku, Desy bilang aku aneh, karena nggak ikutan heboh seperti yang lain. Selagi yang lain sok akrab menyapa Mas Yudha, aku justru bersikap biasa dan lewat begitu saja di depannya.

Nggak cuma sekali, tapi berkali-kali.

"Kamu Samita?"

Pertanyaan seseorang waktu aku baru keluar dari ruang guru suatu pagi, bikin aku berhenti dan menemukan sosok Mas Yudha berdiri nggak jauh dari pintu.

"Ya?"

Dia tersenyum usai aku merespon seadanya. Senyumnya manis, apalagi ditambah dengan gigi gingsul di bagian kanan yang baru aku tahu.

"Aku Yudha, mau temenan sama aku?"

*

*

*

Aku nggak tahu, kalau keputusanku membalas uluran tangan Mas Yudha waktu itu bikin aku kemudian jadi pembicaraan di sekolah.

Selama beberapa hari, siswi-siswi di sekolah membicarakannya. Ada yang bisik-bisik, ada juga yang terang-terangan nyindir. Termasuk Desy, dia bilang aku cocok jadi tukang tikung, aku cuma tertawa. Toh aku tahu, Desy nggak benar-benar marah ke aku.

"Memangnya kalau naik bus, jalannya dari halte ke rumah nggak jauh?"

Aku menggeleng sambil menikmati susu kotak rasa coklat yang kubeli di kantin dengan Desy tadi.

Suara teriakan yang bersahut-sahutan dari lapangan terdengar cukup nyaring, tapi memang seperti inilah setiap jam istirahat. Tadinya aku duduk berdua sama Desy, nonton siswa-siswa main basket, nggak lama kemudian Mas Yudha bergabung. Kami sempat ngobrol bertiga, sebelum Desy dipanggil salah satu kenalannya dari kelas lain lalu mereka berdua pergi, katanya mau ke perpustakaan tapi nggak tahu untuk urusan apa. Jadi sekarang aku duduk berdua sama Mas Yudha.

Still You (Full Version Ready On DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang