3⇨ Rumah Tante

18 0 0
                                    

2 hari sudah ku menetap di desa baru ku. Ah, rasanya aku sangat merindukan teman-teman ku.

Ingin rasanya ku menghubungi mereka. Tapi, apa boleh buat? Handphone ku baru saja kehabisan baterai.

Merasa bosan, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah tante ku setelah aku meminta izin kepada mamah.

Setelah sampai, aku mencari keberadaan tante ku dan aku tidak menjumpai nya. Aku pun melangkah kan kaki ku ke rumah yang berdempetan dengan rumah tante ku.

Aku menemukan tante dan ramai orang di dalam rumah tersebut. Mereka menyambut ku layak nya seperti seseorang yang baru berjumpa setelah ber bulan-bulan.

"Assalamu'alaykum," ucap ku dengan semangat. Kata orang aku itu orang yang pecicilan dan periang. Haha. Aku pun menyadari nya.

"Wa'alaykumussalaam," jawab mereka yang didalam.

"Eh... Riin masuk sini!" Ujar salah satu dari mereka.

"Oh... Ini ya anak nya Ummu Shiddiq?"

"Makin tinggi aja kamu."

"Kemana aja?"

Tetapi, memang ada diantara mereka yang sudah cukup lama tidak bertemu dengan ku.

Aku hanya menampikkan cengiran ku karena bingung harus menjawab pertanyaan manakah yang lebih awal.

Aku pun melepaskan sepatu ku dan duduk diantara banyak nya orang.

Jujur saja, aku merasa sangat canggung ketika dalam situasi seperti ini. Apalagi mereka yang merperhatikan ku karena memang kita belum terlalu dekat atau bahkan belum saling mengenal.

"Iya nih, lama ya kita nggak ketemu," ujar ku kepada salah satu dari mereka.

Aku pun duduk mendekati tante ku, "tan. Om kemana?"

"Kayak nya di depan deh."

Aku pun hanya mengangguk dan berkata 'oh' menanggapi perkataan tante.

"Aku mau ke atas, Gina diatas ya?" Aku pun meminta izin sebentar untuk pergi ke atas kepada tante dan tante pun meng 'iya' kan.

Rumah ini seperti rumah susun, tetapi modern. Satu bangunan dengan 2 rumah dan tangga yang berada diluar. Atau bisa dibilang, flat. Rumah petak bertingkat.

Gina itu salah satu teman ku. Memang, tidak terlalu dekat sih. Tidak seperti aku yang sangat dekat dengan Lia dan Hayya. Ketika ku sedang berkumpul dengan Lia dan Hayya, kami selalu saja bertingkah konyol tanpa ada nya rasa malu.

Lia berumur 14 tahun dan akan menginjak 15 tahun. Sedangkan Hayya diatas satu tahun dengan ku. Haha... Umur ku berada di tengah-tengah antara mereka berdua.

Walaupun umur kita berbeda, tapi kita merasa bahwa kita sepantar. Tidak ada rasa canggung dan berpikir kalau kamu itu lebih tua atau pun muda.

Kita pun memanggil hanya dengan nama tanpa harus dengan embel-embel kak.

Hayya sudah memiliki suami dan telah menikah selama kurang lebih satu tahun setengah. Sedangkan aku? Masih takut-takut.

Terkadang aku bosan dengan ibu-ibu yang setiap bertemu dengan ku, selalu saja melemparkan pertanyaan yang sudah ber ulang-ulang ku dapatkan. Udah siap nikah belum?

Ketika ditanya seperti itu aku hanya menampakkan cengiran ku dan berkata, "belum, kapan-kapan aja." Dan langsung saja ku mengalihkan ke pembahasan lain.

Sedangkan Lia, dia itu jones juga. Haha. Dia pun mengakui itu. Dia sangat takut ketika disuruh untuk menikah. Aku pernah beranya kepada nya, "apa sih yang lo takutin? "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 14, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RiinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang