[2] At The End

1.2K 145 79
                                    


Chapter ini sangat panjang(ada 8k+ words), disarankan dibaca saat bersantai & tidak melakukan kegiatan ^^




*










Semuanya berjalan dengan baik, seperti biasa.

Ke sekolah, mengerjakan tugas, pergi bermain, menghabiskan waktu dengan game, dan masalah-masalah kecil lainnya. Yifan kembali ke rutininas hidupnya, meski sebenarnya dia tidak memiliki banyak waktu untuk keluar dan menyegarkan pikiran. Dia dan Tao hanya 2 kali pergi menonton film bersama, sebelum kedua orang tuanya kembali dari inggris.

Yifan berharap mereka tidak pernah kembali, atau setidaknya mengulur waktu lebih lama di sana, sehingga dirinya dan Tao bisa menghabiskan waktu bersama untuk mempererat persahabatan mereka kembali.

Orang tuanya mengetahui itu, terutama ibunya. Ny. Wu adalah wanita perfeksionis yang memiliki tatapan mengerikan, bibir tipis yang lihai mengucapkan kata-kata menyakitkan jika dia tidak menyukai sesuatu. Dan hal itu adalah Zitao.

Baginya, Zitao tidak lebih sebagai anak pintar yang beruntung bisa bersahabat dengan Yifan. Menuduh pemuda itu memanfaatkan putranya selama kedua orang tua Zitao bekerja di rumah keluarga Wu. Yifan tidak mengerti dengan jalan pikiran ibunya. Keluarga Zitao bekerja cukup lama untuk keluarganya, mereka tidak pernah melakukan kesalahan, tapi ibunya selalu memulai masalah dengan menuduh mereka yang macam-macam.

Hingga Ny. Wu memecat ayah dan ibu Zitao tanpa alasan, juga menghardik Zitao yang kala itu berusia 15 tahun untuk tidak berhubungan lagi dengan Yifan. Tentu saja Yifan mengetahui semuanya, dia masih bisa bertemu dengan Zitao di luar rumah, mereka tetap bersahabat. Namun semenjak mereka tumbuh dan memasuki bangku sekolah senior, jarak diantara mereka tampak lebih nyata.

Yifan ingat jika ibunya pernah mempermalukan orang tua Zitao di depan umum saat mereka tidak sengaja bertemu di luar. Yifan berusaha menghentikannya, tapi Ibunya terus bicara dan membuat Huang Qian menangis, Zitao terlihat marah, tampak di kedua matanya yang memerah, tapi dia menahan amarahnya. Karena mata mereka bertemu, dan Yifan menatap penuh penyesalan.

Zitao dan keluarganya masih sangat baik kepadanya, mereka adalah orang-orang paling tulus dan ramah yang pernah Yifan ketahui. Karena itu, apa pun yang terjadi, dia tidak akan membiarkan keluarga Zitao mengalami hal seperti itu lagi.

Alasan mengapa dirinya tidak memiliki banyak teman, bahkan di sekolah pun, hanya beberapa yang sering bicara dengannya.

Yifan harus menjaga nama keluarganya dengan bersikap arogan dan cuek, selain karena dia tidak suka banyak bicara, Yifan juga tidak seberapa peduli dengan sekelilingnya. Kecuali jika hal itu menyangkut Zitao.

Pemuda tampan yang selalu menjadi perhatian itu menghela nafas pendek, tak berminat untuk beranjak dari bangkunya meski kelas sudah sepi karena memasuki jam istirahat. Hanya beberapa siswa yang tetap di sana, untuk mengobrol ataupun membaca manhua yang mereka bawa dari rumah.

Yifan menopang dagu, memutar ponselnya tanpa berniat menerima panggilan telepon yang masuk. Dia tidak akan mengangkat panggilan itu, tidak peduli jika si penelpon akan marah besar.

Suara ramai di luar mengalihkan perhatiannya dari kebosanan, Yifan menatap ke luar jendela kelas yang tepat berada di samping kirinya. Melihat segerombol siswa tingkat akhir yang berkumpul di lapangan basket dan salah seorang diantaranya membawa bola basket dan melakukan spinning.

Itu Zitao, Yifan memerhatikan setiap gerak-geriknya. Sahabatnya itu tampak terlibat obrolan dengan teman-temannya, diselingi candaan yang membuat mereka semua tertawa. Sedikit membuat hatinya tidak nyaman, Zitao yang terlihat akrab dengan siswa lain, tawanya sangat lepas.

We Are Best Friend Aren't We? (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang