Bagian Empat

1.5K 97 11
                                    

ALLYANA berjalan menuju kamar, jalan nya gontai. Gadis itu baru saja selesai mengerjakan beberapa tugasnya dan kembali cek ponsel nya yang kosong tidak ada kabar sedikitpun dari Gaga. Sepertinya Gaga hanya bermain-main saja dengan Allyana, entahlah. Gadis itu duduk di kamar menatap jendela yang belum di tutup di tambah hiasan dari langit hitam. "Hujan ... Gagaku berubah lagi,"

Allyana mendesah panjang. Ia pun langsung mengambil ponsel bergegas menelpon Gaga, ia yakini bila dirinya hanya berharap saja sampai kuda melahirkan curut Gaga tidak akan sadar.

Nada sambung pun terdengar lama hingga akhirnya terputus. Allyana menghela kasar, "Perempuan itu siapa sampai kamu lupa kamu milik siapa Gaga ... "

Allyana membuang ponsel begitu saja, mood nya hancur seketika. Jangan cengeng, inget Ravly selalu jagain lo Ly, dia nggak mau lo sedih batin Allyana berusaha menenangkan diri sendiri. Allyana butuh sosok Ravly, ia butuh tim lama nya.

Air mata gadis itu lolos begitu saja, air mata itu bukan karena sosok Gaga melainkan sosok lelaki yang sudah meninggalkan nya 2 tahun lalu. Punggung nya bergetar hebat. Ia rindu, rindu perlakuan lelaki tersebut. "Gue butuh elo Rav, harusnya lo disini nenangin gue. Harusnya lo ngelawak buat gue ketawa walau kadang receh, harusnya lo disini peluk gue Rav. Lo kemana sih, gue butuh lo ... " tangis nya makin meledak.

"Seandainya lo tau Gaga nggak cukup buat gue, gue tetap butuh lo buat tempat persinggahan gue. Ravly, gue kangen .... Udah 2 tahun lo enggak kasih peluk gue, apa lo juga nggak rindu? Lo kemana, jangan ngumpat terus, gue capek cari lo. Gue mohon, balikin gue yang dulu,"

"Ally?" Allyana menoleh ke asal suara, tangis makin pecah. Lelaki itu berlari memeluk adik kecil nya yang kini sudah tumbuh dewasa menjadi gadis cantik. Lelaki itu memeluk Allyana erat, ia tau apa yang Allyana lakukan.

Ini selalu terjadi pada Allyana, gadis itu selalu saja menangisi Ravly. Tameng yang Allyana punya runtuh, dan Allyana butuh tameng tersebut hanya saja tameng yang Allyana butuhkan takkan bisa kembali. Allyana harus ikhlas. Tapi Allyana tidak bisa menerima nya.

"Udah Ly, mau sampai kapan? Ravly kan udah pamit Ly, dia udah pamit walau bukan secara fisik tapi setidaknya dia udah pamit. Inget dia nggak mau lo sedih, jadi jangan buat dia juga sedih. Ravly udah bahagia disana, Ravly juga janji selalu jaga lo dari atas sana. Lo harus lakukan permintaan nya, lo juga harus terima kenyataan Ly," ujar Rio panjang lebar.

Ia kecup dahi Allyana seraya memeluk Allyana erat. "Abang disini, Abang selalu jaga Allyana, abang sayang Allyana. Abang sedih liat kamu begini, Ly.  Cukup, sudah, jangan terpaku sama masa lalu nggak baik,"

"Kalau abang Sayang Ally, abang udah restuin Ally sama Gaga nikah tahun lalu," ujar Allyana lantang.

Rio menghela panjang sungguh apa yang ia lakukan untuk kebaikan Allyana, bukan untuk dirinya. Gadis itu juga setuju saja waktu lalu, lantas mengapa baru protes sekarang?

"Karna gue sayang lo, gue mau lo ambil jalan ini."

"Tapi jalan yang abang ambil buntu! Nggak guna, malah jadi masalah!" Teriak Allyana di sela tangis dalam dekapan Rio.

"Apa masalah nya? Gaga selingkuh? Hey, jangan salahin takdir. Kalau emang takdir nya begini? Oke, kita gak usah ngomongin takdir. Elo tau Gaga memang Playboy, lo tau Gaga brengsek dari SMA. Then? Seharusnya lo sadar kalau Gaga memang nggak cocok buat lo, dia bukan takdir lo."

Allyana melepaskan pelukan kasar, dia dorong bahu Rio kasar. "Dia sahabat lo bang!"

"Lalu, apa masalah nya? Memang yang gue lontarkan itu isuKenyataan kan, kenapa harus menutupi kenyataan?"

TMS [2] The CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang