Bagian Tujuh

1.4K 98 23
                                    

SUASANA rumah pasti selalu sepi karena tidak ada siapa-siapa selain Rio dan Allyana. Clay minggu depan akan berlibur ke Jakarta untuk beberapa hari. Dan seperti biasa, Allyana di rumah, sunyi dan hanya menatap layar ponsel mengurangi rasa bosan. Baru saja dia menelpon Febby dan Icha di group chat, dan sudah usai. Kabar Febby dan Icha baik-baik saja, sementara Icha selesai kuliah akan bertunangan dengan kekasihnya yang masih di rahasiakan. Mereka akan bertemu juga minggu depan.

Hari ini seharusnya Allyana akan makan malam dengan Raffa, hanya saja Raffa ada urusan penting tiba-tiba. Gadis itu meniup poninya ke udara. "Ah, Bang Rio bucin dulu kali, ya sama ka Angel. Katanya mau pulang cepet," Gerutu Allyana kesal.

Manik matanya menatap ke arah balkon rumah, memandangi langit jingga yang akan redup berganti malam hari. Ada rasa kecewa dan khawatir, walau sedikit tetapi tetap saja mengganjal. Ya, dia memikirkan Gaga. Masih belum ada kabar dari lelaki itu. Allyana juga enggan untuk memulai. Cukup masa lalunya dia bertindak bodoh, sekarang kendali berubah kepada Gaga. Allyana hanya ikut alur saja. Cukup dahulu ia sampai kehilangan seseorang yang penting karena tindakan bodoh dan terlalu berlebihan, sekarang tidak akan mengulangi.

"Capek juga, hidup,"

TAK!

Leher jenjang Allyana berputar ke arah pintu. Matanya menyipit, memperjelas apa yang ia lihat tadi. "Wah, penguntit, nih,"

TAK!

Sebuah suara kembali terdengar dari balkon kamar, Allyana semakin di buat heran. Pasalnya tidak biasa sekali seperti ini. Allyana memilih keluar, ke arah balkon mencari seseorang yang usil melempar batu ke arah pintu. Mata Allyana melebar mendapati Raffa melambaikan tangan ke arahnya, "Woy! Sini ke bawah,"

Cepat-cepat Allyana turun menyampiri Raffa. Lelaki itu memakai kaos putih di lapisi kemeja berwarna merah, "Pasti kaget," tebak nya.

Allyana mendengus, "Katanya Kakak ada acara,"

"Iya, nanti jam tujuh,"

"Terus kenapa kesini?"

"Enggak sengaja lewat, rumah lo sepi. Gue kira enggak ada orang, makanya gue lempar batu asal aja," Jawabnya jujur.

Gadis itu menggeleng tidak percaya. "Kurang kerjaan, deh,"

Tak lama Raffa merogoh saku celana, mengambil uang berwarna merah dan memberikannya pada Allyana. Gadis itu tampak berpikir keras maksud dari Raffa. Lelaki itu memberi senyum, "Ini pengganti makan malam hari ini," katanya.

"Lho, kan di ganti hari selanjutnya bisa?"

"Iya, tapi hari ini lo makan duluan aja pake uang ini,"

"Ih, ngapain, buang-buang uang."

Raffa berdecak, ia raih tangan Allyana dan menaruh uang nya, "Kalo ada lebih buat lo beli kuota,"

Alis Allyana mengkerut, "Hah?"

"Abis lo nggak pernah jawab chat gue, ya, tandanya nggak ada kuota, kan?"

Allyana kembali mendengus, "Gue punya kuota banyak, dirumah ada wifi juga, kok!"

"Terus, kenapa enggak pernah balas?"

"Mmm ... gapapa,"

"Lain kali balas, gue enggak bisa juga harus ngomong sama lo langsung kalo hal penting,"

"Kak, gue—"

"Ly, gue cabut, ya. Jangan lupa makan, dadah!" Potong Raffa dan melegang pergi menaiki motornya. Allyana semakin di buat heran akan tingkah Raffa. Diri nya seakan tau bahwa Allyana ingin memberikan kabar yang ia tidak tau.

TMS [2] The CoupleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang