Bel istirahat berbunyi. Seluruh anak di kelasku, mendatangi meja Anya. Aku sendiri hanya bisa melihat Anya. Anya tersenyum sembari menjawab pertanyaan-pertanyaan dari mereka.
"hello Anya, nama gue Gabril. Saran dari gue, lo jauh-jauh dari anak gembel itu, " ucap Gabril sembari menunjukku. Anya menatapku iba. "hei... Kalian tidak perlu bilang begitu kan... " Aku menatap Anya tak percaya.
Sedangkan Gabril tertawa sinis. "lo tau gak siapa gue? Gue ini ratu sekolah! Dan gak ada yang berhak untuk ceramahin gue! "bentak Gabril. Anya menggebrak meja dengan keras.
" kalau lo ratu sekolah gue harus tunduk sama lo gitu? Lo bukan tuhan yang perlu gue sembah, bukan orang tua gue yang perlu gue hormati! Gue? Gue akan baik ke orang lain kalau orang itu baik ke gue. Dan kalau orang itu jahat ke gue, gue akan balas mereka lebih jahat lagi! "
Para murid di kelas menatap Anya tak percaya. Begitu pula denganku. Gabrillie Adinda, gadis yang selalu berkuasa di sekolah ini, dilawan oleh anak baru? Tentu saja itu akan menjadi trending topic di sekolah.
" fine, lo akan dapat balasan dari semua ucapan lo! Girls, kita pergi, "Gabril meninggalkan mejaku dengan senyum sinis. Semua murid pun bubar meninggalkan aku dan Anya. Anya kembali duduk.
"hei... Lo selalu di bully kayak tadi? " tanya Anya padaku. Aku menatapnya sejenak lalu mengangguk. "lo gak ada niat ngelawan? " tanya Anya lagi. "mau seribu kalipun aku melawan, mereka gak akan berpihak padaku, gak ada orang yang mau berteman denganku," Aku membuka buku catatanku.
"tenang aja! Gue bakalan jaga lo selalu, mulai sekarang kita sahabat kan? " Anya tersenyum riang kepadaku. Sahabat... Hanya satu kata tapi memiliki banyak makna dan kenangan. Aku tersenyum tipis. "iya, kita sahabat! "
Anya dan aku mulai terlibat cerita yang sangat seru. Kami berbagi pengalaman, dari hal yang lucu, menakutkan, juga sedih. Anya menghentikan tawanya. " oh ya... Namamu Rain karena apa? " ujar Anya penasaran.
DEG... aku menatap Anya dengan ragu. " memangnya kenapa? "tanyaku. Anya hanya menggeleng-geleng membuat rambut yang ia ikat bergerak berirama. "aku hanya penasaran, soalnya namamu itu bagus banget! "
Aku tersenyum senang ketika mendengar alasan Anya. " yah... Sebenarnya aku ini tidak tau dimana orang tua aku berada, " Anya mendekatkan dirinya kepadaku. "maaf ya Rain, kamu pasti sedih ya? " tanya Anya dengan nada menyesal.
Aku menggeleng cepat. " tidak papa Anya,aku hanya rindu mereka, aku rindu keluarga kecilku yang sederhana... " tanpa kusadari setetes air mata membasahi pipiku. Anya memegang tanganku. "jangan pendam masalah kamu sendiri! Aku ada di sini, di samping kamu... "
Aku menatap Anya terharu. Anya memelukku. Jadi ini rasanya, punya teman yang selalu ada di samping kita, selalu ada di saat kita sedih. Aku mengusap air mataku dam tersenyum.
"makasih Anya, always be my bestfriend? " tanyaku sambil mengulurkan jari kelingking. Anya tertawa kecil. "always, " ucapnya sembari mengaitkan jari kelingkingnya. Aku tersenyum kecil lalu kembali membuka buku tulisku.
Aku dan Anya kini menjadi sangat akrab. Anya terus bertanya dan memujiku hanya hal-hal kecil. Seperti aku yang bisa masak, dia memujiku seolah-olah aku yang paling hebat.
Pulang sekolah adalah hal yang paling dinantikan oleh seluruh murid sekolahan. Dan sekarang adalah saatnya pulang sekolah. Anya berjalan di depanku. Lalu ia sempat berbalik. " hei... Kita akan bertemu lagi kan? " tanya Anya.
Aku mengangkat kepalaku menatap Anya. " kenapa kamu ngomong gitu? "tanyaku balik. Anya tertawa kecil, lalu ia menatap langit. "entahlah... Aku sepertinya akan pergi?" Anya menatapku.
Anya memberikan sebuah liontin berwarna biru padaku. " kita memang baru bertemu, namun entah mengapa aku merasa kamu adalah orang yang benar-benar baik! " Anya menyunggingkan senyuman manis di wajahnya.
Aku tersenyum kecil. " kita akan bertemu besok kan? " tanyaku memastikan. Anya mengangguk ragu. "semoga, " ujarnya pelan namun masih dapat kudengar. Lalu dengan cepat ia meninggalkanku sendiri di parkiran sekolah.
Aku menatap punggung Anya yang semakin jauh. Ada perasaan tak enak saat ia pergi meninggalkan sekolah ini. Aku menggelengkan kepalaku untuk mengusir pikiran buruk itu. Akhirnya, aku kembali berjalan menuju rumah.
Sampai dirumah. Dengan cepat aku naik ke lantai 2 dimana kamarku berada. Aku membuka pintu kamarku dan segera menguncinya. Kubuka laci meja yang terdapat banyak kertas. Ku buka sebuah diary usang berwarna biru laut. Kutuliskan semua yang terjadi padaku hari ini.
Dear Diary:
Aku hari ini bertemu dengan anak baru, namanya Anya Rawnie. Hanya dia orang yang mau bersahabat denganku. Ia baik, cantik, juga pintar. Aku beruntung memiliki sahabat sepertinya.
Sepulang sekolah, ia memberiku sebuah liontin berwarna biru. Entah mengapa aku merasa bahwa ia akan meninggalkanku. Tapi aku mohon padamu Tuhan, semoga apa yang ku pikirkan tidak terjadi.
Aku harap semuanya akan baik-baik sajaRain Faustine
Ku tutup buku diaryku. Aku menatap ke luar jendela. Hujan, aku menghembuskan nafas pelan. Hujan bagiku adalah pertanda buruk. Itulah mengapa aku benci namaku. Semoga hujan kali ini, tidak membawa pertanda buruk bagiku.
****************************
Hi! Mungkin aku tau cerita aku boring dan lainnya. Tapi, aku sangat suka membuat cerita yang bikin orang nangis meskipun sekarang belum masuk ke part sedih sih.Aku hanya penulis baru yang butuh vote dan comment kalian!^~^
Salam hangat
KAMU SEDANG MEMBACA
When Rain Is Coming
Roman pour AdolescentsMeski kehilangan orang yang paling berharga. Aku tidak akan menyerah. Meski namaku tercemar, aku akan tetap berlari mencari harapan. Meski diriku terjatuh, aku akan segera bangkit. Untuk mencari harapan. Setiap aku mencari Harapan itu, hujan ada...