Penggolongan Obat (3)

86 3 0
                                    

Berdasarkan Cara dan Jalur Pemakaian 

A. Efek Sistemis
      a. Oral
            Pemberiannya melalui mulut, lazim dan praktis tidak semua obat dapat di berikan per-oral, misalnya, : obatnya yang bersifat merangsang (emetin, aminofilin) atau yang di uraikan oleh getah lambung (benzilpenisilin, insulin dan oksitoksin), dapat terjadi inaktifasi oleh hati sebelum di edarkan ke tempat kerjanya, dapat juga untuk mencapai efek lokal misalnya : obat cacing, obat diagnostik untuk pemotretan lambung-usus, baik sekali untuk mengobati infeksi usus.
Contoh sediaan: Tablet, Kapsul, Obat hisap, sirup, dsb.

b. Oramukosal
         Pemberian melalui mukosa di rongga mulut, ada dua macam cara yaitu:
→Sub Lingual
        Obat ditaruh dibawah lidah, tidak melalui hati sehingga tidak dinaktif dari selaput bawah lidah langsung ke dalam alirah darah, sehingga efek yang dicapai lebih cepat. Misalnya pada pasien serangan jantung dan asma.
Keberatannya kurang praktis untuk digunakan terus menerus dan dapat mengurangi selaput lendir mulut, hanya untuk obat yang bersifat lipofil, bentuknya tablet kecil atau spray.
Contoh: Isosorbid Tablet
Buccal
           Obat diletakkan di antara pipi dan gusi, obat langsung masuk ke dalam aliran darah. Misalnya, obat untuk mempercepat kelahiran bila tidak ada kontraksi uterus.
Contoh : Sandopart Tablet

c. Injeksi
          Adalah pemberian obat secara parenteral atau dibawah atau menembus kulit/selaput lendir. Suntikan atau injeksi di gunakan untuk memberikan efek dengan cepat.

Macam-macam jenis suntikan :

Subkutan/hypodermal (s.c) : Penyuntikan dibawah kulit.
Intra muscular (i.m) :Penyuntikan dilakukan ke dalam otot.
Intra vena (i.v) : Penyuntikan dilakukan di dalam pembuluh darah.
Intra arteri (i.a) : Penyuntikan di lakukan di pembuluh nadi.
Intra cutan (i.c) : Penyuntikan dilakukan di dalam kulit.
Intra lumbal : Penyuntikan dilakukan kedalam ruas tulang belakang (sumsum tulang belakang).
Intra cardial : Penyuntikan ke dalam jantung.
Intra pleural : Penyuntikan ke dallm rongga pleura.
Intra articular : Penyuntikan ke dalam celah-celah sendi.

d. Impletansi
          Obat dalam bentuk pellet steril dimasukkan dibawah kulit dengan alat khusus (trocar), digunakan untuk efek yang lama.

e. Rektal
          Pemberian obat melalui rektal atau dubur. Cara ini memiliki efek sistemik lebih cepat dan lebih besar di bandingkan peroral dan baik sekali digunalan untuk obat yang mudah di rusak asam lambung.

f. Transdermal
        Cara pemakaian melalui permukaan kulit berupa plester, obat menyerap secara perlahan dan kontiyu masuk ke dalam sistem peredaran darah langsung ke jantung.

B. Efek lokal (pemakaian setempat)
      a. Topikal
            Obat yang diberikan dengan jalan mengoleskan pada permukaan kulit, bentuk obat salep, cream, dan lotio.

     b. Inhalasi
           Obat yang disemprotkan untuk disedot melalui hidung atau mulut dan penyerapan dapat terjadi pada selaput mulut, tenggorokan dan pernafasan.

     c. Mukosa mata dan telinga
              Obat ini diberikan melalui selaput/mukosa mata atau telinga, bentuknya obat tetes atau salep, obat di resorpsi ke dalam darah dan menimbulkan efek.

      d. Intra vaginal
              Obat yang diberikan melalui selaput lendir mukosa vagina, biasanya berupa antifungi(antijamur) dan pencegah kehamilan.

      e. Intra nasal
                Obat ini diberikan melalui selaput lendir hidung untuk menciutkan selaput mukosa hidung yang membengkak. Contohnya, Otrivin.

Berdasarkan Bentuk Sediaan
         Berdasarkan bentuknya, obat di kelompoklan menjadi :

1. Bentuk padat, misalnya :
    
    ☞ Serbuk : adalah sediaan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan untuk pemakaian dalam (secara oral)

      ☞ Tablet : adalah sediaan padat, dibuat secara kempa-cetak, berbentuk rata atau cembung rangkap, umumnya bulat mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa zat tambahan.

      ☞ Pil : adalah sediaan yang berbentuk bulat seperti kelereng mengandung satu atau lebih bahan obat.

      ☞ Kapsul : adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu sediaan cangkang keras atau lunak yang dapat larut.

2. Bentuk setengah padat, misalnya:
     
    ☞Salep : Sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar.

     ☞ Cream :  Sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut dalam bahan dasar yang sesuai.

      ☞ Pasta : Sediaan semi padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal.

       ☞ Gel : Sediaan semi padat yang terdiri suspensi yang dibuat dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar.

3. Bentuk Cair, misalnya :

         ☞ Potio : Solutio yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam (peroral).
  
         ☞ Sirup : Cairan kental yang memiliki kadar gula terlarut yang tinggi.

        ☞ Elixir : Larutan yang mengandung bahan obat dan bahan tambahan (pemanis, pengawet, pewarna, pewangi).

       ☞ Guttae (tetes) : Sediaan cair berupa larutan, emulsi, suspensi apabila di nyatakan lain dimaksudkan untuk obat dalam.

       ☞ Injeksi : Sediaan steril berupa larutan, emulsi suspensi atau serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan terlebih dahulu sebelum di gunakan.

        ☞ Gargarisma (obat kumur) : Sediaan berupa larutan umumnya dalam keadaan pekat yang harus di encerkan dahulu.

4. Bentuk cair atau larutan, misalnya :

     ☞Inhalasi/spray/aerosol : Sediaan obat atau laruran suspensi terdiri atas satu atau lebih bahan obat yang diberikan melalui saluran napas hidung atau mulut.

Berdasarkan Kelas Terapi
         Penggolongan obat berdasarkan daya kerja atau kelas terapi dibagk  menjadi :

a. Farmakodinamik : obat-obat yang bekerja mempengaruhi fisiologi tubuh, contoh : hormon dan vitamin.

b. Kemoterapi  obat-obatan yang bekerja secara kimia untuk membasmi parasit/bibit penyakit, mempunyai daya kerja kombinasi.



MedicineWhere stories live. Discover now