Tidur

35 4 0
                                    

Ia mulai kehilangan hitungan. Lagu yang sama mungkin sudah diulang puluhan... ratusan kali, tapi matanya belum juga terpejam. Kantuk belum bisa menyeretnya ke dalam tidur meskipun kelopak matanya seperti digantungi berton-ton beban dari tadi.

Ia berguling ke kanan. Mungkin menghindari jarum jam dinding yang bergerak tepat di depan muka, mengingatkan soal waktu. Namun menghadap ke kanan artinya berhadapan dengan cicak yang bercengkrama di dinding, gelas air yang tinggal seperempat penuh, dan tabung pil tidur yang tak disentuh dari kemarin.

Ia berguling ke kiri. Lalu ke kanan. Lalu mengangkat tangan kiri untuk menggosok... tidak, tepatnya mencubit-cubit daun telinga. Mulutnya terbuka untuk ikut menyanyi. Terdengar sakit dan keras sekali karena ada suara lain sedang mengiris gendang telinganya. Kepalanya sesak dengan pikiran-pikiran kosong yang menguras habis energinya. Ia lantas merapal pelan sekali, "Tolong. Rasanya sudah seabad aku belum tidur. Sudah seabad aku tidak tidur."

Badannya ikut bangun ketika ia makin sulit menggapai napas. Sepuluh jemari gemetar menekan keras-keras dadanya. Ia menahan hasrat untuk mencapai tabung di sisi kanan. Percuma. Ia hanya akan merasa kalah.

Kereta: NPC's 30 Days Writing ChallengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang