Arman mengetuk pintu dua kali sebelum masuk ke dalam pantry. Senyumnya melebar sedikit ketika menemukan sosok wanita berambut sebahu yang sibuk menggeledah kabinet dapur, jelas sekali sedang mencari sesuatu.
"Gulanya ada di dalam kulkas," ucapnya dari belakang.
Arman terkekeh kecil melihat reaksi kaget yang ditimbulkannya--bahu terangkat sedikit dengan tangan kanan yang otomatis naik untuk mengelus dada. Suara tawanya otomatis berhenti saat merasakan tatapan tajam wanita itu---yang cuma bertahan sedetik, sebelum badannya berbalik dan keberadaan Arman diabaikan lagi.
"Yaelah. Sorry, Git. Bercanda." Ia mengisi tempat kosong di sekitar wastafel, tanpa sadar mencuci tangan ketika mengamati gerak-gerik wanita itu."Masih marah?"
Pertanyaan itu hanya direspons dengan decakan lidah. Gita masih memeriksa isi kulkas ketika ia berdeham kecil, mencoba mengeluarkan suara. "Kamu ngapain ke sini, Man?"
"Tadi 'kan aku ajak kamu makan siang, Git."
Decakan lidah lagi. "Aku 'kan udah bilang, aku nggak mau." Ia kemudian berbalik ke arah Arman. Ekspresinya datar. "Serius gulanya di dalam sini?"
Arman memutar bola matanya. "Serius mau kayak gini, Git?" Ia menghela napas panjang ketika lawan bicaranya berbalik badan lagi, lebih memilih mencari gula daripada melanjutkan pembicaraan dengannya. "Cuma makan siang ini, Git."
"Tapi ini di kantor, Man." Ia masih belum berani menatap Arman. Suaranya masih setengah bergumam. "Aku nggak mau dibilang cuma pacaran di kantor. Hell, I've worked so hard for my career."
"Tahu, Git. Aku respect itu tentang kamu." Kedua matanya masih telaten mengamati punggung wanita itu. Suaranya diatur supaya halus, supaya keluar dengan tenang. Hal terakhir yang ia harapkan adalah pertengkaran panjang dengan Gita. "Aku sayang kamu."
"Bukan gitu, Man." Ia akhirnya menutup kulkas, berbalik, dan memberanikan diri menatap Arman. "Maksudku, I do love you too. Tapi orang akan lihat aku sebagai pacar Arman, manajer di sini, daripada identitasku sendiri. Kamu tahu, kan? Orang-orang di unitku super seksis, super-"
"Iya, aku paham." Arman menghela napas panjang. "Kalau makan malam gimana? Sekalian nonton?"
Sudut bibir Gita terangkat sedikit. "Mau nonton apa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kereta: NPC's 30 Days Writing Challenge
RandomSebuah perjalanan di bulan Agustus: puisi, cerita pendek, dan rindu untuk sampai stasiun terakhir.