"Yoongi hyung!"
Bug...bug...bug.
Yoongi mengumpat ketika pintu studionya diketuk dengan brutal oleh bocah berisik itu, kemudian Yoongi melirik pada jam dinding dan kembali mengumpat pelan karena ingat bahwa semua orang sedang tidak ada di rumah kecuali dia dan Jimin.
Yoongi akhirnya bangkit dari kursinya dan berjalan malas menuju pintu, membukanya dan mendapati Jimin tengah mengucek matanya yang berair. Astaga, bocah ini kenapa lagi?
"Kenapa?" Suara dingin Yoongi malah membuat Jimin makin terisak, ia menggenggam lengan boneka beruangnya erat. Yoongi menghembuskan napasnya lalu meraih dagu Jimin dan membuat Jimin mengarahkan matanya yang memerah untuk melihat Yoongi. "Kenapa Jiminie menangis?" Tanya Yoongi melembut.
"Appa tidak ada di kamar ketika Jiminie bangun, Jiminie takut. Jiminie ingin ketemu Appa. Hiks." Jimin kembali mengucek matanya karena terganggu dengan air mata yang mengumpul di kelopak matanya. Yoongi menghembuskan napasnya, lalu menghapus jejak air mata yang membasahi pipi Jimin.
"Jangan menangis. Kan ada Yoongi hyung. Seokjin sedang ada urusan, dan Jungkook sedang pergi kuliah. Jiminie dengan Yoongi hyung saja ya?" Bujuk Yoongi dan Jimin menggeleng sebagai jawaban. Lagi-lagi membuat Yoongi menghembuskan napasnya lelah ketika Jimin bergumam bahwa ia ingin bertemu Seokjin saat itu juga.
"Kita jalan-jalan sebentar, bagaimana? Tapi Jiminie harus berjanji Jiminie tidak akan menangis lagi dan jadi anak yang baik."
Jimin menatap Yoongi sebentar, mengerjap dengan matanya yang berair. Sepertinya tengah memikirkan ucapan Yoongi. "Es krim?" Tanya Jimin dan Yoongi mengangguk. Jimin bersorak kemudian memeluk Yoongi erat. Kemudian Yoongi mengganti bajunya dan Jimin pergi ke kamarnya untuk berganti baju juga. Setelah selesai mereka berdua pergi menggunakan mobil dengan Yoongi yang terkadang bergumam kesal mengingat banyaknya pekerjaan di rumah sedangkan dia harus membawa Jimin jalan-jalan dulu agar anak itu tidak cerewet ingin bertemu Seokjin.
Setelah sampai di kedai es krim, mereka berdua menuju meja yang kosong dan menunggu pelayan datang menghampiri untuk mencatat pesanan mereka. "Jiminie ingin es krim yang banyak..., yang besar. Boleh kan hyung?" Jimin merentangkan tangannya seolah memberi gambaran sebesar apa es krim yang diinginkannya. Sedangkan Yoongi hanya mengangguk saja menanggapi celotehan Jimin.
Pelayan datang, dan menanyakan pesanan Yoongi dan Jimin. Yoongi menolak karena memang ia tak suka es krim, dan Jimin dengan semangat menatap buku menu dengan mata berbinar. Namja manis itu mengetuk bibirnya dengan jari telunjuknya yang bantet, memikirkan menu mana yang diinginkannya.
"Jadi ingin pesan apa?"
"Mmmm, semuanya. Hehehe." Jimin menampilkan gigi rapinya, terkekeh. "Bolehkan, hyung?" Jimin beralih pada Yoongi dan mengedipkan matanya berkali-kali, menatap Yoongi dengan pandangan memohon.
Yoongi menggeleng, tidak mengizinkan. "Nanti Jiminie sakit perut. Pesan satu saja." Ucap Yoongi.
Jimin menggeleng, "Jiminie mau semuaaa." Rengeknya ingin menangis.
"Jiminie sudah janji akan menjadi anak yang baik kan?"
Jimin terdiam dengan bibir mengerucut dan pandangan meredup, lalu mengangguk perlahan.
"Pilih satu saja." Yoongi berucap tegas.
"Tiga."
"Satu saja."
"Tigaaa."
"Yasudah, dua." Yoongi menghembuskan napasnya lelah. Waktunya hanya akan terbuang karena hal ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
JIMINIE (Yoonmin)
Teen FictionBagaimana kehidupan enam pria yang tinggal satu rumah ketika ada 'anak kecil' yang terdampar di rumah mereka? Dan bagaimana juga nasib tidur nyenyak Yoongi dengan kehadiran si berisik Jimin di hidupnya? TOP!YOONGI BOTTOM!JIMIN