Jiminie Ingin Sekolah

7K 679 68
                                    

Kata bergaris miring adalah flashback.

Dokter itu pergi setelah mengusap kepala Jimin sayang dengan meninggalkan senyuman manis yang membuat Jimin membalas senyum itu. Disini hanya tersisa Jungkook dan Taehyung, sisanya berada di luar mengikuti langkah si dokter yang tadi pamit pulang.

"Dokter itu tampan. Jiminie suka melihatnya." Jimin terkikik geli setelah berucap seperti itu. Wajahnya jadi memerah akibat perkataannya, dan Jimin akhirnya menutupi wajahnya dengan selimut untuk menyembunyikan malu.

Jungkook dan Taehyung saling bertatapan dengan tatapan yang tidak dimengerti, "Hei Jiminie. Jiminie tidak boleh suka pada dokter itu." Jungkook mencoba menarik selimut yang menutupi wajah Jimin. Jimin memunculkan wajahnya dengan bibir mengerucut.

"Kenapa?"

"Y-ya tidak boleh saja." Sekarang Taehyung yang menyahut pertanyaan Jimin. Jimin menatap Taehyung, pria bersenyum kotak ini ikut-ikutan melarangnya!

"Kenapa? Dokter itu baik. Dia merawat Jiminie." Jimin memberikan alasan.

Jungkook menggaruk tengkuknya, "dia sudah punya istri." Bohongnya. Sebenarnya Jungkook tidak tahu tentang hal itu, ia hanya berucap ngawur. Dan Taehyung menghela napasnya, mengapa mereka berdua disini seperti dua kakak laki-laki yang tidak ingin adik perempuannya menyukai pria lain?!

Jungkook menunggu reaksi Jimin, namun namja imut itu hanya mengedipkan matanya berkali-kali seperti kebingungan. "Jiminie tidak boleh suka pada orang yang sudah punya istri." Ucap Jungkook lagi, Taehyung menepuk jidatnya.

"T-tapi Jiminie cuma bilang dokter itu tampan." Taehyung ingin tertawa rasanya. Benar juga, Jimin hanya memuji bukan berarti ia naksir. Lagi pula mana mungkin Jimin yang seperti ini tahu rasa suka melebihi teman ataupun keluarga?

Yoongi datang dengan membawa secangkir teh hangat untuk Jimin, berjalan mendekati Jimin dan dengan otomatis Jungkook yang duduk di sebelah Jimin menggeser tubuhnya menjauh. Yoongi duduk, menyentuh dahi Jimin memeriksa suhu tubuh gumpalan mochi itu. Bergumam pelan, kemudian mengelus kepala Jimin. "Jiminie sudah merasa baik?" Tanya Yoongi lembut. Taehyung mendengus mendengarnya, Yoongi tak pernah bersikap selembut itu pada siapapun.

Jimin menganggukkan kepalanya pelan, "gigi Jiminie sudah tidak sakit lagi. Tapi kepala Jiminie masih berat." Keluh Jimin mengerucutkan bibirnya.

Yoongi menjulurkan secangkir teh hangat itu namun Jimin menggeleng, menolak. "Lidah Jiminie rasanya pahit, hyung. Jiminie tidak mau minum teh." Tolaknya menyingkirkan teh itu dari hadapannya.

"Tapi Jiminie harus minum. Biar sembuh. Lalu makan dan minum obat."

Jiminie melebarkan matanya, menggeleng kencang yang mengakibatkan pria manis itu meringis karena kepalanya kembali terasa pening. "Obat pahit. Jiminie tidak suka." Tolaknya lagi.

Yoongi menghela napasnya, "Minum obat, Jiminie. Biar cepat sembuh."

Jimin menggeleng pelan, matanya perlahan berair. Ingin menangis akibat pening di kepalanya dan membayangkan pahitnya obat. Taehyung yang ada di sebelahnya mengusap rambut Jimin, menenangkan. Namun tangis Jimin pecah. "J-Jiminie tidak mau...hiks...tidak mau minum obat, Taetae. O-obat..hiks..obat pahit." Jiminie mengusap matanya yang berair.

Taehyung hanya diam, ia tidak tau apa yang harus dilakukan selain mengelus kepala Jimin. Yoongi dan Jungkook juga kompak menutup mulutnya, mereka tidak handal masalah seperti ini. Satu-satunya orang yang bisa menenangkan Jimin adalah...

Seokjin masuk ke kamar Jimin, melihat Jimin yang menangis membuat ia melayangkan tatapan tajam meminta penjelasan pada tiga makhluk yang ada di sekitar Jimin. Ketiga orang itu seketika merasa merinding dengan aura yang dikeluarkan oleh Seokjin.

JIMINIE (Yoonmin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang