Mengapa Harus?

103 10 0
                                    

Latifa mengulurkan jilbab putih dalamnya keatas kepala serta merapikan bagian pinggir wajahnya

"Fah,kamu pakai jilbab dalam tapi transparan gini sama aja ga pakai jilbab sama sekali"ujar ibu dengan nada ketus.

"Lampis?".

"Ngapain pakai jilbab lampis hari panas terik!".

Kekecewaan tampak didalam hatinya,sesegera ia memendekkan sedikit jilbabnya yang tak transparan dan tak pendek.

Latifa segera mengambil tas sekolah dan mencium tangan suci wanita itu
Ia terperongoh jalan cepat menuju kejalan raya.terlihat jam pemberian ayahnya menunjukkan seperempat menit bel berbunyi

Angkot yang sedari tadi ia tunggu belum kunjung tiba

"Dek,ojek?"

"Maaf pak..."pikiran yang menjerumuskan akankah ia sampai dengan menunggu angkot hingga waktu tinggal sepuluh menit lagi?.

"Uang cuma 5.000 pak,gak cukup" dengan nada rendahnya.

"Sekolahnya dimana?"sahut tukang ojek tersebeut.

"Sma 3 yang dekat kantor camat pak".

"Udahhh,gak apa 5.000 sekalian saya mau kearah pasar,udah naik".

Latifa langsung menerima tawaran bapak tukang ojek tersebut dengan rasa bahagia ,disepanjang perjalanan latifa ikut bercerita dengan bapak tersebut,karena ia juga harus ingat bahwa ramah dalam kehidupan disini adalah sikap yang harus ditanami

Dipersimpangan jalan,warna merah masih tetap menyala,berburulah para dagang koran,pengemis,pengamen
Nenek nenek tua dengan rambut dan bajunya yang kumuh datang kearah kami dengan mengarahkan kotak hijau kecil tersebut

"Maaf nek" sahut tukang ojek
Tanpa disadari ternyata lampu merah telah berganti menjadi hijau.

Latifa memperhatikan nenek tersebut yang kembali duduk dipinggiran jalan dengan memegang bayi yang sebelumnya ia letakkan kembali

Gerbang sekolah yang setengah sudah hampir ketutup,para petugas upacara telah bersiap siap.

Tentu perasaan seperti ini sangat jarang dialami oleh latifa karena keterlambatannya datang

"Fa,mana makalah?mau dikumpul,cepat" ujar ketua kelas.

sambil menyusun makalah lainnya
Ia mengobrak abrik tas nya hingga buku lainnya keluar terjatuh,bel upacara telah berbunyi,siswa berbondong bondong keluar hingga buku latifa terinjak injak

"Nih put"dengan mengerutkan keningnya.

Ia tidak menyadari bahwa buku nya tersebut jatuh.langsung saja ia lari ketangga menuju bawah dengan topi yang belum melekat dikepalanya
Latifa menyadari bahwa ia sedari tadi diliatin oleh seorang pria yang tidak ia kenal

"Marsha" bisik latifa 

"Hah?".

Tiba tiba lewat disamping mereka buk tuti ,guru tegas atau mereka menyebutnya guru killer
Bu tuti mencubit latifa dan mengomelinya.

"Heh!kamu,upacara ribut ribut,siapa nama dan kelas kamu!"
Suara bu tuti begitu keras hingga hampir setengah murid tertuju pada latifa.

"Latifa,XII 4" ucapan latifa dengan suara kecil dan pandangan malu tertunduk.

"Apa?suaranya besarkan!".

"Latifa,XII 4" kali ini ia benar benar malu.

Tak bisa mengekspresikan wajahnya
Laki laki tersebut kini tidak melihat wajah latifa kembali.

Alunan IndahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang