Rain

56 8 1
                                    

Langit telah dipenuhi oleh awan menggumpal. Merubah kecerahan menjadi kegelapan, perjalanan mereka belum sampai dimesjid telah disambut terlebih dahulu oleh gerimis kecil.

"Fah,kamu bawa payung?"

"Ada didalam tas, kepinggir dulu na"

Mereka berlarian kecil berteduh sebentar dikedai yang tutup. Jilbab mereka telah dipenuhi oleh bercak-cak kecil dari gerimis.

Dalam satu payung iffah dan nana tidak patah semangat untuk mengahadiri sebuah pengajian.Gerimis merubah menjadi hujan bersama membawa angin kencang. Kekhawatiran mereka bertambah ketika angin membawa atap terbang terdampar dibelakang mereka berdiri.

Iffah mengambil tindakan memberi isyarat pada nana lewat matanya agar nana berlari.

Perjuangan mereka akhirnya berhasil ketika telah sampai dihalaman mesjid. kaos kaki yang melekat pada kaki mereka dalam keadaan basah yang jika dibiarkan mengakibatkan kaki menjadi lembab dan masuk angin.

"Na,gimana nih kaos kakinya basah.dilepasin atau nggak?"

"Sebaiknya dilepasin aja fah daripada keburu masuk angin,lagi pula didalam tidak ada laki laki keliatannya" nana langsung membuka kaos kakinya dan menggantungnya dekat pagar teras mesjid.

"Eh tunggu na,kamu duluan aja"
Iffah tersadar ponselnya yang bergetar semenjak memasuki halaman mesjid tadi. Tangan basahnya mengangkat telepon dari ibunya.

Nana langsung masuk kedalam mesjid dengan telanjang kaki. Mesjid telah dipenuhi kaum wanita dari berbagai kalangan usia. Ada yang sebaya dengannya, mahasiswa dan IRT .

Ia memilih posisi duduk bagian belakang agak ketengah. Dua orang mahasiswi menghampiri nya dengan membawa snack box serta kertas. Bisa dikatakan mereka adalah panitia acara pengajian tersebut.

Nana disuruh mengisi daftar hadir dan diberi satu sncak box. Ia teringat iffah masih berasa diluar, maka ia memanggil kembali dua mahasiswi itu untuk mencantumkan nama iffah pada daftar hadir.

Sementara Iffah menunggu suara ibu dari ponsel miliknya. Hujan masih tetap ingin membasahi kawasan tempat tinggalnya. Acara pembukaan telah dimulai oleh pembawa acara. Iffah masih setia bersabar jaringan ponselnya terhubung dengan ponsel ibu. Selang beberapa menit sinyal yang hilang kembali muncul, suara ibu nya mulai bergetar ditelinga nya.

"Assala-" ucap iffah.

"Fah, oki mana?? Kamu sudah suruh oki pulang tadi?"jawab ibunya penuh kecemasan.

Iffah terkejut bahwa ia lupa menghampiri oki untuk pulang kembali.

"Astaghfirullah ! Iffah kelupaan buk,tadi hujan" ucap penuh kecemasan luar biasa.

"KENAPA LUPA IFFAH!! Cari oki sekarang sebelum hujan tambah lebat!".

Belum sempat membalas ibunya telah dahulu mematikan teleponnya dari iffah dengan penuh rasa kesal,cemas dan kecewa.

Payung yang tadinga telah terkatup kembali dikembangkan. Payung tercepat sangat sulit dibuka karena macet sehingga sekuat tenaga mungkin. Akhirnya payung nya kembali mengembang meninggalkan luka dijarinya. Namun dirinya tetap tidak peduli dan bergegas mencari oki. Serangan kilat memabawa petir meletus di langit.

Rasa takut dan cemas telah mengahantuinya. Setiap langkah kakinya berlari kecil menimbulkan percikan air. Darah yang ada dijarinya mengalir dengan segar.

Kini dijalan tidak dipenuhi oleh kendaraan ataupun orang yang berlalu lalang. Hujan semakin lebat yang disertai petir yang selalu menyambar setiap saat. Iffah menoleh kekiri lalu kekanan mencari keberadaan oki.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 06, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alunan IndahmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang