Dua
"Aku enggak mau kamu pergi" kataku dengan sendu.
"Yaelah Ra, emang aku mau kemana? Aku enggak bakal ninggalin kamu deh. I'm promise" jawabnya sambil menunjukkan jari kelingking nya.
Dan aku langsung mengaitkan jari kelingkingku dengan Cha."Yaudah cepetan makannya. Nanti telat" ujar Cha sambil melempar bungkus siomay yang tadi ia makan.
"CHA?!" tegurku karena dia melempar bungkus itu dengan santainya. Tapi ternyata bungkus itu tepat masuk ke dalam tempat sampah yang jaraknya sekitar 3 meter.
"Apaan sih Ra? Enggak usah teriak teriak. Sampahnya masuk kok"
Kok bisa ya? Dengan jarak 3 meter Cha memasukkan sampah itu tepat ke dalam tempat sampah, ah aku lupa kan dia anak basket. Mungkin sudah terbiasa memasukkan bola ke ring. Batinku.
Setelah menghabiskan bekalku aku langsung menuju kelas bersama Cha.
"Eh lihat tuh, si Leora. Manja banget ama Charlotte, padahal dia bukan siapa siapanya si Charlotte" seseorang yang kalau bicara kata katanya sangat menusuk. Siapa lagi kalau bukan Gabriella.
"Iya ih. Sumpah ganjen banget. Mending sama lo aja ya Gab" timpal teman teman se geng nya.
Aku langsung mengubah ekspresiku dari yang ceria menjadi murung dan terus menatap lantai.
"Eh, Gab?! Berhenti menghina Leora. Dia cewek baik baik. Enggak kayak kamu yang bisanya cuman ngehina orang lain. Aku sebagai sahabatnya ngerasa terhina tau gak?!" teriak Cha sambil emosi.
Tuh kan, kalau sudah ada yang berani menghinaku Cha akan langsung emosi. Padahal biarkan saja mulut bebek Gab yang enggak bisa diem itu. Nanti juga capek sendiri.
"Aduh Charlotte, mending kamu jauh jauh deh sama Leora, mendingan kamu pacaran aja sama aku. Aku lebih cantik dari si Leora" kata Gab dengan penuh percaya diri. Ditambah teman teman se geng nya yang mendukung penuh si bos, Gabriella.
"Eh Gab, jaga omo-" daripada Cha mengomel terus mending aku langsung menarik tangannya menuju kelas.
"Aduh Ra, ngapain kamu narik narik tanganku? Biar ku beri si Gab itu pelajaran" Cha mengepalkan tangan sebelahnya -yang tidak ku tarik-.
"Udah diem aja, lain kali kalau ada yang ngehina aku biarin aja, nanti capek sendiri" kataku sambil terus menarik tangannya yang kekar.
"Aku enggak mau kamu tersakiti" kata Cha sangat pelan hingga aku tidak mendengarnya.
"Cha, kalo ngomong tu yang keras" kataku sambil menjitaknya dengan berjinjit.
"Aduh sakit tau Ra" Cha mengaduh sambil memegang kepala bekas jitakanku.
Sesampainya di kelas aku langsung duduk di bangku dan mengambil sesuatu di dalan tasku.
"Cha sebenarnya yang ingin aku tanyakan itu ini" kataku sambil menunjukkan sebuah batu yang sangat kecil dan bersinar.
"Ka-kamu dapat dari mana benda ini?" tanya Cha dengan wajah pias.
"Kemarin aku dapat di meja belajarku, entah siapa yang menaruhnya disana. Kanu tahu benda ini?" tanyaku padanya.
"Eng-enggak, aku enggak tahu benda apa itu" elak Cha.
"Ya sudah kalo gitu aku simpan saja" kataku sambil memasukkan batu itu kedalam tasku lagi.
Sir Steven ternyata sudah masuk kelas dan aku langsung mengeluarkan buku yang ada di tasku.
❄❄❄
"Ra, boleh aku ke rumahmu?" tanya Charlotte sepulang sekolah.
"Boleh aja, kayaknya Papa juga sudah pulang dari luar kota" jawabku sambil memperbaiki anak rambutku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ability
FantasyKisah seorang gadis yang hidupnya dipenuhi tanda tanya. Padahal, selama ini ia adalah seorang gadis yang ceria. Semanjak itu, ia mempunyai banyaaak sekali tanda tanya yang memenuhi otaknya.