Siang itu seorang gadis berambut panjang sedang berjalan menuju sebuah perpustakaan kecil yang biasa ia datangi jika ia ingin membaca atau meminjam buku. Ia ingin melepas penat setelah selesai dengan kuliahnya yang memusingkan dengan hanya duduk diam sembari membaca buku di tempat favoritnya.
Biar kuperkenalkan dulu siapa gadis tersebut. Namanya Lily Collins, tidak asing dengan namanya? Tentu saja. Jika kau mengenal dan mendengarkan lagu-lagu lawas dari Phil Collins, kau akan tahu bahwa gadis ini adalah putri dari pernikahan keduanya.
Well, Ia adalah seorang pengunjung tetap perpustakaan itu sejak beberapa tahun belakangan. Bahkan ia memberikan koleksi novel fiksinya untuk diletakkan di perpustakaan. Lily mempunyai hobi membaca yang tinggi, dan dari hobi membaca itulah Lily memutuskan untuk mengambil jurusan Sastra dan Literatur di universitasnya. Ia ingin mengembangkan potensi membacanya menjadi seorang penulis suatu hari nanti.
“Hi, Margaret.” Lily tersenyum menyapanya. Oh, Margaret adalah penjaga perpustakaan yang tutup pada pukul 9 nanti malam. Ia bersama suaminya, Joe menjaga perpustakaan ini setiap harinya. Memang ada staff lain yang membantu, namun Lily tidak begitu akrab dengan mereka karena ia tidak pandai memelihara sebuah pertemanan. Lily memang terkenal untuk ukuran seorang mahasiswa sophomore tetapi ia tidak pernah memiliki seorang sahabat. Pernah sekali ia memilikinya saat high school, namun ternyata gadis itu hanya memanfaatkan Lily untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Maka dari itu ia sedikit kapok untuk memiliki teman.
Terkecuali untuk Margaret dan Joe. Mereka selalu baik dan menerima kedatangan Lily dengan tangan terbuka. Mungkin bisa dibilang Margaret dan Joe adalah satu-satunya temannya untuk saat ini. Lily mempercayai Margaret dan ia melihatnya sebagai neneknya. “Bagaimana harimu, sweetheart?” Tanya Margaret sembari mengelus rambut Lily. “I’m doing fine. Bagaimana denganmu? Kulihat perpustakaan ramai sekali hari ini.” Ia tersenyum dan mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan. “Begitulah, banyak mahasiswa senior dari kampusmu datang kemari untuk mencari bahan-bahan skripsi. Mereka bilang hanya perpustakaan ini yang terdekat dari kampus mereka.” Lily terkekeh mendengarkan kalimat Margaret.
Lily terdiam, ia teringat sesuatu yang ia temukan di perpustakaan ini beberapa minggu yang lalu saat ia sedang mencari buku lain. Ia sangat penasaran dengan apa yang ada di dalamnya karena ketika ia hendak mencari tahu, Joe selalu ada disitu untuk memperingatkan Lily. “Margaret, can I ask you a question?” Margaret hanya mengangguk sebagai jawabannya. “Apa kau tahu apa isi forbidden room di ujung ruangan ini?” Tanya Lily. “I do.” Lily membelalakkan matanya. Ia tidak menyangka kalau Margaret mengetahui isinya, mungkin saja ia bisa membujuknya untuk membuka pintu itu.
“Aku menemukannya beberapa minggu yang lalu. Dan setiap aku hendak membuka pintunya, Joe selalu datang untuk memperingatkanku agar tidak membuka pintu itu. Sebenarnya apa yang ada di dalamnya, Margaret? Kenapa di perpustakaan ini memiliki ruangan terlarang?” Margaret hanya tertawa sembari menepuk-nepuk punggung tangan Lily, kemudian ia melepaskan sebuah kalung yang terlihat seperti rantai, dengan kunci usang yang menggantung disana. “Why don’t you go and find out?” Lily tersenyum lebar kemudian memeluk Margaret yang terkejut sekaligus bahagia melihatnya begitu semangat mencari tahu apa yang berada dibalik pintu itu.
•••
Cerita ini bisa masuk rekor terhebat Dy karena nulis ini sehari semalem sampe selesai. Dan cerita ini nggak bakalan panjang kok, ada 5 chapter + epilogue :) mau dilanjut? :)
P.S: please do tell your friends to read and leave their feedbacks :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Another Dimension
FanfictionTouch the page, and you'll be transported to another dimension called Wonderland