- Kau memanjakan beberapa detik jatahku bernafas, Kau membuatku meringkih menahan sesak, Kau bagian terindah dari milyaran berkah yang tampak, Kau se-sempurna makna sebenarnya, Kau bagaimana bisa? -
Raditya Utama
PART 3
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang hidupnya telah ditentukan jauh sebelum Ia diciptakan. Manusia memegang peran penting dalam sebuah alur kehidupan, mereka menjadi nahkoda utama dari pelayaran hidup yang mereka jalani. Manusia menjadi penentu peristirahatan senyaman apa yang akan mereka nikmati kelak di alam berikutnya, mereka di amanahkan -hidup- agar bisa menjadi sebaik-baik contoh dan teladan bagi generasi penerusnya. Seharusnya mereka yang hidupnya sudah "diatur" ini paham betul rambu-rambu kehidupan yang sudah tertulis indah dalam Kalamullah. Lalu bagaimana bila hidup yang seharusnya menaikkan derajat mereka malah menjadi tombak runcing yang siap menghujam jantung mereka sendiri? Siapa yang dapat bertanggung jawab dalam hal ini? Atau memang seperti ini kah kehidupan? Hitam putih yang selama ini sering terdengar pada hikayat-hikayat dan nasihat lama.
***
Author POV
Malam itu, sehabis menunaikan sholat maghrib berjamaah di masjid, Raditya yang sekarang mendapatkan amanah baru menjadi guide sementara dari Niko Sanjaya alias Cio, segera menuju ke salah satu gedung di pesantrennya. Gedung ini berisi ruang makan bagi santri, tempat masak, laundry ( cuci+setrika ) dan mini market. Raditya hendak membawa Niko ke ruang makan agar Niko bisa menikmati suasana makan bersama ala santri di ruang makan.
"Niko, ntar ikut ana ya, ba'da maghrib biasanya santri di sini langsung ke ruang makan, kita ga bakal balik langsung ke asrama, paling ke asrama ntar ba'da isya'. Gimana? Mau ikut? " ajak Raditya kepada Niko
"oh boleh bang, Niko ikut abang aja" jawab Niko karena memang Ia belum punya kenalan di pesantren ini selain Raditya, kebetulan sejak tadi Raditya sudah menemaninya.
Sesampai di ruang makan, Raditya mengambil peralatan makan dan makanan yang sudah disiapkan oleh karyawan masak di pesantrennya yang diletakkan di salah satu sudut ruangan, sementara Niko hanya mengekor di belakang Raditya, melakukan hal yang sama. Mereka berdua duduk di salah satu tempat duduk yang disediakan di ruang makan tersebut.
"oiii, Dit !!! kemana aja antum ha? Ditungguin dari tadi di kamar ga nongol juga, padahal mau ngajak bareng ke masjid. Hffftt ternyata nemu di sini" sapa Fatah sambil memukul pelan bahu Raditya, sedari tadi Ia sudah memperhatikan Raditya meskipun yang diperhatikan tidak mengetahui hal tersebut.
"eh nyantai-nyantai, duduk sini dulu, ntar ana ceritain. Ana mau makan, lapar banget" timpal Raditya terkekeh sambil memegangi perutnya, menambah yakin Fatah bahwasanya temannya ini benar sedang dilanda lapar.
Fatah pun duduk di salah satu kursi yang ada di meja makan tersebut, tapi pandangannya tak lepas dari Niko yang sebelumnya tidak pernah Ia lihat di lingkungan pesantren.
"Dit, oiii oiii" ucap Fatah sembari menyikut siku Raditya, seperti memberi kode bertanya mengenai sosok laki-laki yang juga duduk di meja yang sama dengan mereka, tentunya tengah melahap makanan.
"apa? Ganggu aja sih, " balas Raditya yang kesal karena aktivitas makannya diganggu oleh Fatah. Namun Fatah hanya memberikan respon yang sama, Ia menyikut berkali-kali siku Raditya.
"kenalan aja sendiri, Tah. Masa ana yang harus sibuk ngenalin antum ke dia, antum udah gede " ucap Raditya dengan nada kesal yang sontak membuat Niko keselek makanannya sendiri. Niko pun merasa kurang sopan bila harus menunggu abang kelasnya itu memulai pembicaraan terlebih dahulu, Ia pun menyapa Fatah
KAMU SEDANG MEMBACA
Dewa Senja
RomanceSenja.. Ku ceritakan padamu lika-liku hidup seorang gadis.. Menahan temu karena belum tentu bisa bertamu.. Padanya yang telah menjadi dermaga hati.. Lirih mengaduh meski jiwa ini rapuh.. Senja.. Banyak yang tertahan selama ini, tapi ku coba menut...