1. Akan kubuat kau menyesal...

1.7K 71 3
                                    

Pria itu tengah berbaring diatas gedung sekolahnya dengan mata menatap langit. Ini merupakan kebiasanya untuk menghindari mata pelajaran yang tidak ia sukai dikelasnya. Ia tak peduli berapa banyak tinta yang dihabiskan untuk menulis keterangan tentang ia yang membolos mata pelajaran. Toh, ia juga tidak akan dikeluarkan dari sekolah milik ayahnya sendiri. Paling yang akan ia dapatkan adalah teguran berjam-jam dari ayah otoriternya itu yang muak sudah ia dengar. Ia heran, bagaimana ibunya bisa melunakan hati ayahnya yang temperamental dan otoriter itu. Sebenarnya, tanpa belajar yang pun Juliand tetap bisa mendapat nilai bagus, ia memiliki otak yang cukup cerdas.

"Kak Ian," Panggil seorang gadis yang begitu dikenalinya.

Mendengar panggilan itu, ia tak berbalik sama sekali. Karena orang yang memanggilnya, adalah orang yang begitu dibencinya. Ia benci sebenarnya dipanggil dengan nama Ian oleh wanita itu. Panggilan kesayangan itu seharusnya hanya boleh digunakan oleh ayah dan ibunya. Sedangkan orang lain sering memanggilnya dengan nama Juliand. Namun karena suatu hal, hingga membuatnya terpaksa harus menerima jika gadis itu memanggilnya dengan nama itu. Dia adalah Melody. Adik yang paling dibencinya.

"Kak...kenapa kakak tidak masuk lagi, ayah pasti akan marah sama kakak." Ucap Melody yang langsung duduk disebelah Juliand.

"Itu bukan urusanmu, menjauhlah dariku." Ucap Juliand dingin.

"Aku tidak mau. Aku disini saja kalau begitu, sama kakak"

Juliand menghela nafas kasar. "Pergilah. Harus berapa kali kau ku usir, hah!"

Melody tidak menjawab. Ia hanya menunduk mendengar usiran dari kakak yang begitu disayanginya. Walaupun sering mendapat penolakan dan bentakan dari Juliand, ia tetap menyayangi kakak yang begitu membencinya itu. Ia tidak tau alasan kebencian itu. Ia sering bertanya pada Juliand. Namun Juliand menolak untuk menjawab dan malah menjauh darinya.

Melihat Melody yang tak beranjak sama sekali, membuat dirinya geram. "Kenapa kau masih disini?"

"Aku hanya ingin menemani kakak," Cicit Melody.

"Dengar baik-baik Melody. Aku tidak pernah suka kau berada didekatku. Karena kau..." Juliand menggantung ucapannya, hingga membuat Melody mendongak, menunggu jawaban.

"Argh...sudahlah"

Juliand berdiri dari duduknya. Mengambil tas dan beranjak dari situ.

"Kak Ian, mau kemana?"

Juliand tak menjawab. Ia terus berjalan yang diikuti oleh Melody dibelakangnya.

Begitu mereka tiba dibawah, tepatnya diparkiran, Juliand mendadak berhenti hingga membuat Melody menabrak punggung Juliand.

"Mengapa kau masih mengikutiku?"

"A-aku mau ikut kakak, lagipula sebentar lagi jam pulang."

"Sayangnya mobilku menolakmu untuk manaikinya." Tolak Juliand. Ia pun kembali berjalan ketempat dimana mobilnya berada. Begitu ia membuka pintu mobilnya, dengan sigap Melody berlari ke pintu sebelahnya, masuk dan duduk disana.

Sontak Juliand geram, "Kau ini, keluar dari sana!" Teriaknya.

"Tidak!"

Melody dapat merasakan aura kemarahn Juliand. Ia memasang seatbelt dengan cepat begitu melihat Juliand berjalan kearahnya.

Pintu mobil dibuka kasar oleh Juliand. Secepat kilat tangannya meraih pergelangan tangan Melody, berusaha menariknya keluar.

"Aku bilang keluar Melody!"

"Aku tidak mau!"

Merasa sia-sia. Juliand berhenti menarik tangan Melody yang sudah kemerahan itu. Ia menatap Melody dengan pandangan tak terbaca.

"Jadi, kau memaksa untuk ikut. Baiklah. Akan kubuat kau menyesal karena mengikutiku."

Juliand & MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang