Melody berjalan dengan memeluk dirinya sendiri karena angin malam yang menerpa tubuhnya yang hanya mengenakan piyama.
Saat tengah berjalan, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat disebelahnya. Itu mobil Juliand.
"Kak.."
"Cepat masuk."
Belum selesai Melody berucap, Juliand sudah memotongnya dengan ucapan dingin, datar, rendah, dan juga tajam. Bahkan tatapannya lurus kedepan, tanpa berniat menatap Melody.
"Ba-baik.."
Melody pun masuk kedalam mobil. Dingin. Suasana begitu hening dan juga dingin didalam mobil. Melody memeluk dirinya erat, lalu tidak lama kemudian ia tertidur.
Setengah jam perjalanan mereka pun sampai. Juliand menoleh kearah Melody yang tengah tertidur.
Ia mendengus dan menjulurkan tangannya kepipi Melody. Mencubitnya keras hingga membuat Melody terkejut dan terbangun dari tidurnya. Ia meringis memegang pipinya yang sakit.
"Kakak kenapa mencubit pipiku?" Kesal Melody.
"Turun."
"Hah?"
"Turun. Kita sudah sampai"
Melody menoleh kearah Juliand, setelah itu menatap keluar. Benar. Ternyata mereka sudah sampai. Melody hendak turun, namun tangannya dicekal oleh Juliand.
"Jangan memberitahu ayah bahwa aku mengikuti balapan liar. Mengerti?" Tatapan Juliand begitu tajam padanya. Hingga tanpa sadar mengangguk.
"Bagus. Sekarang turun."
Juliand dan juga Melody melangkah masuk kedalam rumah. Disana sudah ada Reiner yang menatap mereka tajam dengan tangan menyilang didepan dadanya.
"Jam berapa ini? Kenapa kalian lama sekali?"
"Maaf ayah, aku keasikan bersama teman-temanku."
Reiner menghela nafas. Ia tau anaknya bohong. Apa kalian pikir ia tidak memiliki mata-mata. Ingat, ia seorang mafia. Banyak mata-mata yang dimilikinya. Ia akan menunggu hingga Juliand jujur sendiri padanya. Ia tahu jika Juliand mengikuti balapan liar. Ia juga tahu Juliand meninggalkan Melody.
"Kalian masuklah tidur. Besok sekolah."
"Baik ayah."
_______
Hari ini Melody berniat kesekolah jalan kaki bersama Juliand. Dengan tergesa-gesa ia turun kebawah dimana ibunya sedang menyiapkan sarapan.
"Hai, mom" Ucapnya lalu mengecup pipi Amanda.
"Hai sayang."
"Ma, dimana kak Ian." Tanyanya dengan mulut mengunyah roti tawar yang sudah dilapisi selai.
"Dia belum turun."
Tidak lama kemudian Reiner datang dan ikut duduk dimeja makan. Ia sempat-sempatnya mengecup bibir istrinya sebelum duduk. Amanda yang tidak tau akan tingkah Reiner hanya mampu terkejut dan memelototi Reiner.
"Ih, papa. Tidak tau tempat."
"Iya. Dasar mesum."
Yang disinggung hanya mengedikan bahu acuh dan tersenyum setelahnya.
Setengah jam kemudian Juliand turun. Langkah kakinya terdengar oleh mereka. Namun, hanya berjalan melewati ruang makan tanpa menoleh sedikitpun.
"Ian, kamu tidak sarapan dulu nak?"
"Nanti saja dikantin sekolah." Datarnya.
Melody yang mendengar Juliand sudah mau berangkat, segera memasukan roti yang masih tersisa setengah kemulutnya hingga membuat mulutnya penuh.
"Pa, ma. Aksjbdrhdnau" Ucapnya tidak jelas karena mulut penuh roti.
Melody terengah-engah karena mengejar Juliand yang kini sudah berada dihalte menunggu bus datang.
"Kakak kenapa tidak menungguku?"
Juliand menoleh hendak menjawab. Namun, ia terpaku dengan wajah belepotan Melody. Ia ingin membersihkannya, namun egonya melarangnya.
Bus telah tiba. Juliand segera naik diikuti Melody. Orang-orang langsung menahan tawa begitu melihat wajah belepotan Melody yang dipenuhi remah roti. Melody yang belum sadar hanya bersikap biasa saja. Sedangkan Juliand, ia merasa risih.
Melody mendudukan dirinya disebelah Juliand.
Lihat, apa dia tidak sadar dengan wajah belepotannya itu
Iya, mungkin orangnya pengotor
Oh, menjijikan
"Kak, siapa yang mereka maksud?" Tanya Melody yang masih bemu menyadari.
Dengan geram Juliand berbalik kearah Melody. Wajahnya mendekat, hingga membuat jantung Melody berdetak cepat.
"Kau sukses membuatku jengkel dipagi hari Melody."
Dengan perasaan terpaksa Juliand mengusap wajah Melody lembut, berniat membersihkan wajahnya. Melody seperti patung, diam karena perlakuan Juliand padanya.
Orang-orang yang melihat adegan itu bahkan ikut terpaku. Seakan mereka sedang menonton film romantis gratis.
Usai dengan wajah Melody. Kuliand mendekatkan lagi wajahnya ketelinga Melody. Membisikan sesuatu disana.
"Lain kali aku akan menendangmu keluar jika kau mempermalukanku lagi." Bisiknya tajam.
Mereka pasti mengira bahwa Juliand dan Melody adalah sepasang kekasih. Nyatanya tidak. Juliand bersikap seperti itu untuk menyembunyikan amarahnya pada Melody, dan juga mengubah pandangan orang-orang disitu. Dan benar saja, orang-orang yang tadi mengejek Melody beralih menatap Melody dengan pandangan takjub dan iri karena mengira Melody adalah kekasih Juliand yang sangat tampan itu.
***
Jangan lupa like dan comen
Next chapter👉
20 agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliand & Melody
Teen FictionKebenciannya tumbuh ketika seorang Melody Anastasya hadir dan dijadikan anak oleh kedua orang tuanya. Ia merasa Melody telah membuatnya kehilangan rasa sayang dari kedua orang tuannya sendiri hingga membuatnya sakit hati. Sampai suatu hari ia memutu...