Alan walker _ alone
.
.
Tandai typo bertebaran
Juliand tengah tiduran dengan sebuah majalah porno ditangannya. Tak ada reaksi sedikitpun darinya. Matanya hanya menatap seolah menilai tubuh gadis setengah telanjang dimajalah itu.
Tiba-tiba ponselnya bergetar menandakan pesan masuk.
"Ada race malam ini. Kau ikut?"
Juliand berpikir sebentar. Mobilnya disita oleh ayahnya. Lalu ia harus memakai apa untuk balapan.
"Jam berapa?"
"10. Jangan sampai telat."
"Baiklah."
"Jangan lupa majalahku kau bawah."
"Hm."
Juliand membuang sembarang handphonenya begitu pesan terakhir ia tulis. Mengambil Jaket kulitnya dan langsung berjalan keluar kamar.
Begitu tiba dibawah. Ia melihat ayah, ibu dan juga Melody tengah menonton tv.
Juliand langsung menghampiri ayahnya.
"Ayah, boleh aku minta kunci mobilku?"
Semua yang ada diruangan itu langsung menoleh padanya. Namun ia bersikap biasa saja.
"Mau kemana?"
"Bertemu teman." Ucap Juliand datar.
Reiner kembali menatap tv didepannya. "Tidak. Kecuali Melody ikut. Dia harus mengawasimu untuk melakukan hal yang tidak-tidak."
"Ayah, aku sudah besar, aku tidak butuh pengawasan. Apalagi sama Melody, orang yang aku benci." Ucap Juliand dengan suara mulai mengeras.
Reiner berdiri dari duduknya. Rahangnya mulai mengeras menahan amarah.
"Dengar Ian. Dia adalah adikmu, sampai kapan kau mau membencinya?"
"Sampai ayah dan ibu kembali menya..." Juliand tak bisa melanjutkan ucapannya. Egonya terlalu kuat menahannya. "Seharusnya ayah cari tau sendiri...apa yang membuatku membencinya." Lanjutnya.
Reiner tertegun. Amanda dan juga Melody yang berada disitu, yang juga ikut menyaksikan perdebatan ayah dan anak itupun ikut tertegun. Apa maksud dari ucapan anaknya itu. Apa ada kesalahan yang ia lakukan sehingga Juliand membenci Melody? Dulu Juliand tak seperti ini. Ia menerima dengan suka hati saat Melody ia bawah lerumah ini. Saat itu Juliand berumur 6 tahun, sedangkan Melody 2 tahun. Mereka masih sering bermain bersama, hingg saat Juliand mulai beranjak dewasa, Juliand mulai menunjukan ketidaksukaannya akan Melody.
"Aku memintanya untuk malam ini ayah, kumohon.." Lirihnya.
"Ayah akan memberikannya jika Melody ikut." Putus Reiner, yang dibalas dengan helaan nafas dari Juliand.
"Baiklah.."
"Yeay!! Aku ikut."
Tidak lama kemudian merekapun berangkat. Melody hanya mengenakan piyama, larena Juliand tadi bilang hanya untuk bertemu temannya. Suasana didalam mobil itu begitu hening dan dingin. Melody yang merasa bosan hendak bertanya namun takut jika Juliand marah.
Setengah jam perjalanan, merekapun tiba disebuah tempat yang sering dijadikan tempat balapan liar. Tempat itu begitu ramai dengan anak-anak remaja. Melody bergidik, begitu dirinya melihat para wanita yang berpakaian minim, tak seperti dirinya yang malah memakai piyama.
God, tempat apa ini, batin Melody.
"Kak...kenapa kita kesini?" Tanyanya sedikit takut. Ia belum pernah ketempat ini sebelumnya.
"Menyesal telah ikut?" Ucap Juliand tersenyum licik.
"Kak, kita pulang ya, aku takut,"
"Pulang. Aku bahkan belum beraksi."
Juliand turun dari mobil, diikuti Melody dengan tangan memeluk dirinya sendiri. Ia terus mengekor dibelakang Juliand karena takut dengan orang-orang yang terus melihatnya dengan tatapan.
Juliand yang merasa tak nyaman pun berbalik dan menatap Melody tajam.
"Jangan terlalu dekat denganku, kau mengganggu."
Melody menunduk. Kepalanya mengangguk lirih. Matanya ingin sekali menangis. Namun ia menahannya, tidak ingin terlihat lemah.
"Hei, Juliand. Siapa gadis cantik ini? Adikmu?"
"Bukan, dia hanya teman. Kapan balapannya dimulai?"
Melody merasa sesak begitu Juliand tidak menganggapnya adik didepan temannya itu.
"Setengah jam lagi. Oh iya, boleh kau kenalkan dia padaku?"
"Dia Melody. Melody, ini Jack." Ucap Juliand yang sebenarnya malas melakukan itu.
"Jack," Jack mengulurkan tangan kearah Melody, tanda perkenalan.
"Melody," Ucap Melody dengan ragu-ragu mengulurkan tangannya. Dan begitu tangan mereka bersentuhan, Melody dengan cepat meraihnya.
"Dia polos sekali" Kekeh Jack, yang merasa lucu dengan tingkah polos Melody. Cukup menarik baginya.
Tunggu kau gadis kecil, batin Jack menyeringai.
"Jack! Sudah mau mulai." Teriak salah satu teman Jack dari kejauhan.
"Hei, ayo sudah mau dimulai." Seru Jack pada Juliand, dengan berlari ketempat temannya yang tadi memanggilnya.
Juliand pun segera berjalan kearah mobilnya untuk segera mengikuti balapan liar itu.
"Kak, aku bagaimana."
"Terserah kau ingin melakukan apa. Yang jelas jangan menggangguku." Ucap Juliand masuk kedalam mobil dan langsung menancap gas, meninggalkan Melody.
Melody jatuh terduduk ditanah. Ia menangis memeluk lututnya. Dan itu dilihat oleh orang-orang yang berada ditempat itu. Mereka memandang aneh Melody.
"Aku harus apa sekarang..."
______
Setengah jam balapan, dengan Juliand yang berhasil memenangkannya, ia pun kembali ketempat dimana Melody berada tadi. Nihil, Melody tak berada ditempat itu.
"Sial. Kemana dia? Dasar merepotkan."
Dengan marah ia mengendarai mobilnya untuk mencari Melody. Jangan salah paham, Juliand bukan khawatir, ia hanya takut nanti ayahnya marah padanya.
Matanya menyusuri seluruh jalanan, guna mencari Melody. Kemudian matanya berhenti pada seorang wanita yang sedang berjalan dengan memeluk dirinya sendiri.
Juliand menyeringai, seperti keberuntungan tengah berpihak padanya, "Ketemu juga kau, gadis kecil."
***
Jangan lupa like dan comen.
Dan share juga cerita ini ke teman kalian.
Thankyu.
Senin, 13 agustus 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Juliand & Melody
Novela JuvenilKebenciannya tumbuh ketika seorang Melody Anastasya hadir dan dijadikan anak oleh kedua orang tuanya. Ia merasa Melody telah membuatnya kehilangan rasa sayang dari kedua orang tuannya sendiri hingga membuatnya sakit hati. Sampai suatu hari ia memutu...