2. Tidak!

1.4K 61 2
                                    


"AKHH..."

Teriakan Melody terus keluar dari bibirnya dengan mata tertutup dan milit yang terus merapalkan doa. Sedangkan badanya gemetar. Bahkan jantungnya serasa mau copot dari tempatnya saat itu juga.

Bagaimana tidak?

Juliand mengemudi ugal-ugalan denagn kecepatan diatas rata-rata. Ia terus menyalip kendaraan yang ada didepannya dengan lincah. Bahkan sesekali hampir menabraknya.

Senyum miring terlukis di bibir Juliand. Itulah akibat jika keras kepala mau mengikuti dirinya.

Mobil Juliand akhirnya tiba dipelataran rumahnya.

Melody masih tak berhenti bergetar ketakutan. Tangannya masih memegang seatbelt dengan erat.

"Kenapa tidak turun?" Tanya Juliand dingin dengan pandangan lurus kedepan.

"A-aku tidak bisa."

Bahkan suara Melody ikut bergetar karenanya. Ia benar-benar shock sekarang.

"Kau tobat sekarang."

"Ti-tidak." Ucap Melody dengan keras kepalanya. Ia berusaha keluar dari mobil walau dengan badan gemetar.

Namun baru keluar dari mobil. Ia jatuh terduduk ke-tanah. Berusaha bangkit dan jatuh lagi.

"Kau kenapa Melody."

Tiba-tiba suara Reiner ayah Juliand datang menghampiri Melody dengan khawatir.

"Ck. Dasar manja." Sinis Juliand yang berjalan melewati Melody dan Reiner. Namun sebuah suara menghentikan jalannya.

"Juliand, apa yang kau lakukan dengan adikmu." Ucap Reiner dingin.

Dasar memang ayah dan anak. Auranya sama-sama dingin.

"Dia memaksa ikut denganku pulang. Padahal dia tau aku mebencinya."

"Kalau begitu kau tidak diperbolehkan membawa mobil besok, karena telah membuat adikmu seperti ini."

Juliand sontak berbalik. "Apa? Kenapa ayah lakukan itu?"

Reiner tidak menjawab. Ia malah mengangkat tubuh Melody yang masih shock bridal style dan melewati Juliand dengan acuh.

Juliand mengepalkan tangannya. Ia makin membenci Melody. Anak itu selalu saja beruntung dibanding dirinya. Ia terus saja mendapat belaan dari orang tuanya. Padahal ia hanya anak pungut.

Malam tiba.

Semua berkumpul diruang makan untuk sarapan malam.

"Melody, tolong kau panggil Juliand turun untuk sarapan." Perintah Amanda ibu awet muda Juliand.

"Baik, ibu."

Melody pun pergi kelantai atas tempat dimana kamar Juliand berada. Kamar Juliand bersebelahan dengan kamar Melody.

Begitu tiba didepan pintu kamar Juliand, ia tercengang dengan apa yang dilihatnya. Sebuah kertas terpampang didepan pintu Juliand dengan bertuliskan 'Melody dilarang masuk'

"Apa-apaan ini. Kak! Buka pintunya."

Tidak ada sahutan.

"Kak! Buka pintunya, ibu menyuruh kakak untuk turun sarapan malam."

Melody menghela nafas. Sepertinya akan percuma. Melody hendak berbalik pergi. Namun pintu Juliand mendadak terbuka.

"Kak.."

"Bilang pada ibu aku tidak lapar." Ucap Juliand dingin.

Brakk

Pintu kembali ditutup dengan kasar. Hingga membuat Melody berjengit. Melody melangkah gontai turn kebawah. Entah sejak kapan , Juliand tidak pernah lagi ikut sarapan bersama mereka.

Entah kebencian Juliand padanya atau memang ia benar-benar tidak lapar.

"Besok aku akan menanyakan lagi apa alasanya membenciku."

Keesokan harinya....

"Kak Ian! Kak Ian tunggu!"

Pria itu tak berbalik saat mendengar gadis itu memanggilnya. Ia tetap berjalan dan menghiraukan gadis itu.

"Kak Ian kenapa kau meninggalkanku?" Tanyannya pada pria tampan itu.

"Menjauhlah dariku." Ucapnya dingin.

"Kenapa?" Tanya wanita itu dan berlari kehadapan Juliand, merentangkan tangannya agar Juliand tidak bisa lewat.

"Apa yang kau lakukan? Menyingkir dariku." Ucapnya dingin.

"Tidak, sebelum kau mengatakan alasan mengapa kau membenciku?"

Juliand mendekat kearah Melody, lalu membisikan sesuatu ditelinganya yang sontak membuatnya menegang.

"Karena kau adalah pengganggu dihidupku, aku menginginkan agar kau lenyap dari hadapanku"

Usai mengucapkan itu Juliand mendorong Melody kesebelahnya hingga terjatuh dan menyebabkan luka kecil dilututnya.

"Akh!" Ringisnya. Namun tak dihiraukan Juliand, pria itu terus berjalan meninggalkan wanita malang itu.

***

Ian masuk kedalam rumah dengan wajah datarnya. Diruang tamu sudah ada Reiner, Amanda dan juga wanita yang dibencinya yaitu Melody.

Tch! Keluarga yang sempurna, batinnya.

"Ian, kemari kau!" Panggil Reiner dengan tangan menyilang didepan dadanya.

"Ada apa lagi?" Tanyanya datar. Sungguh sifat Reiner saat masih muda. Dingin dan angkuh.

"Mengapa kau meninggalkan Melody begitu saja dipinggir jalan, dia adikmu"

Juliand memandang kearah Melody yang tengah menunduk.

Tch! Dasar munafik, batinnya.

"Aku tadi buru-buru ayah."

"Tapi setidaknya bantu dia, dia terluka karena jatuh tadi seusai mengejarmu"

Jadi dia berbohong? Bagus, batinnya lagi.

"Maaf, aku tidak akan mengulanginya lagi"

"Bagus, sekarang bantu dia kekamarnya"

Juliand mengangguk lalu mendekat kearah Melody dan menggendongnya bridal style.

Melody merasa jantungnya berdetak tak karuan begitu menatap Juliand sedekat itu. Perasaan yang tak wajar antara kakak dan adik.

Sejujurnya Melody tak mengetahui bahwa orang tuanya telah tiada saat kecelakaan itu ia masih sangat kecil, belum mengetahui apa-apa. Yang ia tau sekarang meluarganya adalah Reiner dan Amanda.

Begitu tiba dikamar Melody, Juliand langsung membantingnya ke tempat tidur. Memenjarakannya dengan cara menahan kedua tangan Melody dianatara kepalanya.

"Dengar baik-baik dasar jalang, aku tidak suka kau mempengaruhi kehidupanku, menjauhlah dariku, dan jangan mendekat lebih dari dua meter dariku, aku tidak suka dekat-dekat denganmu"

Usai mengatakan itu Juliand beranjak dari Melody, meninggalkannya yang mulai menangis.

"Mengapa dia begitu membenciku? Apa salahku hiks..?"

***

Jangan lupa tinggalkan jejak dan share cerita ini ke teman kalian yang lain.

Thankyu😘

Juliand & MelodyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang