Fragmen 14 : Perang Tanding (lakon 'Karna Tandhing')

90 4 1
                                    

Siang sangat terik
Siap berganti menjadi senja
Bau anyir darah terlalu menyengat
mengaburkan segala pandangan
Prajurit gugur banyak jumlahnya
Mendekati akhir pertempuran
menyisakan dua ksatria perkasa
Berhadapan satu sama lain

Dua ksatria itu gagah nan rupawan
Wajahnya serupa
sulit untuk dibedakan
Kalau satu harus gugur
sangat disayangkan sekali
Keduanya amat dicintai kubunya
maupun para dewata di kahyangan

Dua ksatria ini
bertolak belakang sifatnya
Yang satu ksatria tampan
kuat semedinya, gagah berani
Lakunya sopan, dipuja seribu wanita
Dia pandai memanah
Gurunya ialah Resi Durna
Sayang kepada keluarga, saudara
terutama si sulung Puntadewa
Ia juga cakap segala hal
Para pujangga perlu setahun
untuk mendeskripsikan keagungannya
Ya, dialah putra Batara Indra,
Partha, Dananjaya atau sang Arjuna

Lawannya tak lain tak bukan
Saudara seibu beda ayah
Seorang ksatria berwatak angkuh
Parasnya sama tampan
dan senang meremehkan para Pandawa
Namun ia selalu memegang teguh dharma ksatrianya
Membantu orang lain bila dibutuhkan
Kemampuan memanahnya setara dengan Dhananjaya
Ya, dialah putra Batara Surya
yang terlahir berkat ajian Adityaredhaya
Anak angkat seorang kusir, Radheya atau sang Karna

Kedua ksatria gagah nan tampan
kini saling berhadapan
Mata mereka menyorot tajam seakan siap untuk membunuh
Akankah mereka berkeinginan demikian padahal mereka saudara seibu?
Tak ada yang tahu, bahkan para dewata.

Kedua ksatria pemberani itu
mulai menyerang saat langit
merona merah
Masing-masing melesatkan panah secara ganas
Tak ada yang mau mengalah
Tak ada yang berkeinginan menyerah
Keduanya bersikukuh meraih kemenangan
Demi membawa nama baik kubu ke puncak kejayaan.

Kedua ksatria itu
masih bertempur sengit
Membuat para sahabat, saudara
semakin cemas menanti
Takut jika diantara mereka
harus gugur

Kedua ksatria itu
Parasnya sungguh menawan
Sengitnya lesatan panah mereka
Luar biasa bagi batin insan biasa

Akhir cerita Perang Tandhing dua ksatria tangguh
telah mencapai titiknya
Sang Arjuna menancapkan panah Pasopati
tepat di dada putra Batara Surya
Karna pun roboh di tanah menghadapi ajalnya, di atas simpuhan istri tercinta, Surtikanti
Surtikanti turut melakukan bela pati, menyusul suaminya ke alam baka
Demikianlah akhir tragis Perang Tandhing dua ksatria terhebat
Yang mengariskan
Gugurnya
Radheyaputra
Anak tertua Dewi Kunthi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mahabharata Dalam SajakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang