Not Very Well

5.8K 172 79
                                    

Warning: OOC, Typo bertebaran, dan lain sebagainya :v

Disclaimer: TereLiye, pinjem dulu karakternya ya bang :)

Latar cerita sesudah buku Bintang dan sebelum buku Komet.

Happy Reading^^

...

Hening. Sudah hampir setengah jam tidak ada satupun dari kami yang berbicara. Aku dan Seli sedang mengerjakan tugas. Sedangkan Ali, ia sedang sibuk mengotak atik ILY. Kami sedang berada di basement rumah Ali. Seli yang mengajakku ke sini.

"Ali." panggilku pelan.

Namun, hanya gumanan yang aku dapat"Hmm"

Dia sedang serius dengan pekerjaannya. Tidak bisakah dia menjawab lebih?

"Apa minggu depan kau akan masuk sekolah?", tanyaku

"...."

Tidak ada jawaban. Ia masih sibuk dengan alat-alatnya.

Sudah tiga bulan semenjak kepulangan kami dari Klan Bintang. Kami berhasil menyelamatkan klan permukaan tetapi, kami juga secara tidak sengaja melepaskan Si Tanpa Mahkota dan pengikutnya dari Penjara Bayangan di Bawah Bayangan.

Setelah kejadian itu, kami pulang dengan rasa gelisah dan takut. Apa yang akan terjadi setelah Si Tanpa Mahkota terbebas? Apa yang akan dilakukannya? Apakah kehancuran dunia pararel sudah dekat? Aku bahkan belum menemukan kedua orangtua kandungku.

Jujur, mungkin disini aku yang paling merasakan ketakutan dan rasa bersalah. Entah kenapa aku merasa ini semua salahku. Aku yang membawa teman temanku ke dunia pararel. Aku yang telah membebaskan Si Tanpa Mahkota dengan tanpa sengaja.

Perasaan takut dan bersalah itu selalu datang menghampiriku. Tapi, aku tak pernah memberitahukannya pada siapun. Termasuk sahabatku, Seli. Disini, aku sedang mencoba menghilngkaan perasaan perasaan itu. Tapi, ketika aku melihat wajah Ali dan Seli, aku tidak mampu melakukakanny.

"Mungkin Senin Depan, Ra"

Aku menoleh pada Ali. Tubuhnya kotor. Pakaian dan rambutnya acak acakan. Sempurna.

"Ali, kenapa sih kau tidak membetulkan ILY kalau sedang hari libur saja? Sekolah juga penting, Ali.." kataku gemas.

Ali membeereskan peralatannya dan mencuci tangannya di wastafel. Setelah itu ia ikut bergabung duduk di meja bersama kami "Sedang tidak mood" ucapnya acuh.

Aku menyikut lengan Ali. Apa maksudnya tidak mood?

"Aduh"

Bukan, itu bukan suara Ali. Itu suara Seli yang mengaduh karena pusing dengan tugasnya.

"Aku menyerah! Aku tidak mengerti soal yang ini" kata Seli menyodorkan bukunya padaku.

Rambutnya acak-acakan karena terlalu sering menggaruk kepalnya.

"Sudahlah, Sel. Istirahat saja dulu. Aku khawatir kau menjadi botak." Celetuk Ali iseng.

Seli tidak tertawa. Wajahnya masam. Mungkin karena ia tidak berhasil menyelesaikan tugasnya. Aku melihat buku Seli. Penuh coretan hitungan disana sini. Akupun pusing melihatnya.

"Iya, Sel. Benar kata Ali. Sudah dulu saja. Lagipun, kau sudah mengerjakan ini semenjak sampai disini. Sekarang waktunya mengobrol."

Wajah seri berubah seketika. Ia lalu mengambil bungkusan dari salam tasnya, aku tebak pasti makanan.

Dan ya, dia membawa banyak makanan.

"Kalian mau?"

Aku mengambil sekotak biskuit yang ditawarkan Seli. Tapi tidak dengan Ali. Ia malah melipat tangannya diatas mja dan menenggelapkan kepalanya disana.

I Believe In YouWhere stories live. Discover now