(3). Gadis itu..

131 48 12
                                        

"Tidak ada raut wajah marah pun yang ku temukan dalam tatapan nya, hanya saja ku lihat tatapan nya yang sangat mengkhawatirkan sesuatu" Jawabnya.

"Kau yakin, dia tidak ada rasa marah?" Tanya basta memastikan. "Kau tidak berbohong kan?" Sambungnya lagi.

Dia hanya mengangguk menjawab pertanyaannya, ia sedikit bernafas lega karena satu masalah mungkin telah selesai. Tapi masih ada masalah masalah lain nya.
Ia menyerahkan kunci mobil ke pria tua itu. Lalu pria tua itu menyerahkan ponsel dan dompet basta.

"Jadi, apa kau tau kemana orang tua ku sekarang?" Tanya nya.

Dia menoleh dan menatap basta sesaat.

"Tidak tau" Jawabnya singkat. "Terimakasih tidak ada sedikitpun yang lecet. Apa mau saya antar kamu kembali kerumah sakit?" Sambungnya dengan tawaran.

Ia menerima tawaran itu , bingung juga ia akan kembali pakai apa. Secara menunggu taxi harus butuh waktu lama, karena ini udah sangat malam.

"Yaudah ayo" Pria tua itu langsung masuk kedalam mobil, disusul oleh basta yang duduk dibelakang mobilnya. "Jangan di belakang. Saya dikira supirmu nanti. Duduk lah didepan bersamaku" Perintahnya yang membuat basta sedikit terkekeh.

Pria tua itu menyalakan mobilnya dan mulai menancapkan gas nya. Basta terdiam, setidaknya masalahnya terselesaikan sedikit demi sedikit.

"Gimana keadaannya?" Tanya nya yang secara tiba tiba membuat basta menoleh cepat. "Gadis itu! Gimana keadaan nya sekarang?" Sambungnya memperjelas.

"Oh, aku tidak tau, yang jelas aku cepat cepat meninggalkan nya. Karena ingin cepat mengembalikan mobilmu" Jawab basta dengan pandangan kedepan.

"Aku mengkhawatirkannya, bila dia tiba-tiba terjadi sesuatu. Aku sangat bingung harus berbuat apa" Sambungnya dengan suara decakan diakhir.

"Berdoa lah, semoga semuanya membaik" jawab pria tua itu.

Mereka terdiam sejenak, karena bingung apalagi yang akan di bicarakan. Pria tua itu membawa mobil sangat halus, walaupun kencang tapi tidak membuat khawatir.
Sudah beberapa bangunan beserta rambu-rambu yang telah mereka lewati. Dan sudah berapa kilometer jauhnya. Ia melihat ke arah jalan. Ia mengenali jalan nya, ia paham betul kalo didepan sudah sampai.

"Apa disini rumah sakitnya?" Katanya yang membuat basta seketika memperhatikan tulisan depan.

"Oh ya, ini dia" Jawabnya. "Kau mau ikut ku masuk kedalam atau masih ada urusan lain dan langsung pergi?" Sambungnya.

"Langsung pulang, istriku sudah menunggu" Jawabnya singkat.

"Baiklah, terimakasih untuk semuanya hari ini, bagaimana saya harus membayar perbuatan bapak?" Ucap basta.

"Tidak ada yang harus dibayar, dan tidak ada hutang budi. Karena sesama manusia sudah layaknya membantu. Jadi tidak usah dipikirkan. Dan saya mohon diri semoga masalahmu cepat selesai" Jawabnya yang membuat basta terdiam.

Ia bergegas untuk masuk kedalam rumah sakit "Terimakasih banyak" Katanya sambil membuka pintu mobil.

Ia melihat mobil itu yang telah berlalu. Ia langsung berjalan menuju ke dalam.

Sedikit berlari kecil ke meja yang udah dua kali di jumpainya, dari jauh basta melihat, dia langsung melihat basta dengan senyuman. Dia tersenyum ramah.

Nostalgia (HIATUS)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang