About Jean

42 0 1
                                    


Namaku Jean, aku seorang mahasiswa yang sangat periang pada awalnya. Ayahku adalah orang yang melankolis dan ibuku adalah orang yang tegas namun agak egois. Aku tinggal dikeluarga yang mementingkan karir dan citra didepan publik. Aku terpaksa kuliah di universitas terkenal demi memenuhi gengsi kedua orangtuaku, karna mereka menganggap semua yang masuk disana tidak semudah masuk di universitas manapun. Orangtuaku mati-matian mencari segala cara dengan mengikutkanku kursus sana-sini agar dapat masuk universitas yang nyatanya tidak kusukai. Karna aku tidak ingin membantah kedua orangtuaku, akhirnya aku menuruti mereka untuk masuk kesana.

Sejak kecil aku selalu sendiri dirumah, semua keperluan dari sereal, susu, hingga mie instan sudah tersedia dirumah. Tetapi yang paling sering aku makan Cuma roti dengan taburan meises hingga sekarang. Mama adalah orang yang sangat menyibukkan diri dihari minggu, baik sekedar berkebun ataupun mampir dan duduk dengan ibu-ibu tetangga berlama-lama dan membicarakan hal yang menurutku tidaklah penting untuk dibahas. Dia adalah ibu yang fashionable dan terobsesi menjadi ABG kembali meskipun pakaiannya ketat, super seksi dan sangat mini yang terasa seperti era tahun 80an dengan selera yang masih jauh dari masa kini. Sementara papa adalah orang yang sangat suka menyibukkan diri dengan komputernya dan membuat program apapun. Papa sangat terobsesi dengan barang-barang elektronik terutama komputer dan mempelajari program-program barunya. Papa mengajarkan aku bermain komputer sejak kecil

Keluarga kami adalah keluarga yang sangat mementingkan citra didepan publik, mungkin yang menurut mereka baik-baik saja selama ini nyatanya mereka tidak tau jika didalamnya banyak terdapat konflik kecil sehari-hari yang bias menjadi besar karena masalah yang selalu diungkit oleh mama. Tetapi ketika kita ke tempat ibadah atau kemanapun jika bertemu dengan orang, kami akan mulai bersandiwara dan memakai topeng keluarga bahagia didepan umum. Bagiku ini adalah sandiwara yang wajib dilakukan setiap hari dan sudah menjadi kebiasaan terutama didepan teman-temanku dan rekan bisnis kedua orangtuaku. Meskipun begitu, aku tetap bersyukur, karna mereka aku jadi bisa mandiri dan merasa cukup walaupun termasuk keluarga yang cukup ada, aku mengusahakan semuanya sendiri. Itulah yang membuat aku tangguh dan mandiri seperti sekarang

Ketika aku mulai punya teman disekolah aku membawnya kehadapan orangtuaku, mereka selalu berpikiran negative tentang teman-temanku dan selalu berkata bahwa temanku adalah teman yang tidak baik dan tidak pantas untuk dijadikan teman. Seketika itu aku yang labil, rapuh dan gampang sakit hati mulai bertekad untuk tidak membawa teman-temanku kerumah. Rata-rata temanku adalah teman yang status social dan materinya masih kurang dimata orangtuaku, tapi aku suka berteman dengan mereka dan diam-diam membantu mereka tanpa sepengetahuan orangtuaku. Karna dari mereka aku merasakan yang namanya kehangatan dari keluarga mereka, meskipun kekurangan materi tetapi tidak kekurangan kasih sayang

Lambat laun aku juga menyadari ada beberpa orang yang iri dengan kehidupanku, mereka melihat bahwa kehidupanku sangatlah bahagia, harmonis, tercukupi dan tidak berkekurangan apapun. Mereka tidak puas dengan hidup mereka, dengan cinta kasih yang mereka dapatkan dari keluarga mereka. Seandainya dia tau jika itu semua hanyalah cangkangnya saja. Semenjak itu aku menyadari bahwa didalam hidup ini tidak ada sesuatu yang seimbang, semua ada kekurangan dan kelebihannya masing-masing dan aku berusaha mensyukuri itu hingga sekarang. Akhirnya aku berniat untuk membantu satu teman dekatku dan keluarganya, apa yang dia inginkan aku berusaha mewujudkannya agar dia juga merasakan apa yang aku rasakan karena aku orangnya gampang sekali kasihan kepada orang lain. Tetapi ujung-ujungnya aku dikecewakan oleh dia karna dia berniat buruk dan juga sengaja memanfaatkanku. Seketika itu aku menjadi orang yang semakin introvert

Untuk menjaga citra keluarga, aku tetap melakukan sandiwara kepada semua orang terdekatku. Menjadi orang yang sok akrab, serba berpura-pura agar mereka tidak hilang dan tetap menjadi temanku. Dan aku tetap melakukan itu sampai saat ini, aku bukanlah diriku yang sebenarnya lagi. Ya, aku memakai topeng itu selama bertahun-tahun untuk menutupi jati diriku yang sebenarnya karna tidak tau harus bersikap apalagi selain seperti ini. Hati yang dingin, beku dan sekeras batu. Itu adalah cerminan diriku yang aku bawa hingga sekarang

Bertahun-tahun kami sekeluarga jarang sekali berkomunikasi dan berkumpul bersama, berbicara dari hati kehati. Pada akhirnya komunikasi yang seperti ini membuat segala permasalahan yang ada di keluarga kami menjadi tidak selesai dan menumpuk, akupun berusaha menjadi perantara yang baik untuk kedua orangtuaku. Dari papa yang curhat tentang tingkah laku mama, hingga mama yang sangat egois dan keras kepala. Segal acara telah aku lakukan, mulai dari mengumpulkan mereka menjadi satu, hinngga aku yang harus menanggung batunya karna dibilang melawan dengan orangtua. Tetapi jawaban yang didapat selalu sama, dan masalah tidak akan pernah terselesaikan

Sebenarnya aku sudah muak menjalanikeluarga yang seperti ini, kadang aku berpikir ingin menukarkan semua hartayang fana ini hanya dengan satu kebahagiaan hangat ditengah-tengah keluargaku.Tetapi mau bagaimana lagi, Sang Kuasa telah menetapkanku berada dikeluarga ini.Sebisa mmungkin aku bersyukur dengan keadaanku yang sekarang dan tetap berusahamenjadi yang terbaik dimata mereka walaupun selalu kurang, aku yakin Tuhantidak serta merta menitipkan aku dikeluarga ini jika tidak ada tujuan. Biarkanaku menjalani hidupku sebaik mungkin selagi aku masih bisa melakukannya, danbersyukur dengan segala yang ada

JeanWhere stories live. Discover now