Part 01

110 6 1
                                    


-

- E L E G I R E G U L U S -

Kedua manik itu menyapu sesisi langit penuh bintang.
Hembusan angin pelan pun mulai memanjakan tubuh yang sedang berbaring terbalut pakaian bermotif galaksi.

Malam ini para bintang dengan sukarela menampakkan sinar mereka pada makhluk bumi.

Beruntung, polusi cahaya disini tidak begitu parah. Jadi pasti makhluk bumi dapat melihatnya dengan jelas.

Sudah dua jam lebih tepatnya. Gadis itu berada di atas rooftop rumahnya, dengan teleskop yang berdiri di sebelah sofa kuning, mengamati setiap rasi bintang yang terbentang di langit.

"Rasi leo ya...hmm". Gumamnya pelan seraya menunjuk langit malam.

Seketika tangannya meraih smartphone yang berada di sakunya.
Jemarinya lihai mengetikan kata demi kata pada sebuah memo.
Lagi, selalu seperti itu.

Sudah banyak sajak yang dibuat olehnya, dan rata-rata bertemakan langit dan benda-benda yang berada di dalamnya.

Para bintang mulai tak terlihat, karna sebuah awan mendung menghalangi nya,dan selanjutnya angin bertiup semakin kencang. Menandakan sebentar lagi akan turun hujan setelah sekian lama.

Gadis itu mulai merapikan peralatannya, menutup sofa kesayangannya dengan sebuah terpal.

Setelahnya buru-buru ia turun kedalam rumah, menuju kamar dan menaruh teleskop itu disudut kamar.

Tetes demi tetes. Sepersekian detik hujan mengguyur tanah yang sudah lama di rindukan.
Aroma petrikor mulai menusuk indera penciuman.

Gadis itu menghembuskan napas panjang lalu memandang hujan lewat jendela.

"Selalu saja... rasanya aku tidak boleh senang atau bahagia terlalu lama" monolognya seraya tertawa hambar.

"Jadi ingin makan mie instan kalau sedang hujan seperti ini".

"Baiklah perut, waktunya untuk mendapatkan asupan".

Gadis itu menuju dapur untuk memasak mie tesebut.

Dilihatnya tempat persediaan mie yang sudah kosong melompong membuat gadis itu terlihat sedikit kesal.

Dengan kesabaran yang masih cukup penuh, ia merelakan dan memutuskan untuk pergi ke minimarket terdekat membeli persediaan mie instan favoritnya.

Malam ini begitu dingin karena pengaruh dari hujan, untung saja gadis itu memakai jaket yang cukup tebal serta payung untuk melindungi tubuhnya dari tetesan air hujan.

Walaupun ini minimarket terdekat, ia harus melewati gang kecil dan jalan raya yang tidak terlalu ramai kendaraan

Ditariknya pintu minmarket itu dan ia langsung mencari apa yang ia butuhkan lalu membayarnya pada kasir.

Setelah mendapat apa yang ia butuhkan, gadis itu kembali menuju rumahnya.

"Dasar bocah tolol, berani-beraninya cari masalah denganku"

Bukk....

Dari kejauhan, gadis itu melihat pemandangan yang cukup membuat tubuhnya gemetar.

Seorang pria sedang di keroyok oleh dua orang pereman.

Dirinya bingung harus berbuat apa.

Bukk...

Darah segar keluar dari ujung bibir pria itu.

Secara sepontan gadis itu berlari menghampiri mereka berupaya menghentikannya.

"Berhenti atau akan ku laporkan kalian pada polisi!". Ucapnya lantang

Semua tersentak, tak terkecuali pria di belakangnya yang terduduk sambil menyeka darah yang terus keluar.

Kedua pereman tersebut tertawa.

"Telpon saja kalau kau berani" ucap salah satu pereman tersebut seraya mendekati gadis itu.

Kakinya gemetar. Keringat nya mulai berjatuhan.

"Jangan mendekat!". ucap sang gadis

Salah satu pereman itu mencengkram tangan sang gadis.

Terlepas dari itu,pria yang sedari tadi duduk kini telah berdiri dan memiringkan senyum seolah meremehkan.

Bukk...

"Menjauh darinya. Dasar bajingan!"

Bukk..Bukk...

Gadis itu tersentak.

Pria itu menghajarnya dan kemudian kedua pereman tersebut terpingkal dan berlari meninggalkan pria dan sang gadis.

Dihabisinya pereman-pereman itu oleh pria yang kini sudah berada di hadapannya sambil berkacak pinggang.

"Apa?". Tanya pria tersebut seolah tak ada yang terjadi

"Bagaimana...bis-a..?"

"Apanya yang bagaimana?" Ucap pria itu

"Apa tadi kau berpura-pura?"

"Menurutmu?"

"Ck, kau itu merepotkan sekali. Kau tahu?, Kau telah membuang-buang energi serta waktu berharga ku". 

"Aku kan tidak meminta kau untuk datang dan menolongku ku,yaa.. walaupun malah sebaliknya sih"

"Setidaknya aku menggertak mereka bukan?"

"Seperti itu kau sebut menggertak? Kau malah membuatnya tertarik kepada mu"

"Apa kau bilang?!...setidaknya kan aku...ah sudahlah. Aku ingin pulang. Selamat tinggal".

"Tunggu sebentar..."

Gadis itu membalikkan badannya.

"Apa lagi?". Tanya nya dengan muka masam.

"apa aku boleh menumpang di bawah payung mu itu?" Sambil menunjuk payung yang dimaksud.

"Tidak". Tolaknya dengan senyum paksa.

"Tapi sekarang hujan"

"Ini hanya gerimis kecil, dan kau pun sudah terlanjur basah. Jadi untuk apa memakai payung?"

Gadis itu meninggalkan pria tersebut dengan langkah yang di percepat seraya memaki pria itu dalam hati.

_____

Elegi RegulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang