Part 03

57 4 0
                                    

Tangan kecilnya menyusuri setiap inci rak buku.

Ingin rasanya sea memiliki semua buku-buku ini.

Namun mengingat dia tidak memiliki uang yang cukup banyak, keinginannya harus di kubur dalam-dalam.

Setelah ia mendapat buku yang ia inginkan, ia membayarnya dan kemudian meninggalkan toko buku.

Sea memasukkan kedua tangannya kedalam saku Hoodie hitam kebesarannya itu. 

Jalanan lengang kali ini, mungkin para pengendara sudah mulai sadar betapa udara bersih jadi ternodai akibat asap kendaraannya.

Sea berhenti sejenak ketika ia melihat seseorang yang terasa asing baginya sedang berjalan berlawanan arah dengannya.

Tapi sea memilih untuk melewatinya dan menganggap bahwa mereka tidak pernah saling bertemu.

Setelah beberapa langkah terlewat seseorang itu berbalik dan memanggil.

"Hei kau, nona hujan".

Dengan segenap rasa malas sea menghentikan langkah kakinya dan berbalik kearah sumber suara tersebut dengan wajah acuh tak acuh.

Sea melihat ke kanan dan kiri. Namun Tak ada orang selain dirinya dan pria itu.

Sea menunjuk dirinya dengan jari telunjuknya sendiri untuk memastikan, dan dibalas anggukan oleh yang memanggil.

Pria itu mendekat.

"Apa yang kau maksud dengan 'nona hujan'?". Tanya sea

"Ya..karena aku bertemu mu disaat hujan tiba, semalam dan saat ini".

"Tapi sekarang sedang tidak hujan".

"Bukan 'tidak', hanya 'belum'. Tunggu saja, sebentar lagi juga hujan akan turun. Apa kau tidak melihat langit begitu gelap?".

"Aku tidak perduli sebenerny-".

Sea terdiam.

Pria itu melepas kupluk Hoodie sea, dan setelahnya merapikan rambut sea yang sedikit berantakan.

"Mungkin salah satu sebabnya dari kupluk Hoodie mu,dan wajah mu yang menunduk ketika berjalan. Jadi kau tidak melihat langit yang sedang murung itu".

Sea melihat langit yang tadi begitu cerah sekarang gelap.

Sea terdiam sebentar.

"Langit itu lemah. Dia selalu menunjukkan kasedihannya pada banyak orang". Tutur sea masih menatap langit.

"Seakan-akan hanya dirinyalah yang paling nestapa". Lanjutnya.

Pria di depannya saat ini yang kini terdiam.

Beberapa detik setelah hening yang keduanya buat, pria itu tersenyum.

"Menangis itu bukan berarti kalau kita lemah. Coba kamu pikir... Tanpa adanya tangis, kita ini hanyalah robot".

"Dan justru yang sekuat tenaga berusaha agar dirinya tidak menangis lah yang lemah".

Deg.

Kata-katanya seolah menusuk dalam ke diri sea.

"Nama ku Alpha leonis, salam kenal".

Lelaki yang diketahui namanya itu mengulurkan tangannya pada sea.

Namun Sea mengabaikannya kemudian memakai kembali kupluk yang sempat dilepas tadi. Ia mencengkramkan tangannya di kedua tali tas gendongnya.

"Aku sea".

Elegi RegulusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang