Seminggu telah berlalu semenjak kepergian ibu. Keadaan rumah tidak lagi sehangat dulu. Semuanya terlihat begitu sangat kacau.
Banyak rumor yang mengatakan bahwa arwah Ibu bergentayangan di sekitar rumah. Rumor ini beredar ketika salah satu pegawai ayah menceritakan bahwa setiap malam dia selalu melihat seorang perempuan berjalan mengelilingi kebun teh dengan gaun biru muda yang sering ibu kenakan.
Semenjak itu banyak pegawai-pegawai rumah yang memutuskan untuk berhenti berkerja.
Ayah juga terlihat sangat lemah dan tak berdaya. Akhir akhir ini ayah juga banyak sekali berbohong kepadaku.
Dia selalu berkata bahwa dia baik baik saja. Padahal aku melihat mata sayunya yang selalu sembab.
Selain itu, ayah tidak lagi banyak bicara. Aku tidak bisa mengajaknya main seperti dulu karena dia selalu disibukkan dengan pekerjaannya.
Aku mengakhiri ceritaku.
Owen yang sedari tadi mendengarkan mengangguk pelan. Dia merangkulku hangat.
"Aku yakin semua akan baik baik saja kawan" Ucapnya menenangkan
Aku tersenyum kecil kearahnya.
"Mau bermain?" Tanya Owen
Aku mengangguk semangat.
"Baik. Siapa yang lebih cepat sampai ke kebun teh akan mendapatkan sepiring biskuit buatan ibuku." Tantang Owen
"Setuju"
"1...2...mulai"
Kami berlari. Aku berusaha menyeimbangkan tubuhku, melangkahkan kakiku lebih cepat.
"Lance! Tunggu aku!!" Teriak Owen yang kini berlari di belakangku
"Sepertinya, aku akan kenyang memakan biskuit ibumu" Ledekku dengan lantang.
Namun tiba-tiba...
Seseorang menghalangi jalanku.
"Pergi dari sana!!" Teriakku padanya.
Namun, dia tetap berdiri dan menyilangkan kedua tangannya dan tersenyum jahil kepadaku.
"Menyebalkan" Ucapku kesal.
Aku berusaha memperlambat langkahku. Namun, sial. Aku malah jatuh tersungkur.
"Lance!" Owen berhenti berlari dan segera membantuku
"Kau tak apa?" Tanya Owen memastikan
"Aku baik-baik saja" Jawabku sembari berdiri
"Kau siapa?" Tanya Owen kepada anak perempuan yang kini berdiri dengan gaun merah mudanya.
"Aku Leticia" Jawabnya anggun.
"Aku Owen" Timpal Owen
"Kau pasti Lance" Tebaknya pasti.
Aku mengangguk "Kau mengenalku?"
"Kau tidak mengingatku?"
"Maksudmu?" Tanyaku semakin heran. "Kita tidak pernah bertemu. Mana bisa aku mengingatmu"
"Menyedihkan" Timpalnya kemudian berjalan.
Aku menatap ke arah Owen yang juga tampak kebingungan.
Update lagi
.
Please anjoy it,
Dan ditunggu vommentnya xx
.Cyaa

KAMU SEDANG MEMBACA
LANCE
Teen FictionUntuk pertama kalinya kau mengajarkan sesuatu yang berharga untukku, ayah.