Perasaan bersalah, bingung dan takut meyeliputiku saat ini. Tarikan tangan dokter Bima yang cukup kuat membuatku mau tak mau mengikuti kemana ia membawaku. Aku bisa saja menolak perlakuannya terhadapku tapi entah kenapa sedari tadi yang ku lakukan hanya pasrah mengikutinya dari belakang. Sebelum ia membawaku pergi kami sempat bertemu dengan Ayu dan ia bersikap sopan dengan meminta izin pada Ayu untuk membawaku pergi dan akan mengantarkanku pulang nanti, tentu saja Ayu yang setipe dengan Mamah justru senang melihatku dibawa pergi oleh laki-laki tampan ini.
Aku kebingungan saat ia membuka pintu mobil mewah di sebelah kursi supir dimana terdapat car seat ungu milik putrinya.
"Bisa kamu gendong anak saya sebentar" ucapnya ragu yang ku balas dengan anggukan.
Ketika aku mengulurkan kedua tanganku dia malah sedikit memundurkan badannya dan membuatku bingung.
"Sini"
Perlahan dokter Bima menyerahkan bayi kecil cantiknya yang juga terus mengulurkan tangannya padaku karena tak sabar ingin ku gendong. Melihat bayi kecil ini tidak menangis dan malah tersenyum membuatku ikut tersenyum lalu sedikit menggoyangkannya naik turun, hal itu sukses membuatnya tertawa geli sambil tangan kecilnya meraba-raba wajahku astaga menggemaskan sekali anak ini.
"Ehem..masuk"
Aku mengerjap bingung menatapnya yang sepertinya sudah memindahkan car seat ungu tadi ke kursi belakang, cepat sekali bahkan aku tidak menyadari pergerakannya sama sekali mungkin aku terlalu asik dengan anak lucu ini.
"Biar saya pegang aja dok kasian dia di belakang sendirian" Ucapku cepat saat dokter Bima mengulurkan tangan ingin mengambil putri kecilnya di gendonganku untuk memindahkannya ke kursi belakang.
"Gak aman duduk seperti ini"
"Mamamama" Seperti tau apa yang akan dilakukan ayahnya anak dokter Bima memeluk leherku erat dan memasang wajah cemberut menggemaskannya.
"Aman dok saya bakal pegang erat"
Akhirnya dokter Bima mengalah dan menutup pintu lalu berjalan masuk ke kursi supir di sebelahku.
"Kita mau kemana dok?"
"Ke rumah saya"
"Hah? ngapain dok"
Dia diam dan mulai menyalakan mesin mobilnya, sepanjang perjalanan aku dan dokter Bima tidak membicarakan apapun karena pertanyaan terakhirku saja tak ia jawab. Beruntung anak dokter Bima lebih menyenangkan dari ayahnya, sejak mobil keluar dari Mall bayi kecil ini mulai berbicara bahasa yang tidak aku mengerti namun terus ku balas dengan ucapanku yang kadang kala membuat ia tertawa atau bertepuk tangan sambil tersenyum. Sebagai anak bungsu tentu aku sangat senang jika bertemu anak kecil lucu seperti ini karena rasanya seperti mendapat seorang adik walau di usiaku kini bayi kecil ini lebih cocok menjadi keponakan atau anakku. Anak? Kalau saja ayahnya tidak semenyeramkan ini pasti aku mau menjadi ibunya tapi memangnya dokter Bima juga mau denganmu Ra? hahaha tentu saja tidak.
"Mamamama"
Anak dokter Bima terlihat mengantuk karena mulai menguap sambil menggosok matanya beberapa kali.
"Ini"
Aku menatap dokter Bima menyerahkan sebuah botol susu dengan isinya yang penuh tanpa menatap wajahku karena tetap fokus pada jalanan di depannya. Saat akan mengambil botol susu mataku tiba-tiba tertuju pada jari manis di tangan kanan dokte Bima yang bebas dari cincin, apa itu berarti dia sudah bercerai dengan istrinya? Tidak Ra, bisa saja dia hanya lupa mengenakan cincinnya.
Anak dokter Bima sudah tertidur lelap di pelukanku setelah susunya habis ia minum sekitar 15 menit lalu, beberapa kali ia sempat begerak dalam pelukanku namun dengan penuh kasih sayang ku usap rambut serta punggung kecilnya dan itu berhasil membuatnya kembali tertidur. Lama-kelamaan aku jadi ikut mengantuk karena suasana di mobil yang sangat tenang belum lagi lagu classic yang terputar dengan volume pelan membuat mata ini semakin terasa berat dan akhirnya mataku menutup dengan sempurna, sempat kurasakan mobil berhenti dan jok mobilku dimundurkan kebelakang lalu kemudian ada usapan pelan dipipiku yang membuatku semakin dalam masuk ke alam mimpi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa Beruang Merah (18+)
RomantikHidup Aira Rayina seorang mahasiswi tingkat akhir berubah drastis ketika Bima Dirgantara seorang duda beranak satu datang dan melamarnya, sikap dingin Bima dan sikap periang Aira justru membuat hidup mereka semakin berwarna. Namun masa lalu yang bur...