Dharmasraya ke Sriwijaya

1.3K 184 32
                                    

Pernikahan....

Suatu ibadah terpanjang bagi umat beriman.

Diawali dengan sebuah cinta dan suka cita.

Sebuah kegembiraan dan rasa haru.

Tapi....

Akankah Dahlia merasakan itu?

Akankah ia bisa tersenyum saat ini?

Bahkan saat begitu banyak perhiasan dan didandani hingga secantik ini....

Akankah ia merasa baik?

Tidak....

Air mata memang tak terguyur dari matanya, namun hati tak terbendung.

Sang jelita hanya bisa duduk, melipat kaki diatas bantal singgah. Menunggu Sultan Bagus yang tengah mengesahkannya di depan Tuhan dan para petinggi Batanghari.

Dahlia menatap pantulan diri di cermin.

Pertama dan terakhir ia mengenakan Pesangkon. Untuk satu orang seumur hidupnya.

Pintu ruangan itu terbuka lebar-lebar membuat Dahlia langsung berdiri dibantu oleh Indu dan beberapa dayang.

Lalu masuk Raja Batanghari, Ratu Cindur, dan keempat kakak dari Dahlia, beberapa tetua istana, ahli Agama kerajaan dan tentunya....

Sultan Bagus.

Dahlia baru diperkenankan duduk saat Bagus sudah duduk bersilah di depannya.

Para wali Dahlia telah duduk di belakang Bagus yang berhadapan dengan Dahlia. Di belakang Bagus, di arah jam 7 seorang ahli Agama tengah memberikan sebuah petuah-petuah agama. Nasihat-nasihat, hadis, dan sunah Rasul tentang pernikahan.

Telinganya mendengarkan, namun matanya tak dapat berhenti menatap sang pengantin. Bagus tak habis pikir, bahkan kain merah masih menutupi separuh wajahnya tapi tak mampu menutupi kecantikannya. Dahlia sendiri hanya dapat menunduk. Tak sampai hati untuk menatap pria didepannya.

"Teruntuk yang mulia Raja Dharmasraya, Raja Batanghari, Abdul Hakim Batanghari Syarif Akbar bin Jalaludin Syarif Batanghari Djuanda. Bersediakah yang mulia raja memperkenankan putra baru anda untuk melihat rupa makmumnya dalam keadaan ikhlas lahir maupun batin?" Tanya ahli Agama pada raja Batanghari.

"Insha allah, wahai putraku. Aku berikan putriku lahir batin kepadamu." Ucap raja Batanghari seraya menyentuh pundak kanan Bagus.

"Teruntuk yang mulia Putri Dharmasraya, Putri Batanghari, Dahlia Syarifah Mahani binti Abdul Hakim Batanghari Syarif Akbar. Bersediakah anda memberikan apa yang selama ini anda tutupi untuk pria yang ditunjuk Allah sebagai imam hidup anda dalam keadaan ikhlas lahir maupun batin?"

Dahlia hanya diam. Dalam hatinya, ia inginkan Dahlan. Pria pertama yang menatap wajahnya utuh. Tanpa cadar. Dahlia ingin wajahnya terbuka untuk Dahlan.

Namun, apalah daya....

"Insha allah.... aku ikhlaskan diriku kepada Allah dan kepadamu..." Ucap Dahlia pelan. Tangannya tanpa sadar mengenggam erat ujung selendang yang terlampir di bajunya, bahkan ia masih belum berkenan untuk menatap sang pria.

"Baginda sultan Bagus Rasyid Baharuddin Husain bin Hasanusin Badarul Husain. Sudah halal bagimu untuk melihat rupa dari istrimu..." ucapnya. Memberi petunjuk bahwa Bagus sudah diperbolehkan untuk membuka cadar Dahlia.

"Bissmillahirahmannirahim..." ucap Bagus sebelum melepas tali dibelakang kepala Dahlia. Gadis itu memejamkan matanya.

Ia harus rela...

Bagus Kuning {Joshua Hong}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang