iii

2.6K 373 30
                                    

Argana

Tirta Nusantara merupakan sekolah yang memiliki fasilitas yang sangat baik, terutama di perpustakaannya. Gue tau perpustakaan itu adalah tempat Kiara menghabiskan waktu istirahatnya. Disana, kita gak boleh makan dan minum. Tapi gue menyelundupkan air putih dan coklat hari ini.

Kalau dibilang sih, gue jarang banget modusin cewek. Khusus Kiara, gue tuh penasaran banget sama dia. Dengan jabatan gue biasanya anak kelas 10 langsung klepek-klepek. Ini anak kok datar-datar aja sama gue?

Gue pura-pura ambil buku dan duduk di meja samping Kiara yang sedang belajar mata pelajaran Matematika. Kiara melirik ke arah gue sekilas lalu langsung mengalihkan pandangannya ke arah buku pelajarannya, "Lo ngapain disini?"

Gue membuka buku gue dan berkata, "Baca buku di perpustakaan lah." dengan santai sambil mengeluarkan coklat dan air putih.

"Oooh gitu.." jawabnya sambil akhirnya melihat ke arah gue, siku tangannya bertumpu pada meja dan telapak tangannya di kepal untuk tumpuan kepalanya.

Gue memberikan Kiara coklat dan air putih, "Nih, buat lo. Gue perhatiin lo jarang banget makan. Qlo ngemil ini biar perut lo keisi."

"Makasih, Kak." ujarnya sambil mengambil coklat dan air putih dari genggaman gue.

Gue pura-pura baca buku lagi sambil curi-curi pandang. Kiara masih fokus mengerjakan soal matematika di buku tersebut. Mungkin dia cewek-cewek ambis gitu kali ya? Makanya kerjaan dia belajar mulu.

"Kak, duluan ya." Kiara membawa buku dan tasnya.

"Oh iya." gue pura-pura masih baca buku, takutnya kalau gue juga ikut pergi malah tambah dijutekin.

Kiara tau-tau nunduk ke meja dan mendekatkan wajahnya ke arah gue. Gue jadi deg-degan parah, "Kak Arga."

"Hah- mm, apa?"

"Good luck ya baca bukunya, kebalik tuh."

***
Kiara
Gue tersenyum ketika ulangan Biologi gue dibagikan. Melihat angka 98 di kolom nilai merupakan hal yang sangat memuaskan. Gimana enggak? Gue bersyukur waktu luang yang biasanya orang lain pakai untuk jalan-jalan dan gue pakai untuk belajar itu gak sia-sia.

"Kayaknya si Kiara bakalan juara 1 gak sih di angkatan kita? Gak akan ada yang ngalahin."

Gue melirik kertas ulangan Shella. Ia udah merengut aja karena nilai Biologinya "kayak berat badan".

"Duh pinjem otak dong, Ki. Lo jenius banget."

"Apaan, biasa aja. Ini gue belajar tau." jawab gue datar

Shella kemudian menarik tangan gue, "Eh temenin gue ke kantin yuk!"

Gue mengiyakan karena kebetulan guru Biologi gue gak masuk kelas karena seminggu setelah ulangan biasanya cuman dipakai untuk remedial bagi yang mau pada saat itu. Shella belum persiapan dan gue gak perlu remedial. Kita berdua ke kantin untuk nemenin Shella, yang kayaknya mau modus.

Setiap kakak OSIS lewat, kita harus ucap salam sementara gue males ucap salam. Ngapain? Guru sih iya, OSIS? Ngapain amat?

"Siang kak!" sapa Shella kepada anak OSIS yang gue gak tau namanya siapa. Gue cuman pura-pura gak liat karena menurut gue gak penting aja nih orang dihafalin mukanya.

Bukannya nyapa balik, cewek ini malah bilang, "Eh, kamu kenapa gak nyapa saya?"

Gue menatapnya heran, "Karena saya gak merasa perlu nyapa orang yang saya gak kenal dan berkepentingan?"

Sekarang kalau guru, gue berkepentingan karena mereka bawa nilai gue. OSIS buat apa? Nambah pengalaman? Pengalaman hidup gue udah banyak, gak usah dibawa ribet.

Enigma (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang