03

286 17 6
                                    

Jovelyn melangkah ke ruang dokter dengan gontai meninggalkan ke empat orang itu.

Ke empat orang itu mengambil duduk untuk menunggu Jovelyn di periksa.
Shena memperhatikan Rafael yang duduk dengan tenang dan keponakannya yang duduk di sampingnya dengan pandangan ingin tau.

" Eh bocah, ngapain kamu ikutan duduk disini? " tanya Shena pada Keisha.

" Denger ya tante aku bukan bocah, aku punya nama, Kheisha! Aku disini pengen nungguin Bu Elyn, kan aku juga khawatir."

" Aku pikir Bu Elyn kamu itu gak pengen kamu disini." Shena coba mengusir Keisha dengan halus tapi tidak di gubris.

Shena menyilangkan tangan di dada dan mengamati lelaki yang duduk tenang di samping Keisha. Lelaki itu memakai barang barang mahal di tubuhnya, mulai dari setelan jas, jam tangan hingga sepatu.

Terlepas dari barang barang mahal yang melekat di tubuhnya, tampang pria bernama Rafael itu juga tampan, dengan tatapan tegas dan berkharisma menambah kesan seksi.

Shena tidak habis pikir , bagaimana bisa pria itu bersikap tenang dan tidak menampakkan wajah malu ketika duduk di depan poli kandungan. Ekspresinya benar benar mengagumkan.

Di lain sisi, Rafael yang terlihat tenang ternyata sedang berpikir keras. Dia tidak mengenali Jovelyn ketika wanita itu menarik kerah kemejanya.

Baru ketika Rafael mencoba melepaskan cengkraman Jovelyn dengan memegang lengannya, dia baru menyadari bahwa dia pernah melihat wanita itu sebelumnya.

Rafael tidak bisa langsung mengenalinya karena pakaian dan makeup yang dikenakannya berbeda. Dia mencoba mengingat nama wanita itu, tapi dia tidak bisa mengingatnya.
Rafael tidak tau nama wanita itu.

Rafael mengingat lagi malam yang dia habiskan bersma Jovelyn. Itu adalah malam yang cukup bagus. Tidak, itu adalah malam yang luar biasa.

Sampai Rafael membuka mata di pagi hari dan menemukan lima lembar uang seratus ribu di nakas samping tempat tidur.

Pada awalnya dia tertawa melihat uang itu. Tapi setelah itu dia berpikir, jadi dia hanya dihargai 500 ribu. Itu sedikit melukai harga dirinya.

Dia mencoba melupakan malam panas mereka, dengan banyak bertemu wanita. Namun semua itu sia-sia. Hanya Jovelyn wanita yang mampu membuatnya merasa 'kelaparan' hanya karena menatap mata wanita itu.

Ini adalah sebuah hal baru baginya, bagaimana bisa seseorang terlihat sangat menggoda

Tapi dia bisa menyembunyikannya dengan baik.

Rafael masih tidak percya bisa bertemu lagi denganya ditempat yang tidak terduga, poli Obgyn. Dengan penampilanya yang rapi dan make up yang sangat berbeda dengan malam itu.

Rafael pikir dia tidak datang dengan suaminya. Dia sedikit heran kenapa Jovelyn pergi ke Obgyn dengan teman temanya. Rafael bersyukur dengan rasa keingin tahuan keisha kali ini. Walau biasanya Dia tidak menyukai itu.

~~~

Aku tidak tahu perasaan apa yang aku rasakan saat ini.

Dokter sedang menatap monitor dengan serius. Aku menebak apa yang akan di katakan dokter itu. Dan tebakanku memang benar.

" Selamat, anda hamil 5 minggu" dokter itu tersenyum padaku.

Aku tidak bisa memberikan respon apapun. Meski aku sudah menebaknya, mendengar langsung dari dokter bahwa aku hamil ternyata masih membuatku terkejut.

Aku bangkit dari ranjang, berjalan ke arah meja dokter dan duduk di hadapannya.

" Apa suami anda tidak ikut mengantar? " tanya sang dokter.

Pertanyaan yang tidak aku fikirkan. Aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Aku tidak tau ekspresi wajahku sekarang seperti apa. Yang jelas aku merasa lemas dan tidak tau harus melakukan apa.

Dokter itu menatapkku dalam.

" Anda tahukan, aborsi itu ilegal? Rumah sakit kami tidak melayani aborsi, jadi jika anda berpikir untuk melakukan aborsi silahkan mencari Rumah Sakit lain. Apa anda punya pertanyaan?" dokter itu berkata dengan ekspresi wajah yang tidak menyenangkan.

" Apa dokter sudah menikah? " Aku bertanya pada dokter.

" Hah.., ya."

" Apa dokter memiliki anak? "

" Ya,"

" dokter memberikan selamat karna saya hamil? "

" tunggu nyonya, apa maksud anda? "

"Saya tidak bermaksud apa apa. Saya hanya tidak bangga akan menjadi singgle parent. Saya hanya berpikir bagaimana janin ini nanti, apakah dia akan senang lahir dari seorang singgle parent."
Aku bisa melihat ekspresi kesal pada wajah dokter wanita itu.

" dokter tidak seharusnya membicakaran soal aborsi setelah mengucapkan selamat atas kehamilan saya"

" Sebentar nyonya Jovelyn... "

Aku bangkit dari kursi. " Tidak ada yang ingin saya katakan lagi. saya tidak tahu apa yanh akan dokter sampaikan, saya sedang sibuk"

Aku berjalan menuju pintu dan membukanya perlahan, aku menutup kembali pintu dengan cepat. Rasanya aku ingin menangis sekarang juga.

~~~

Minta votementnya dong...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because The BabyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang